KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

Verifikasi Lapangan Lahan Akses Terbuka

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

KATA PENGANTAR. Serpong, Januari Penyusun

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERMUKIMAN, TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi saat ini mengakibatkan

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BANGLI NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BUPATI BANTUL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PETUNJUK PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI, Mengingat

PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 177 TAHUN 2008 T E N T A N G

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

STRUKTUR ORGANISASI DAN TUPOKSI

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

PEDOMAN PENANGANAN PASCA BENCANA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN BERSAMA GUBERNUR JAWA TIMUR DAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2013 NOMOR TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

BAB II. di Jalan Dipenogoro No. 21 A Medan. BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara. pemerintah orde lama digantikan oleh pemerintah orde baru yang secara

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI BANTUL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN PETUNJUK PELAKSANAAN DEKONSENTRASI TAHUN 2017 PEMANTAUAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN A. Dasar Hukum Kegiatan Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengamanatkan Pemerintah untuk melakukan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Salah satu indikator kerusakan lingkungan dapat dipantau dari perubahan tutupan lahan. Sejak tahun 2011, Kementerian Lingkungan Hidup (saat itu) menerbitkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dengan tiga indikator dan salah satunya mengenai tutupan hutan. Dalam kurun tahun 2011-2015, indeks tutupan hutan semakin menurun. Kondisi tutupan hutan yang semakin menurun tersebut, diikuti dengan sebaran dan frekuensi kejadian bencana banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan. Untuk memperbaiki kondisi ini, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 menetapkan sasaran yang akan dicapai yakni indeks tutupan lahan meningkat dari nilai 59 menjadi 62. Untuk mencapai sasaran tersebut, perlunya upaya meningkatkan kualitas tutupan lahan secara terkoordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, komponen masyarakat dan dunia usaha. Dalam UU 32 Tahun 2009, ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi: 1. Perencanaan. 2. Pemanfaatan. 3. Pengendalian. 4. Pemeliharaan. 5. Pengawasan, dan 6. Penegakan hukum. Dengan ruang lingkup tersebut, upaya peningkatan kualitas tutupan lahan perlunya dilakukan melalui Pengelolaan Tutupan Lahan Berbasis Desa dan Perdesaan. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah Desa melalui Kepala Desa berkewajiban untuk mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup. Untuk pelaksanaan pengelolaan tutupan lahan berbasis desa dan perdesaan ini, dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat desa melalui kegiatan Desa Hijau. Memperhatikan ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pelaksanaan koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha serta Pemerintah Desa, tahapan pengelolaan tutupan lahan meliputi: 1. Penghitungan indeks tutupan lahan. 2. Pemantauan perubahan tutupan lahan. 3. Peningkatan kapasitas daerah dalam pengelolaan tutupan lahan. 4. Penyusunan profil pengelolaan tutupan lahan provinsi. 5. Pengembangan model pembangunan desa hijau pada masing-masing provinsi. 6. Bimbingan teknis dan replikasi pembangunan desa hijau.

