PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMP NEGERI II MORI ATAS KABUPATEN MOROWALI UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, perilaku, kesehatan seksual remaja, kesehatan reproduksi remaja.

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 7 Juli 2017

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA MENGENAI MASTURBASI DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

Jurnal Kebidanan/Midwifery Medical Journal Vol 1, No 1 ISSN :

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRACT DESCRIPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR TOWARDS FREE SEX YEAR 2008.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS I SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG MENSTRUASI

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 19, Wirobrajan, Kota

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS DI SEKOLAH SMP NEGERI X KOTA DEPOK TAHUN 2014

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEER EDUCATION DAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI SEKS PRANIKAH

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI TASIKMALAYA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN DILUAR NIKAH PADA REMAJA DI KECAMATAN RANDUDONGKAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Transkripsi:

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMP NEGERI II MORI ATAS KABUPATEN MOROWALI UTARA Muliani 1, Nirmawati 2, Almida 3 ABSTRAK : Masa remaja merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologi, dan sosial. Pola karakteristik ini menyebabkan remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, sehingga suka mencoba hal-hal baru untuk mencari jati diri tetapi kurang mempertimbangkan dampaknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMP Negeri II Mori Atas. Metode penelitian yaitu deskriptif, dengan sampel adalah seluruh siswa kelas VII, VIII, dan IX SMP Negeri II Mori Atas tahun ajaran 2013-2014, sejumlah 63 sampel yang dipilih secara Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang seks bebas kategori pengetahuan baik 17 responden (26,98%), kategori pengetahuan cukup 35 responden (55,56%), dan kategori pengetahuan kurang 11 responden (17,46%). Kesimpulan penelitian menunjukan bahwa pengetahuan siswa-siswi SMP Negeri II Mori Atas tentang seks bebas sebagian besar memiliki kategori pengetahuan cukup. Kata kunci : pengetahuan, remaja, seks bebas Abstract : Adolescent is the period of rapid growth and development of physical, psychological, and social. This leads to characteristic patterns of teens to have a great curiosity, so likes to try new things in looking for identity but did not consider the impact of its action. The purpose of this study was to determine knowledge of adolescents about free sex in SMP II Mori Atas. The research method is descriptive, the samples were all students of class VII, VIII, and IX SMP II Mori Atas in the academic year 2013-2014, a number of 63 samples were selected by simple random sampling. The results showed that knowledge about adolescent promiscuity good knowledge category for 17 respondents (26.98%), sufficient knowledge category 35 respondents (55.56%), and less knowledge category 11 respondents (17.46%). In conclusion, the study showed that the knowledge of the students of SMP Negeri II Mori Atas about sex most have sufficient knowledge category. Keywords : Knowledge, Adolescent, Free sex. PENDAHULUAN (Introduction) Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan sesuatu tanpa didahului pertimbangan matang, yang akhirnya dapat mendorong remaja ke arah prilaku yang dapat berisiko menimbulkan berbagai masalah yang akan mempengaruhi kesehatannya (Kemenkes RI, 2010:2) Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu hal yang dilihat dilingkungan sekitarnya. Di samping itu remaja mempunyai kebutuhan akan kesehatan seksual, dimana pemenuhan kebutuhan kesehatan seksual tersebut sangat bervareasi (Kusmiran, 2012:3). Dalam perkembangan siklus kehidupan manusia, masa remaja merupakan masa yang sangat penting setelah melewati masa kanak kanak untuk menuju masa dewasa. Dalam periode ini terjadi pematangan organ dan fungsi termaksud hormon sekunder, yang berdampak pada terjadi perubahan baik secara fisik dan psikososial. Perkembangan fisik akan mengalami pertumbuhan yang pesat, demikian pula perubahan emosi dan perkembangan psikososial. Pada periode ini remaja memerlukan informasi dan pengetahuan yang cukup agar memahami dan 1 Jurusan Kebidanan Prodi DIII Kebidanan Palu 2 Jurusan Kebidanan Prodi DIII Kebidanan Palu 3 Jurusan Kebidanan Prodi DIII Kebidanan Palu 900

