DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2017

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2018

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN. PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TAHUN 2018 (Demplot Pembukaan Lahan Perkebunan Tanpa Membakar)

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN LAHAN/KEBUN TAHUN 2017

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2016 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Bambang, M.M.

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN TAHUN 2015

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Buku Peta Jalan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

Disampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS FASILITASI TEKNIS PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2016

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI PENILIK

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

Transkripsi:

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2016

KATA PENGANTAR Pedoman Teknis kegiatan Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan di daerah tahun 2016 disusun dalam rangka memberikan rambu-rambu dan arahan pelaksanaan kegiatan kepada Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sistematika Pedoman Teknis terdiri dari 8 (delapan) Bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan, Bab II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan, Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, Bab IV. Proses Pengadaan Barang, Bab V. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan, Bab VI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, Bab VII. Pembiayaan, serta Bab VIII. Penutup. Pedoman Teknis harus menjadi acuan Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/ Kabupaten/Kota dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis dan pelaksanaan kegiatan. Jakarta, 31 Maret 2016 Direktur Jenderal Perkebunan Ir. Gamal Nasir, MS. Nip.195607281986031001 i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iv I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Sasaran Nasional... 2 C. Tujuan... 2 D. Pengertian Umum... 3 II PENDEKATAN PELAKSANAAN 4 KEGIATAN... A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan 4 Kegiatan... B. Spesifikasi Teknis... 7 III PELAKSANAAN KEGIATAN... 10 A. Ruang Lingkup... 10 B. Pelaksana dan Penanggung Jawab 12 Kegiatan... C. Lokasi, Jenis dan Volume... 13 D. Simpul Kritis... 14 IV PROSES PENGADAAN BARANG... 16 V PEMBINAAN, PENGENDALIAN, 17 PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN... A. Pembinaan, Pengendalian, 17 Pengawalan dan Pendampingan... B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan... 18 ii

VI MONITORING, EVALUASI DAN 19 PELAPORAN... A. Monitoring... 19 B. Evaluasi... 19 C. Pelaporan... 19 VII PEMBIAYAAN... 22 VIII PENUTUP... 23 Lampiran... 24 iii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Form Penanganan Kasus Gangguan Usaha Dan Konflik Perkebunan... 25 2. Lokasi dan volume kegiatan Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, Serta Penanganan Kasus Gangguan Usaha 27 Perkebunan... 3. Lokasi dan volume Kegiatan pertemuan di 21 Provinsi dengan rincian sebagai berikut... 28 iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus gangguan usaha perkebunan terus meningkat jumlah dan kualitasnya baik dalam bentuk penjarahan produksi, pengrusakan asset perusahaan, penyerobotan lahan dan tuntutan masyarakat terhadap lahan, kebun dan posisi pimpinan perusahaan. Dampak terjadinya gangguan dan konflik usaha perkebunan yaitu terganggunya keberlanjutan usaha perkebunan yang akan berpengaruh pada kondisi sosial dan ekonomi serta gangguan keamanan masyarakat dan wilayah. Permasalahan gangguan dan konflik usaha perkebunan memiliki karakter multidimensi yaitu ekonomi, politik, hukum, sosial dan lingkungan, sehingga dengan demikian penyelesaiannya tidak dapat dilakukan secara parsial dan kuratif serta harus melibatkan berbagai pihak terkait. Berkaitan dengan hal tersebut diatas dalam rangka meningkatkan sinergitas antara Pusat dan Daerah dalam upaya penanganan gangguan dan konflik usaha perkebunan maka perlu dilakukan Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, serta Penanganan Kasus Gangguan Usaha Perkebunan serta Pertemuan Koordinasi / Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan (Bedah Kasus). 1

. B. Sasaran Nasional 1) Terfasilitasi, terinventarisasi dan teridentifikasinya gangguan dan konflik usaha perkebunan. 2) Terlaksananya Pertemuan Koordinasi / Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan di daerah. C. Tujuan Tujuan kegiatan adalah: 1) Melakukan inventarisasi dan identifikasi kondisi dan jenis gangguan dan konflik usaha perkebunan yang ada di daerah; 2) Membantu upaya dalam penyelesaian gangguan usaha perkebunan dan berkoordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan; 3) Meningkatkan kesadaran pekebun dan masyarakat serta perusahaan perkebunan dalam penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan. 4) Meningkatkan koordinasi penanganan gangguan dan konflik usaha perkebunan antar instansi terkait di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota. 2

