BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. komponen yaitu Struktur, substansi dan kultur hukum. 2 Ketiga komponen tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

Institute for Criminal Justice Reform

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. gelombang kejahatan yang cukup terasa dan menarik perhatian, terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. laku manusia agar dapat terkontrol, selain itu hukum juga merupakan aspek

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma yang pada hakekatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan bersama yang tertib dan tentram. Di dalam pergaulan hidup tersebut manusia mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang bagaimana memenuhi kebutuhan pokok atau Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai yang positif maupun negatif, sehingga manusia mempunyai konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang baik dan harus dianuti, dan mana yang buruk dan harus dihindari. Kaidah atau norma tersebut sangat berpengaruh terhadap pola-pola berpikir manusia, dimana merupakan satu pedoman mental baginya. Pola berpikir manusia mempengaruhi sikapnya, yang merupakan kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap manusia, benda maupun keadaan-keadaan. Kaidah atau norma itu dapat dipertahankan dengan sanksi, yaitu ancaman terhadap siapa yang melanggarnya. Sanksi itu merupakan suatu pengukuh terhadap perbuatan yang melanggar norma.

Di dalam hukum pidana, norma atau kaedah yaitu larangan atau suruhan, Norma yang merupakan suatu larangan atau suruhan ini adalah salah satu unsur pokok dari hukum pidana, karena sebagaimana kita ketahui di dalam hukum pidana ada dua unsur pokok yaitu : 1. Adanya suatu norma yaitu larangan atau suruhan. 2. Adanya sanksi atas pelanggaran norma itu berupa ancaman dengan hukuman. Dalam pergaulan hidup manusia mendapatkan pengalaman tentang bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok yang antara lain mencakup sandang, pangan, papan, keselamatan jiwa dan harta, harga diri, potensi untuk berkembang, dan kasih sayang. Kaedah atau norma-norma yang mengatur hidup manusia itu dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu : 1. Yang termasuk golongan aspek pribadi, mencakup; a. Kaedah Kepercayaan Tujuan dari kaedah ini hanya untuk menguasai atau mengatur kehidupan pribadi di dalam mempercayai atau meyakini kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. b. Kaedah kesusilaan Kaedah ini mengatur agar manusia hidup pantas atau seyogyanya. 2

2. Yang termasuk golongan aspek hidup antar pribadi, yang meliputi: a. Kaidah sopan santun Tujuan kaedah ini adalah kesedapan hidup bersama. b. Kaedah hukum Tujuan kaedah hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi. Norma tersebut mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud suatu perintah yaitu yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu, oleh karena akibat-akibat tidak baik. Dengan demikian berdasarkan uraian di atas guna norma itu adalah untuk memberi petunjuk kepada rnanusia bagaimana seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan perbuatan perbuatan mana yang harus dihindari. Norma atau kaedah itu dapat dipertahankan dengan sanksi, yaitu ancaman terhadap siapa yang melanggarnya. Sanksi itu merupakan suatu pengukuh terhadap perbuatan yang melanggar norma. Pelanggaran dari norma yang di atas disebut sebagai unsur pokok ke satu dari hukum pidana dinamakan kejahatan. Dalam hal ini kejahatan adalah suatu pelanggaran yang serius yang dilarang oleh ketentuanketentuan hukum yang berlaku, atau yang bertentangan dengan kesejahteraan masyarakat atau moralitas, baik itu berupa tindak melakukan atau tindak berbuat sesuatu kewajiban yang diharuskan oleh hukum. 3