ISSN: 1907-459X mampu menghadapi perubahan yang dialaminya. Anak sekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat memasuki usia remaja. Di mana pada periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Remaja biasanya menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani mengambil risiko tanpa didahului oleh pertimbangan matang yang akan mempengaruhi status kesehatanya (Kemenkes RI 2011 b ). Era moderen yang diwarnai dengan perkembangan teknologi informatika (internet) dan komunikasi (ponsel) tampaknya sangat berpengaruh terhadap peningkatan angka prilaku seks bebas baik di lingkungan remaja maupun di lingkungan orang dewasa (Wulandari 2011). Banyak orang mengatakan bahwa remaja adalah tulang punggung sebuah negara. Pendapat demikian memanglah benar, remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Di tangan remajalah bergantung masa depan bangsa ini. Namun melihat kondisi remaja saat ini,harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan kualitas bangsa dan negara di masa yang akan datang sepertinya bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Diantara berbagai macam kenakalan remaja, seks bebas selalu menjadi bahan menarik dalam berbagai tulisan selain kasus narkoba dan tawuran remaja. Sepertinya seks bebas telah menjadi trend tersendiri, bahkan seks bebas di luar nikah yang dilakukan oleh remaja (pelajar dan mahasiswa) bisa dikatakan bukanlah suatu kenakalan lagi, melainkan sesuatu yang wajar dan telah menjadi kebiasaan. Pergaulan seks bebas dikalangan remaja Indonesia saat ini memang sangatlah memprihatinkan, berdasarkan beberapa data Komisi Perlindungan Anak (KPAI) menyatakan sebanyak 32% remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seks. Hasil survei lain juga menyatakan 1 dari 4 remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pra nikah dan membuktikan 62,7% remaja kehilangan keperawanan saat masih duduk di bangku SMP, dan bahkan 21,2% diantaranya berbuat ekstrim yakni pernah melakukan aborsi (Sule 2013). Dalam National Surveys of Family Growth dilaporkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seks selama masa pubertas. Ada sekitar 53% perempuan berumur antara 15-19 tahun melakukan hubungan seks pada masa remaja, sedangkan jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seks sebanyak dua kali lipat daripada perempuan (Soetjiningsih, 2010: 38). Data remaja wilayah Puskesmas Lee yaitu : Desa Tomui Karya 52 orang, Desa Saemba 87 orang, Desa Saemba Walati 31 orang, Desa Kasingoli 28 orang, Desa Gontara 21 orang, Desa Lee 35 orang, adapun yang diperoleh di Puskesmas Lee pada tahun 2012 terdapat jumlah kehamilan diluar nikah dan persalinan dibawah umur sebanyak 3 kasus (Puskesmas Lee, 2012). Berdasarkan data awal yang diperoleh di SMP Negeri II Mori Atas pada tahun 2012 dewan guru melakukan aksi sweeping telepon selluler (HP), ditemukan 20 orang siswa sedang menonton film porno lewat HP tersebut. Data tahun 2012, terdapat 3 orang siswa perempuan telah putus sekolah akibat hamil diluar nikah. Tujuan dari penelitian ini diketahuinya pengetahuan remaja tentang seks bebas pada siswa SMP Negeri II Mori Atas. METODE PENELITIAN (Methods) Penelitian ini merupakan jenis penelian deskriptif, dengan memberikan gambaran tentang pengetahuan remaja tentang seks bebas. Populasi adalah seluruh siswa SMP Negeri II Mori Atas sejumlah 170 orang, dan besar sampel 63 responden baik laki-laki maupun perempuan yang dipilih secara Simple Random Sampling, dengan teknik acak sederhana. Analisis data 901

adalah analisis univariat yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi untuk menyajikan presentasi dalam tiap kategori pengetahuan. HASIL PENELITIAN (result) Mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan presentasi dari setiap kategori pengetahuan remaja tentang seks bebas. Tabel 1 Distribusi pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMPN II Mori Atas Kab. Morowali Utara tahun 2014 No Pengetahuan F % 1 2 3 Baik Cukup Kurang 17 35 11 26,98 55,56 17,46 J u m l a h 63 100,00 Pada tabel di atas menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMPN II Mori Atas sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu 35 responden (55,56%), dan sebagian yang berpengetahuan baik 17 responden (26,98%) dan yang berpegetahuan kurang 11 responden (17,46%) PEMBAHASAN (discussion) Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden sebagian besar memiliki pengetahuan kategori cukup 55,56% yang merupakan jumlah dua kali lebih besar dibanding yang memiliki pengetahuan kategori baik yang hanya berjumlah 26,98%. Data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar remaja relative masih membutuhkan informasi yang benar mengenai seks bebas dan risiko atau dampak dari perilaku seks bebas, sehingga adanya kecenderungan pada kalangan remaja untuk berprilaku seks bebas semakin meningkat yang dengan sendirinya meningkatkan kasus kehamilan yang tidak diinginkan serta insiden meningkatnya kasus aborsi. Menurut peneliti bahwa pengetahuan dengan kategori cukup dikarenakan responden masih membutuhkan materi pembelajaran tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang batasan dari seks bebas serta dampak yang ditimbulkannya, informasi itu dapat diperoleh disekolah, karena selama ini kurikulum materi kesehatan reproduksi hanya didapatkan di kelas IX dan orang tua masih tabu membahas tentang dampak-dampak seks bebas terhadap anaknya. Dan sumber pengetahuan remaja tentang seks bebas kebanyakan hanya diperoleh lewat informasi melalui beberapa media cetak dan eletronik seperti: televisi, majalah bahkan yang lebih trasparan lagi melalui handphone dan akses internet dengan mudah. Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, penciuman, rasa dan raba. Sebagian `besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Hal ini sejalan dengan teori Depkes 2011 bahwa remaja yang masih usia 10-19 tahun memiliki perkembangan emosi dan perilakunya belum stabil bahkan menyukai petualangan serta 902

