Selama manusia masih hidup di dunia, tentu tidak akan pernah lepas. dengan yang namanya problem-problem kehidupan. Begitu juga dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. umum. Kedua sistem pendidikan ini lebih dikenal dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian studi lapangan yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan yaitu: penelitian lapangan, penelitian pustaka, dan penelitian

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan riset. Sedangkan metode penelitian adalah: metode untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 36. Edukatif, hlm.37

BAB I PENDAHULUAN. Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm 3.

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rencana pemecahan bagi persoalan yang diselidiki. 67

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dokumen pribadi,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 48 Jadi metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah: prosedur penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. B. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. salah satu atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu dengan benar. 2 Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma Interpretif fenomenologis dimana paradigma ini dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 1

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB: III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Untuk menghadapi berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup dinamis. Pendidikan yang berkembang dengan pesat secara otomatis akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah profil pelaku perkawinan poliandri, sebab dan akibat yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam proposal adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang dikumpulkan untuk menunjang kegiatan studi ini pada umumnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara alamiyah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta fakta atau

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan yang telah penulis tetapkan adalah Badan Amil Zakat (BAZ) kota

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nation character

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB III M ETODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama manusia masih hidup di dunia, tentu tidak akan pernah lepas dengan yang namanya problem-problem kehidupan. Begitu juga dengan permasalahan gender khususnya perempuan yang akan terus bermunculan menuntut kebenaran dan keadilan bagi kaumnya. Permasalahan-permasalahan gender dan perempuan khususnya, yang paling sering terjadi adalah mengenai penindasan, eksploitasi, kekerasan dan persamaan hak, baik itu di dalam keluarga, masyarakat dan Negara. Masalah gender dan perempuan yang lebih sering muncul pada umumnya terjadi karena timbul dari berbagai faktor yang saling terkait, antara lain dampak negatif dari perbedaan gender yang menyebabkan ketidakadilan gender. Terjadinya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial atau kultural melalui ajaran keagamaan maupun kebijakan peraturan negara. Sosialisasi gender sering dianggap seolah-olah ketentuan dari Tuhan. Akan tetapi sebenarnya, melalui dialektika konstruksi sosial gender yang terjadi secara evolusional dan perlahan-lahan akan mempengaruhi biologis masingmasing individu. Sebagai pranata sosial, gender bukanlah sesuatu yang baku dan tidak berlaku Universal. Artinya, beda karakter dari masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya begitu juga dari satu waktu dengan waktu yang lainnya. 1

2 Masyarakat yang berada di Yogyakarta misalnya, sangat berbeda dengan masyarakat yang ada di Aceh, demikian juga masyarakat Aceh berbeda pula dengan masyarakat yang ada di Saudi Arabia, yakni dalam hal karakter, sifat, bentuk tubuh, warna kulit, bahasa dan lain sebagainya. Istilah gender sendiri, masih relatif baru dalam tradisi kamus sosial, politik, hukum dan terutama agama di Indonesia. Di sisi lain, kata gender masih cenderung dipahami secara rendah (pejoratif), Banyak orang yang masih sangat antipati terhadap istilah gender. kata gender bagi mereka adalah, bernuansakan semangat pemberontakan kaum perempuan yang diadopsi dari nilai-nilai barat yang tidak bermoral dan tidak religius. Jauh dari apa yang sudah terlanjur dituduhkan banyak orang mengenai isu gender selama ini, sesungguhnya diskursus gender mempersoalkan keadilan dan kebebasan dalam bermasyarakat, terutama dalam hubungan sosial, kultural, hukum dan politik antara laki-laki dan perempuan. Karena itu, satu hal yang harus ditegaskan bahwa pemikiran tentang keadilan gender, pada intinya hanya ingin memahami, mendudukkan dan menyikapi relevansi antara laki-laki dan perempuan secara lebih proporsional dan lebih berkeadilan, karena laki-laki dan perempuan, juga sama-sama sebagai hamba tuhan. Konsep gender sendiri sebetulnya sangat sederhana walaupun pemahamannya sering dikaburkan dengan pengertian jenis kelamin (sexs), masyarakat pada umumnya mengidentifikasikan gender dengan jenis kelamin (sexs).