7. Monitoring dan evaluasi capaian pengelolaan tutupan lahan di provinsi dan kabupaten/kota. Untuk pelaksanaan tahapan tersebut, sebagian kegiatan dilakukan melalui mekanisme dekonsentrasi kepada Pemerintah Provinsi. Sebagai acuan dalam pelaksanaan dekonsentrasi, disusunlah petunjuk pelaksanaan dekonsentrasi dengan harapan adanya pemahaman yang sama sehingga dapat memberikan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan mulai dari perencanaan. B. Ruang Lingkup Kegiatan Dekonsentrasi Ruang lingkup dekonsentrasi 2017 untuk kegiatan pemantauan perubahan tutupan lahan terdiri dari: 1. Pemantauan perubahan tutupan lahan. Pemantauan perubahan tutupan lahan dimaksudkan agar diperoleh data eksisting penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan, yang selanjutnya akan digunakan dalam pendekatan pengelolaan tutupan lahan. 2. Peningkatan kapasitas daerah kabupaten/kota dalam pengelolaan tutupan lahan. Pengelolaan tutupan lahan melibatkan berbagai pihak, terutama kabupaten/kota. Untuk memaksimalkan peran berbagai pihak tersebut, dilakukan melalui peningkatan kapasitas daerah. 3. Penyusunan profil pengelolaan tutupan lahan. Profil pengelolaan tutupan lahan merupakan dokumentasi perkembangan perubahan tutupan lahan dengan berbagai respon Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha. C. Keluaran (Output) Keluaran (output) yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini berupa Profil Pengelolaan Tutupan Lahan Provinsi yang memuat informasi : 1. Indeks Tutupan Lahan a. Indeks Tutupan Lahan Provinsi. b. Kontribusi Indeks Tutupan Lahan Provinsi terhadap Indeks Tutupan Lahan Nasional. c. Kontribusi Tutupan Lahan Kabupaten/Kota terhadap Indeks Tutupan Lahan Provinsi. 2. Perkembangan Kondisi Tutupan Lahan. a. Penurunan Tutupan Lahan. b. Peningkatan Tutupan Lahan. 3. Peraturan dan Kebijakan untuk Mendukung Pengelolaan Tutupan Lahan. 4. Pendekatan Pengelolaan Tutupan Lahan. D. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Untuk melaksanakan kegiatan dekonsentrasi, dilakukan melalui beberapa tahap pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan a. Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Pembentukan tim pelaksana kegiatan dekonsentrasi dimaksudkan untuk mendistribusikan tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi. Tim Pelaksana Kegiatan terdiri atas: Penanggung Jawab : Kepala SKPD BLHD provinsi; Ketua : Kepala bidang terkait dengan kegiatan pengendalian pencemaran dan kerusakan; Sekretaris : Kepala subbidang terkait dengan kegiatan pemulihan; Anggota : a. Staf BLHD yang diberikan tanggung jawab melaksanakan kegiatan pembinaan dan bimbingan teknis terhadap aparat pemerintah kabupaten/kota dalam pemantauan pencemaran dan kerusakan lingkungan; b. Staf BLHD yang diberikan tanggung jawab melaksanakan kegiatan pemetaan; c. Staf BLHD yang diberikan tanggung jawab melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas kabupaten/kota dan masyarakat; d. Staf BLHD yang diberikan tanggung jawab melaksanakan kegiatan pembinaan serta pengawasan terhadap usaha atau kegiatan yang potensial terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan; e. Staf BLHD yang diberikan tanggung jawab administrasi keuangan; f. Staf BLHD sebagai pendukung kegiatan; g. Unsur lain yang terkait dengan kegiatan dekonsentrasi; Tim Pelaksana Kegiatan bertugas: 1) Menyiapkan langkah-langkah kegiatan baik teknis maupun administrasi; 2) Membuat tahapan dan jadwal rencana kegiatan; 3) Melaksanakan kegiatan yang meliputi: Pemantauan perubahan tutupan lahan. Peningkatan kapasitas daerah kabupaten/kota dalam pengelolaan tutupan lahan. Penyusunan profil pengelolaan tutupan lahan. 4) Berkoordinasi dengan Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka, khususnya Sub Direktorat Inventarisasi dan Pelembangaan; 5) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi sesuai dengan format dan sistematika yang telah ditentukan. b. Penyelenggaraan Rapat Kerja Tim Pelaksana Rapat kerja ini dimaksudkan untuk membahas persiapan dan langkah-langkah kerja yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi, meliputi: penyusunan jadwal dan rencana kerja kegiatan selama satu tahun,

penetapan lokasi prioritas dan identifikasi para pihak yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, penyiapan administrasi bagi operasionalisasi pekerjaan: persuratan dan keuangan, penyiapan kebutuhan bahan, alat dan sarana bagi operasionalisasi pekerjaan di lapangan. 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang terkait dengan realisasi pelaksanaan kegiatan yang telah tersusun dalam jadwal dan rencana kerja. Tahapan pelaksanaan kegiatan ini meliputi: a. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Kegiatan ini dilakukan melalui pertemuan dengan instansi teknis terkait di provinsi dan kabupaten/kota. Rapat koordinasi ini dilaksanakan di provinsi dan dipimpin oleh Kepala BLHD yang dihadiri oleh dinas/instansi dan pihak-pihak terkait, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Rapat koordinasi ini juga dapat dihadiri oleh pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menjadi nara sumber dalam pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi ini. Koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan dekonsentrasi pemantauan perubahan tutupan lahan ini bertujuan untuk menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan dan mendapatkan arahan serta masukan dari berbagai pihak antara lain mengenai: 1) Mekanisme pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi. 2) Mekanisme pengumpulan data dan informasi. 3) Mekanisme koordinasi dengan kabupaten/kota. 4) Upaya peningkatan tutupan lahan. 5) Pengembangan program pengelolaan tutupan lahan di provinsi (tindak-lanjut kegiatan dekonsentrasi) b. Koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Koordinasi dengan pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dilakukan setiap semester dan dapat diselenggarakan di Jakarta maupun di provinsi. Koordinasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi agar sesuai dengan rencana kerja. Kegiatan ini juga untuk melaporkan realisasi hasil kegiatan per semester yang dituangkan dalam bentuk laporan semester. c. Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi 1) Pemantauan perubahan tutupan lahan. a) Metode pelaksanaan Dalam pelaksanaan pemantauan perubahan tutupan lahan membutuhkan keahlian/ketrampilan di bidang sistem informasi geografis, oleh karena itu pelaksanaannya dapat dilakukan melalui bekerjasama dengan perguruan tinggi setempat yang memiliki kapasitas untuk melakukan hal tersebut.