5) Meningkatkan persamaan persepsi antar pihak terkait mengenai penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan. D. Pengertian Umum 1) Perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkait Tanaman Perkebunan. 2) Usaha Perkebunan adalah usaha yang menghasilkan barang dan/atau jasa Perkebunan. 3) Gangguan Usaha Perkebunan adalah suatu keadaan yang menyebabkan terganggunya Usaha Perkebunan. 4) Dinas adalah satuan kerja perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintaha terkait perkebunan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota. 5) Pelaku usaha perkebunan adalah pekebun dan perusahaan perkebunan. 3

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 1. Pendekatan Umum Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan. a. SK Tim Pelaksana Kegiatan 1) Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian. 2) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan gangguan usaha perkebunan untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi. b. Rencana kerja Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan. c. Juklak, Juknis Penanggungjawab kegiatan harus menyusun Juklak/Juknis yang mengacu kepada pedoman teknis yang dikeluarkan oleh Ditjen.Perkebunan. Penyusunan Juklak/Juknis untuk kegiatan TP 4

Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana. d. Koordinasi dan Sosialisasi Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan melibatkan instansi terkait dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan. Sosialisasi dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada pelaku usaha perkebunan, masyarakat dan aparat pemerintah. e. Pelelangan/pengadaan Pelelangan/pengadaan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelelangan/pengadaan barang dan jasa harus selesai pada bulan Februari 2016. f. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung. g. Laporan 1) Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV. 5

2) Laporan akhir kegiatan disampai kan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2016. 2. Prinsip Pendekatan Teknis a. Melakukan Pertemuan Koordinasi / Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan dengan mengundang instansi terkait, pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. b. Melakukan koordinasi dan musyawarah untuk mufakat dengan masyarakat, pelaku usaha perkebunan dan instansi terkait untuk mendapatkan penyelesaian yang adil. 3. Tindak Lanjut Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut: a. Tahap Pelaksanaan Kegiatan 1) Perencanaan kegiatan/jadual kegiatan. 2) Pembuatan Juklak Juknis setiap kegiatan. 3) Menunjuk penanggung jawab dan pelaksana kegiatan. 4) Survei lokasi kegiatan. 5) Koordinasi dengan instansi terkait. 6

6) Menindaklanjuti rekomendasi hasil pembinaan. b. Tahap Pasca Pelaksanaan Kegiatan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan. Dinas provinsi/kabupaten/kota melakukan pembinaan dan inventarisasi gangguan usaha perkebunan serta terus meningkatkan koordinasi dengan pelaku usaha perkebunan dan instansi terkait lainnya baik tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. B. Spesifikasi Teknis 1. Kriteria a. Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, serta Penanganan Kasus Gangguan Usaha Perkebunan 1) Kegiatan dilaksanakan di provinsi atau kabupaten/kota yang rawan terjadinya gangguan usaha perkebunan; 2) Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdapat usaha perkebunan. b. Pertemuan Koordinasi / Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan (bedah kasus) 1) Kegiatan dilaksanakan di provinsi atau kabupaten/kota yang rawan 7

2. Metode terjadinya gangguan usaha perkebunan; 2) Peserta berasal dari pelaku usaha perkebunan, Dinas yangmenangani perkebunan, masyarakat, praktisi dan instansi lainnya. 3) Materi pertemuan dapat berupa kebijakan penanganan gangguan usaha perkebunan, peraturan di bidang perkebunan dan lainnya. a. Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, serta Penanganan Kasus Gangguan Usaha Perkebunan 1) Melakukan inventarisasi kasus gangguan usaha perkebunan di wilayah kerja masing-masing; 2) Melakukan identifikasi dengan mengelompokan jenis kasus gangguan usaha perkebunan (GUP- Lahan, GUP-Non Lahan dan GUP Kehutanan); 3) Membuat data rekapitulasi kasus GUP di wilayah kerjanya sesuai Format 1 yang terdapat dalam lampiran 1; 4) Membuat notulen rapat/berita acara hasil pertemuan/rapat (bedah kasus) sesuai. 8

5) Melakukan monitoring tindak lanjut hasil dari point 4. b. Pertemuan Koordinasi / Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan (bedah kasus) 1) Melakukan pembahasan berbagai materi dan masukan dari instansi terkait. 2) Penyusunan rumusan hasil pertemuan. 9