ISSN: 1907-459X cenderung berani melakukan perbuatan yang berisiko tanpa didahului pertimbangan. Responden dengan pengetahuan kurang yaitu 11 responden (17,46%), hal ini akibat kurangnya informasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi dan dampak dari seks bebas. Hasil analisis kuesioner terhadap jawaban responden pada pertanyaan tentang kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia 10-20 tahun terdapat 67% responden menjawab salah. Hal ini menunjukan bahwa batasan usia remaja pun belum dipahami dengan benar, serta sumber pengetahuan tentang seks bebas banyak diperoleh dengan cara yang keliru seperti menonton film porno baik melalui handphone maupun diaksees dari internet dengan mudah. Ini dibuktikan 57% responden menyatakan telah mendapatkan pengalaman seksual melalui tontonan film porno. Terkait dengan item kuesioner tentang bersetubuh sekali tidak akan menyebabkan kehamilan, terdapat 42 responden (67%) yang membenarkan hal ini dan hanya 33% remaja yang memahami proses terjadinya kehamilan namun masih membutuhkan informasi yang lebih mendalam tentang dampak kehamilan akibat seks bebas. Demikian halnya alat kontrasepsi kondom dapat digunakan untuk berhubungan seksual sebanyak 62% menyetuju, hal ini sangat mengkuatirkan bagi remaja sebagai generasi penerus bangsa ada kecendrungan remaja menyalahgunakan alat kontrasepsi secara bebas. Menurut Sule (2013) bahwa remaja adalah tulang punggung negara dan merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik, sebab di tangan remajalah bergantung masa depan bangsa ini. KESIMPULAN (Conclusion) Pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMPN II Mori Atas yang terbanyak adalah pengetahuan kategori cukup. SARAN (Suggestion) Perlunya institusi pendidikan bekerja sama dengan Puskesmas Lee dalam memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan reproduksi secara berkala dan mengaktifkan kegiatan kerohanian sekolah, serta memasukkan pendidikan dasar kesehatan pada kurikulum yang terkait untuk dapat mengenalkan pendidikan seks sejak dini untuk menghilangkan persepsi tabu tentang pendidikan seks. Pihak sekolah tetap berkordinasi dengan orangtua siswa untuk bekerjasama dalam melakukan pemantauan dan pembinaan pada siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. DAFTAR PUSTAKA Kemenkes, RI., 2010. Teknik Konseling Kesehatan Remaja Bagi Tenaga Kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan Anak Dirjen Bina Gizi dan Anak Kemenkes RI. Jakarta. Hal. 2 Kemenkes, RI., 2011a. Modal Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Bagi Konselor Sebaya. Dirjen Bina Gizi dan Anak Kemenkes RI. Jakarta, Hal 1 Kemenkes, RI., 2011b. Pedoman Untuk Tenaga Kesehatan-Usaha Kesehatan Sekolah ditingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan antren. Direktorat Bina Kesehatan Anak Dirjen Bima Gizi dan KIA. Jakarta. Hal 1 903

Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Mediaka. Jakarta Notoatmodjo, S., 2012. Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Renika Cipta. Jakarta Puskesmas LEE, 2012 Profil Program Kesehatan Ibu Dan Anak PKM Lee. Wulandari, JR., 2011, Cara Ternikmat Untuk Hidup Sehat. Dinamika Media. Yogyakarta 904