Dalam hal ini, R.Susilo 1 membedakan pengertian kejahatan kedalam dua bagian yaitu: 1. Kejahatan yang ditinjau dari segi yuridis, yaitu suatu perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan dengan Undang-undang. 2. Kejahatan yang ditinjau dari segi sosiologis, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan ketertiban. Dalam rangka pembangunan dan pembinaan hukum di Negara kita maka pemerintah melalui aparat hukum senantiasa menciptakan ketertiban dan keamanan bagi masyarakat perkotaan dan sekitarnya dengan jalan menindak tegas kepada setiap pelaku kejahatan atau pelanggar hukum. Negara kita adalah Negara hukum (Rechstaat) dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtstaat) 2. Hal ini apabila dikaitkan dengan Tap MPR No II/ MPR / 1193 Tentang GBHN yang menyatakan pembangunan di bidang hukum. Dalam Negara Indonesia didasarkan atas landasan sumber tertib hukum seperti terkandung dalam pancasila dan Undangundang Dasar 1945. 1 Bosli,B, Sendi-sendi kriminologi, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hlm 19 2 Tim Pembina Penataran RI, UUD 1945. P4 dan GBHN. Jakarta 1980, hlm 12. 4

Dalam Tap tersebut pembangunan dan pembinaan hukum diarahkan agar dapat : 1. Memantapkan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. 2. Menciptakan kondisi yang lebih mantap, sehingga setiap anggota masyarakat dapat menikmati suasana serta iklim ketertiban dan kepastian hukum. 3. Lebih memberi dukungan dan pengamanan kepada upaya pembangunan untuk mencapai kemakmuran. 3 Diasumsikan bahwa di daerah perkotaan, kriminalitas saat ini berkembang terus, sejalan dengan bertambahnya penduduk, pembangunan, modernisasi dan urbanisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan kota selalu disertai dengan kualitas dan kuantitas kriminalitas. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah kriminalitas tidak dapat dihindari dan memang selalu ada khususnya tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang kerap kali meresahkan ketentraman masyarakat perkotaan khususnya di wilayah Jakarta Barat, tindak pidana tersebut masih merupakan salah satu jenis kejahatan yang cukup menonjol, sedangkan secara kwalitatif dari sudut modus operandinya secara umum kejahatan pencurian dengan kekerasan adalah upaya memiliki uang atau barang secara tidak sah didahului, disertai dan diikuti tindak kekerasan atau ancarnan kekerasan. 3 Tap MPR No. II/MPR/ 93, (Jakarta : Yayasan Pelita), llm 115-116. 5

Modus yang mereka gunakan beragam antara lain; Pelaku memasuki sasaran seolah-olah sebagai tamu, sedangkan pelaku yang lain menunggu diluar sesuai dengan perannya masing-masing. Korban diancam dengan senjata tajam atau senjata api dan dipaksa untuk memberikan sesuatu terhadap pelaku, apabila korban melawan pelaku akan melumpuhkan korban atau melukai ataupun membunuh, karena para pelaku tersebut tidak segan-segan untuk melukai atau bahkan membunuh para korbanya demi mendapatkan hasil curiannya. Oleh sebab itu tindak pidana, pencurian dengan kekerasan tersebut sering menimbulkankan korban jiwa. Sehingga wajar bila menimbulkan keresahan, karena tindak pidana tersebut dianggap sebagai suatu gangguan terhadap kesejahteraan penduduk di daerah perkotaan serta lingkungannya. Dengan demikian dalam menanggulangi tindak pidana pencurian dengan kekerasan ini kita sebagai anggota masyarakat yang menjadi atau calon korban bersama-sama kita membrantas segala macam bentuk pencurian yang ada di sekitar kita dengan bekerjasama oleh aparat yang berwenang yakni polisi setempat, dengan demikian maka aparat hukum (polisi) dalam hal ini mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat penting demi menciptakan keamanan, ketentraman, kesejahteraan serta ketertiban hukum bagi seluruh anggota masyarakat. 6