III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup 1) Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, dan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan sebagai berikut: a. Inventarisasi data dan informasi, terkait dengan gangguan usaha perkebunan antara lain berdasarkan pengaduan; b. Mengidentifikasi kondisi dan jenis gangguan usaha perkebunan; c. Groundcheck ke lokasi terjadinya GUP untuk dilakukan pembinaan pada pihak terkait; d. Indikator Kinerja; No Indikator Uraian 1 Input/Masukan - Dana - SDM - Data dan informasi 2 Output/Keluaran Terselenggaranya kegiatan Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi dan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan 3 Outcome/hasil Tersedianya data dan informasi terkait kasus GUP dari pihak-pihak terkait sebagai bahan 10

untuk memberikan rekomendasi penyelesaian kasus GUP 2) Pertemuan Koordinasi / Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan (Bedah Kasus), sebagai berikut: 1) Persiapan pertemuan 2) Pelaksanaan Pertemuan 3) Penyusunan rumusan hasil pertemuan. 4) Penyusunan laporan kegiatan pertemuan 5) Indikator Kinerja; No Indikator Uraian 1 Input/Masukan - Dana - SDM - Data dan informasi 2 Output/Keluaran Terselenggaranya kegiatan Koordinasi /Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan 3 Outcome/hasil Saran, pertimbangan, atau rekomendasi penyelesaian kasus GUP yang dituangkan dalam bentuk rumusan, notulen, atau berita 11

acara yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan/atau pihakpihak yang terkait kasus GUP. B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan 1. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan. 2. Kewenangan dan tanggung jawab : a. Direktorat Perlindungan Perkebunan 1) Menyiapkan Terms of Reference (TOR) dan Pedoman Teknis; 2) Melakukan bimbingan, pembinaan, monitoring dan evaluasi. b. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan 1) Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan di tingkat provinsi; 2) Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan dan 12

Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan serta institusi terkait lainnya; 3) Membuat petunjuk pelaksanaan kegiatan Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan; 4) Melakukan pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan; 5) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan. C. Lokasi, Jenis dan Volume 1) Kegiatan Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, dan Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan dilaksanakan di 21 provinsi dengan sasaran 21 kasus gangguan usaha perkebunan dan dengan rincian pada lampiran 2. 2) Pertemuan Koordinasi / Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan (Bedah Kasus) dilaksanakan di 21 provinsi dengan rincian pada lampiran 3. 13

D. Simpul Kritis 1) Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, dan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan: - Kasus Gangguan Usaha Perkebunan pada umumnya sudah terjadi dan berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu dan penanganannya melibatkan berbagai pihak yang terkait baik di tingkat pusat maupun daerah; - Koordinasi antar instansi terkait belum berjalan optimal; - Penanganan kasus gangguan usaha perkebunan umumnya masih bersifat parsial; - Belum semua Provinsi/Kabupaten/ Kota membentuk Tim penanganan kasus Gangguan Usaha Perkebunan; - Terdapat perbedaan pemahaman baik petugas, masyarakat, atau pelaku usaha perkebunan tentang peraturan perundang-undangan bidang perkebunan. - Penyelesaian gangguan usaha perkebunan adalah pejabat pemberi izin usaha perkebunan yaitu bupati/walikota sementara dinas perkebunan yang menangani hanya 14

sebagai perangkat kerja pejabat tersebut. 2) Kegiatan Pertemuan Koordinasi / Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan (Bedah Kasus). dilaksanakan pada triwulan I sedangkan pelaksanaan dilapangan tidak sesuai dengan rencana kerja. 15

IV. PROSES PENGADAAN BARANG Pengadaan barang dan jasa kegiatan Perlindungan Perkebunan untuk dana Tugas Perbantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan mengacu kepada Perpres No 54 tahun 2010 dan Perpres No.70 tahun 2012. Semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang melalui proses tender, pelaksanaan dan penetapan pemenang harus sudah sesuai dengan usulan rencana yang disampaikan oleh Satker pada awal tahun kegiatan. 16

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan. Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui pemberian rekomendasi dan pemecahan masalah terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi 17

kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan. B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pembinaan, pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien. Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan pemberdayaan perangkat pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan. Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan tingkat provinsi. 18