b) Langkah kegiatan Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemantauan perubahan tutupan lahan adalah sebagai berikut: 1. Tumpang tindih peta tutupan lahan dengan data penggunaan lahan dan data lainnya Output: Peta bahan verifikasi lapangan terhadap tutupan lahan. 2. Pembentukan tim dan pelatihan verifikasi Untuk keperluan verifikasi lapangan dibutuhkan tim verifikasi dan sebelum melaksanakan verifikasi dilakukan pelatihan terhadap anggota tim guna mempersamakan pemahaman pelaksanaan kegiatan verifikasi. 3. Verifikasi lapangan Verifikasi lapangan dilakukan dengan pengamatan visual di lapangan terhadap: - Penggunaan lahan dari setiap poligon tutupan lahan. - Penambahan tutupan vegetasi. - Penurunan tutupan vegetasi. Output: Database tutupan lahan. 2) Peningkatan kapasitas daerah kabupaten/kota Kemampuan dan keterampilan teknis aparat pemerintah daerah, khususnya kabupaten/kota terkait dengan pemetaan dan pengelolaan tutupan lahan masih belum memadai. Untuk itu diperlukan pembinaan dan bimbingan teknis sesuai dengan tuntuan dan kebutuhan dalam melaksanakan pemantauan dan pengelolaan tutupan lahan. Beberapa kegiatan pembinaan dan bimbingan teknis antara lain : a) Pemantauan perubahan tutupan lahan. b) Penyusunan rencana kegiatan untuk pengelolaan tutupan lahan. c) Database dan pembaharuan data tutupan lahan. 3) Penyusunan profil pengelolaan tutupan lahan provinsi Profil pengelolaan tutupan lahan merupakan output akhir dari pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi 2017. Profil ini disusun melalui koordinasi antar instansi (vertikal, provinsi dan kabupaten/kota). Beberapa kegiatan penyusunan profil pengelolaan tutupan lahan sebagai berikut: a) Penetapan Tim Penyusun. b) Pertemuan Tim Penyusun untuk penyusunan rencana kegiatan. c) Penyusunan draft profil pengelolaan tutupan lahan. d) Pembahasan draft profil pengelolaan tutupan lahan. e) Sosialisasi profil pengelolaan tutupan lahan. F. Pelaporan Kegiatan Realisasi kegiatan dituangkan dalam bentuk laporan yang berisikan uraian pelaksanaan kegiatan dengan melampirkan Profil Pengelolaan Tutupan Lahan. Laporan pelaksanaan kegiatan disampaikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setiap semester dan laporan kemajuan kegiatan disampaikan tiap dua bulan.

Adapun outline dari pelaporan tersebut adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang b. Maksud dan Tujuan c. Sasaran d. Keluaran. BAB II. PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN a. Tahapan Pelaksanaan b. Pemantauan Perubahan Tutupan Lahan c. Peningkatan Kapasitas Daerah Kabupaten/Kota dalam Pengelolaan Tutupan Lahan d. Penyusunan Profil Pengelolaan Tutupan Lahan Provinsi BAB III. REALISASI KEGIATAN a. Pemantauan perubahan tutupan lahan; berisikan data dan informasi hasil pelaksanaan pemantauan perubahan tutupan lahan. b. Peningkatan kapasitas daerah kabupaten/kota; berisikan tahapan dan hasil pelaksanaan peningkatan kapasitas. c. Penyusunan profil pengelolaan tutupan lahan; berisikan tahapan pelaksanaan penyusun, yang selanjutnya Profil Pengelolaan Tutupan Lahan dilaporkan secara tersendiri. d. Hasil Kegiatan; berisikan tentang realisasi program kegiatan, seperti nama kegiatan, waktu pelaksanaan, peserta yang terlibat, isi/materi kegiatan dan dokumentasi lapangan. BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI a. Kesimpulan b. Rekomendasi Adapun outline Profil Pengelolaan Tutupan Lahan adalah sebagai berikut: KATA PENGANTAR (Gubernur) BAB I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang b. Maksud dan Tujuan c. Sasaran d. Keluaran. BAB II. INDEKS TUTUPAN LAHAN PROVINSI a. Indeks Tutupan Lahan Provinsi b. Kontribusi Indeks Tutupan Lahan Provinsi terhadap Indeks Tutupan Lahan Nasional c. Kontribusi Tutupan Lahan Kabupaten/Kota terhadap Indeks Tutupan Lahan Provinsi

BAB III. PERKEMBANGAN KONDISI TUTUPAN LAHAN a. Penggunaan Lahan Eksisting (diperoleh dari hasil kegiatan pemantauan perubahan tutupan lahan) b. Penurunan Tutupan Lahan (diperoleh dari hasil kegiatan pemantauan perubahan tutupan lahan) c. Peningkatan Tutupan Lahan (diperoleh dari hasil kegiatan pemantauan perubahan tutupan lahan) d. Kegiatan Penanaman (5 tahun terakhir) BAB IV. PERATURAN DAN KEBIJAKAN MENDUKUNG PENGELOLAAN TUTUPAN LAHAN a. Peraturan Daerah - Rencana Tata Ruang Wilayah - Pemulihan Kerusakan Lingkungan - Lainnya b. Kebijakan - Pengelolaan kawasan lindung - Pengelolaan ekosistem - Lainnya BAB V. PENDEKATAN PENGELOLAAN TUTUPAN LAHAN a. Pengelolaan Hutan b. Pengelolaan Perkebunan c. Pengelolaan Pertambangan d. Lainnya