Oleh karenanya penulis dalam pembuatan penulisan ini sebagai syarat menempuh Sarjana Strata satu memilih judul sebagai berikut : TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI WILAYAH HUKUM POLRES METRO JAKARTA BARAT. (Studi kasus perkara Pidana No.1799/PID/B/2005/PN. JKT. BAR). B. Permasalahan 1. Dasar-dasar pertimbangan hukum apa yang diberikan kepada terdakwa kasus pencurian dengan kekerasan? 2. Hambatan-hambatan apa yang dialami oleh Polres Metro Jakarta Barat dalam menanggulangi tindakan pidana pencurian dengan kekerasan di wilayah Jakarta Barat? 3. Analisa perkara nomor, No : 1799/PID/B/2009/PN.JKT.BRT dan data statistik pencurian dari kepolisian Resot Metro Jakarta Barat. C. Ruang Lingkup Pembahasan Mengingat keterbatasan penulis akan pengetahuan untuk menganalisa suatu permasalahan secara mendalam, maka dengan demikian, penulis akan membatasi ruang lingkup dan permasahan yang akan dibahas pada masalahmasalah pokok dan bagian-bagian yang dianggap perlu untuk dibahas dalam pokok permasalahan sesuai dengan judul penulisan hukum. 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan pengertian dari tindak pidana pencurian khususnya tindak pencurian dengan kekerasan menurut pasal 365 KUHP. 2. Mendapatkan keterangan secara langsung dari masyarakat tentang faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan. 3. Memperoleh data-data yang akurat dari berbagai sumber, baik dari warga masyarakat maupun aparat kepolisian. E. Metode Penelitian Dalam bagian ini akan diuraikan mengenai cara, pendekatan dan metodologi yang ditentukan dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan suatu keterangan yang akurat dan adanya data-data yang sekiranya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya yaitu suatu penelitian terhadap masalah yang berhubungan dengan sifat dan keadaan dari suatu masalah yang akan diteliti. Di dalam pengurnpulan data tersebut, penulis menggunakan metode penelitian dengan cara pendekatan melalui : 1. Metode Normatif (Library research). Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara mengumpulkan berbagai sumber dari buku-buku yang ada di perpustakaan, perundang-undangan, 8

internet dan website, majalah serta hasil-hasil penelitian yang bersifat laporan. 2. Metode Empiris (Field research) Suatu cara pengumpulan data dengan jalan melakukan penelitian secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain: a. Lokasi Penelitian 1) Petugas Polres Jakarta Barat 2) Pengadilan Negeri Jakarta Barat b. Responden 1) Kepala dan Staff Kepolisian Resot Metro Jakarta Barat 2) Staf Pengadilan Negeri Jakarta Barat Lingkungan masyarakat Jakarta Barat E. Sistematika Penulisan Sistematika Penulis ini akan membalas secara singkat isi dari masingmasing Bab agar mendapat gambaran menyeluruh dari skripsi ini yang dilengkapi dengan kata pengantar, daftar isi, Abstrak, Daftar Kepustakaan, dan lampiran-lampiran uraian Bab tersebut adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi pendahuluan yang terdiri dari : Latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. 9

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN Berisi tinjauan umum terhadap tindak pidana pencurian dan kekerasan yang terdiri dari pengertian tindak pidana, akibat-akibat dari perbuatan pencurian, pengertian tindak pidana pencurian, jenisjenis pencurian dalam KUHP, pengaturan tindak pidana pencurian dengan kekerasan di dalam KUHP. BAB III FUNGSI, PERANAN, DAN TANGGUNG JAWAB POLRES JAKARTA BARAT SELAKU PENEGAK HUKUM DALAM MENANGANI KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN Berisi fungsi, pernana, dan tanggung jawab Polres selaku penegak hukum dalam menangani kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terdiri dari : fungsi, peranan, tanggung jawa, hambatan-hambatan Polres, faktor-faktor dilakukannya tindak pidana pencurian dengan kekerasan. BAB IV ANALIS PUTUSAN TERHADAP KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN Berisi analisis putusan dan data statistic terhadap kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terdiri dari : posisi kasus, analisis kasus, dasar pertimbangan hukum, serta hambatan-hambatan yang dilakukan oleh Polres Metro Jakarta Barat. 10

BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis menyimpulkan apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dan memberikan saran yang dikiranya dapat bermanfaa bagi perkembangan hukum dimasa mendatang terutama yang berhubungan dengan tindak pidana pencurian dengan kekerasan. 11