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan. Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung. B. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya. Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi pada wilayah kerja masingmasing. C. Pelaporan Setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. Laporan dibuat oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline 19

penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan. 1. Jenis Laporan : a. Laporan Mingguan Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum at. b. Laporan Bulanan Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya. c. Laporan Triwulan Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan fisik dan keuangan (Lampiran 4) pelaksanaan kegiatan setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya. d. Laporan Akhir Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan, setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan 20

kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail 2. Out Line Laporan Out line laporan akhir kegiatan seperti dalam lampiran 5. 21

VII. PEMBIAYAAN Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan di daerah antara lain didanai dari APBN tahun anggaran 2016 melalui anggaran Tugas Pembantuan (TP) Ditjen. Perkebunan. 22

VIII. PENUTUP Pedoman Teknis kegiatan Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan merupakan acuan secara umum yang perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) yang lebih operasional. Diharapkan dengan pedoman teknis ini, pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang direncanakan. -----ooo----- 23

LAMPIRAN 24

Lampiran I. FORM PENANGANAN KASUS GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK PERKEBUNAN PROVINSI... SAMPAI DENGAN BULAN... TAHUN 2016 No Lokasi Terjadi nya GUP Pihak yang terlibat kasus GUP Lahan Jenis GUP Non Lahan Kehut anan Uraian Singkat Permas alahan Upaya Penanganan Keterangan 1. *) dimediasi oleh... pada tanggal... *) proses peradilan *) Kasus selesai, dalam proses, pending, belum ditangani CATATAN: Tipologi Kasus Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 1. Tipologi GUKP Lahan, a.l: a. Penggunaan tanah adat/ulayat tanpa persetujuan pemuka adat/masyarakat; b. Belum selesainya penetapan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi/Kabupaten/Kota; c. Okupasi/penyerobotan lahan pelaku usaha perkebunan oleh masyarakat; d. Tumpang tindih lahan perkebunan dengan kawasan pertambangan; e. Terjadinya tumpang tindih lahan karena izin baru; f. Proses penerbitan HGU tidak sesuai peraturan perundangan; g. Tuntutan masyarakat terhadap tanah yang sedang dalam proses HGU h. Belum dilakukannya ganti rugi lahan/ganti rugi tanam tumbuh, tetapi usaha perkebunan sudah operasional; i. Tanah masyarakat yang diambil alih perusahaan; 25

j. Kebun plasma yang menjadi agunan kredit diperjualbelikan oleh petani tanpa sepengetahuan perusahaan/bank; k. Tuntutan masyarakat terhadap kebun plasma yang telah dijanjikan tidak dipenuhi perusahaan; l. Masyarakat menuntut pengembalian tanah yang sudah dilakukan ganti rugi perusahaan; m. Izin Lokasi sudah berakhir dan tidak dilakukan pembaharuan/perpanjangan; n. Terhadap HGU yang diperpanjang, masyarakat menuntut pengembalian kembali lahannya; o. Masyarakat menuntut lahan perusahaan untuk dimiliki/dikuasai; p. Luas lahan plasma tidak sesuai dengan penetapan jumlah calon petani peserta oleh Bupati; q. Lahan yang ditelantarkan oleh perusahaan; r. Pelaku usaha perkebunan tidak menyelesaikan perolehan hak atas tanah; s. Tanah-tanah perkebunan HGU dituntut untuk diserahkan kepada kelompok masyarakat tertentu dengan dasar tanah ulayatnya. 2. Tipologi GUKP Kehutanan, a.l: a. Pelaku usaha perkebunan diberikan Izin usaha perkebunan berdasarkan RTRWP/RTRWK, namun lokasi usaha perkebunan berdasarkan Peta Kawasan Hutan berada pada Kawasan Budidaya Kehutanan; b. Pelaku usaha perkebunan membuka Kawasan Hutan sebelum ada Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan; c. Pelaku usaha perkebunan memperoleh hak atas tanah sesuai peraturan, namun lokasi usaha perkebunan berdasarkan Peta Kawasan Hutan berada pada Kawasan Hutan. 3. Tipologi GUKP Non Lahan, a.l: a. Pelaku usaha perkebunan tidak memiliki izin usaha perkebunan; b. Tuntutan masyarakat atas pembangunan kebun plasma 20% dari areal yang diusahakan oleh perusahaan (Permentan No.26 Th.2007 jo Permentan 98/2013) c. Petani/pekebun tidak mampu dan/atau tidak ada keinginan membayar/melunasi kredit; d. Penetapan harga/pembelian hasil panen tidak sesuai keinginan pekebun; e. Masyarakat menolak pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit karena dipengaruhi oleh LSM dan pihak ketiga lainnya (oknum); f. Pengerusakan tanaman dan aset perkebunan; g. Penjarahan dan pencurian produksi; h. Masyarakat Ingin ikut serta sebagai peserta plasma; 26

i. Keterlambatan konversi kebun petani peserta/plasma; j. Wanprestasi/ingkar janji kemitraan usaha perkebunan antar pelaku usaha perkebunan; k. Penerbitan Izin Usaha Perkebunan yang belum/tidak sesuai ketentuan; l. Pembangunan kebun melebihi areal yang diizinkan. m. Pembagian sisa hasil usaha tidak proporsional. Lampiran 2.Lokasi dan volume kegiatan Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, Serta Penanganan Kasus Gangguan Usaha Perkebunan NO PROPINSI JUMLAH KASUS 1. ACEH 1 KASUS 2. SUMATERA UTARA 1 KASUS 3. RIAU 1 KASUS 4. JAMBI 1 KASUS 5. SUMATERA BARAT 1 KASUS 6. BENGKULU 1 KASUS 7. SUMATERA SELATAN 1 KASUS 8. LAMPUNG 1 KASUS 9. KEPULAUAN BABEL 1 KASUS 10. BANTEN 1 KASUS 11. JAWA TENGAH 1 KASUS 12. KALIMANTAN BARAT 1 KASUS 13. KALIMANTAN TIMUR 1 KASUS 14. KALIMANTAN SELATAN 1 KASUS 15. KALIMANTAN TENGAH 1 KASUS 16. SULAWESI TENGGARA 1 KASUS 17. SULAWESI BARAT 1 KASUS 18. SULAWESI SELATAN 1 KASUS 19. NUSA TENGGARA BARAT 1 KASUS 20. NUSA TENGGARA TIMUR 1 KASUS 21. MALUKU UTARA 1 KASUS 27

Lampiran 3. Lokasi dan volume Kegiatan pertemuan di 21 Provinsi dengan rincian sebagai berikut. No. PROVINSI JUMLAH KEGIATAN 1. ACEH 1 KEGIATAN 2. SUMATERA UTARA 1 KEGIATAN 3. RIAU 1 KEGIATAN 4. JAMBI 1 KEGIATAN 5. SUMATERA SELATAN 1 KEGIATAN 6. SUMATERA BARAT 1 KEGIATAN 7. BENGKULU 1 KEGIATAN 8. KEPULAUAN BABEL 1 KEGIATAN 9. LAMPUNG 1 KEGIATAN 10. BANTEN 1 KEGIATAN 11. JAWA TENGAH 1 KEGIATAN 12. KALIMANTAN BARAT 1 KEGIATAN 13. KALIMANTAN TENGAH 1 KEGIATAN 14. KALIMANTAN SELATAN 1 KEGIATAN 15. KALIMANTAN TIMUR 1 KEGIATAN 16. SULAWESI BARAT 1 KEGIATAN 17. SULAWESI TENGGARA 1 KEGIATAN 18. SULAWESI SELATAN 1 KEGIATAN 19. NUSA TENGGARA BARAT 1 KEGIATAN 20. NUSA TENGGARA TIMUR 1 KEGIATAN 21. MALUKU UTARA 1 KEGIATAN 28

Lampiran 4. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan KeuanganKegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun) NO URAIAN PAGU (Rp) REALISASI KEUANGAN Rp % REALISASI FISIK (%) PERMAS ALAHAN RTL 29

Lampiran 5. Out Line Laporan Akhir Laporan akhir dibuat sesuai out line sebagai berikut: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada) I. PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan dan Sasaran C. Ruang Lingkup Kegiatan D. Indikator Kinerja II. TINJAUAN PUSTAKA III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Waktu dan Lokasi B. Alat dan Bahan C. Metode D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E. Simpul Kritis Kegiatan F. Pelaksana G. Pembiayaan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran/rekomendasi C. Rencana Tindak Lanjut VI. DAFTAR PUSTAKA VII. LAMPIRAN 30