3 Sebagai langkah awal, perlu ditegaskan bahwa isu-isu gender tidak dapat dipisahkan dari variabel jenis kelamin, bahkan gender secara sosiologis berawal dari perbedaan jenis kelamin. Jenis kelamin adalah konsep biologis sebagai identitas yang membedakan antara laki-laki (jantan) dan perempuan (betina). Identitas jenis kelamin (sexs) dikonstruksikan secara alamiah, kodrati, yang merupakan pemberian khusus (distingtif) yang kita bawa sejak lahir, karena itu, jenis kelamin mempunyai sifat yang tetap, permanen, dan Universal. Sedangkan gender adalah seperangkat atribut dan peran sosial-kultural yang menunjukkan kepada orang lain, bahwa kita adalah feminin atau maskulin. Tidak seperti jenis kelamin yang bersifat kodrati, gender dikonstruksikan secara sosial maupun kultural melalui proses sosial yang bersifat dinamis. Sesuai dengan asal usulnya, pembentukan gender didasarkan pada nilai-nilai sosial dan kultural. Oleh sebab itu, gender dapat berubah sewaktu-waktu (change able), seiring dengan perubahan dimensi ruang dan waktu. Dalam pandangan Mansour Fakih, gender dipengaruhi dan dibingkai oleh banyak hal, dan komponen determinatifnya sangat variatif, seperti nilai-nilai budaya, tradisi agama, sosial dan politik. Gender dikonstruksikan baik sengaja maupun tidak sengaja dan disosialisasikan pertama kali melalui institusi keluarga, lingkungan sosial dan lembaga-lembaga pendidikan, kemudian dicarikan dasar penopang ideologisnya untuk menguatkan jenis perbedaan tersebut. Dalam kaitannya di atas, teks dan doktrin keagamaan sering dijadikan sebagai tempat berlindung dan acuan utama

4 untuk meruimuskan pemikiran tentang keadilan gender. Menurut Mansour Fakih, Pendidikan merupakan hak asasi manusia dan menjadi alat yang sangat penting untuk mencapai kesetaraan, pengembangan dan kedamaian. Pendidikan yang tidak diskriminatif akan bermanfaat bagi perempuan maupun laki-laki, terutama untuk menyetarakan hubungan di antara keduanya. Untuk menjadi agen perubahan, perempuan harus memiliki akses yang adil dalam berkesempatan mengenyam pendidikan. Melek huruf bagi perempuan, merupakan kunci untuk meningkatkan pendidikan dan memberdayakan perempuan, agar bisa berpartisipasi penuh dalam bermasyarakat. Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang bagaimana gender dalam pendidikan Islam, adakah keadilan atau bahkan diskriminasi terhadap gender dalam pendidikan Islam, khususnya terhadap perempuan, di mana perempuan juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan keadilan dalam mencari ilmu pengetahuan yang sama dengan laki-laki. Oleh karena itu juga, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang konsep keadilan gender perspektif Mansour Fakih yang dikenal sangat kritis dalam merespon realitas masyarakat yang diskriminatif dan tafsir-tafsir kebijakan gender yang masih belum jelas. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pandangan Mansour Fakih mengenai konsep keadilan gender dan setelah penulis memahami pandangannya tersebut, maka selanjutnya akan dijadikan sudut pandang untuk menganalisis keadilan gender dalam pendidikan Islam. Kemudian penulis ingin merelevansikan antara konsep keadilan gender

5 perspektif Mansour Fakih dalam pendidikan Islam, sehingga ditemukan sebuah strategi pendidikan gender dalam Islam yang memberikan keadilan khususnya bagi kaum hawa. Dari latar belakang masalah di atas, sekaligus sebagai tugas akhir dalam rangkah menyelesaikan study progam strata satu (S1), maka penulis memunculkan judul penelitian yang nantinya akan dibentuk skripsi yaitu, Konsep Gender Perspektif Mansour Fakih Dan Relevansinya Dalam Pendidikan Islam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan ditanyakan dan yang ingin dijawab adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep keadilan gender perspektif Mansour Fakih? 2. Bagaimana gender dalam pendidikan Islam? 3. Apakah konsep keadilan gender perspektif Mansour Fakih sudah relevan dalam pendidikan Islam? C. Tujuan Penelitian Penelitian atau pengkajian ini sengaja dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui konsep keadilan gender perspektif Mansour Fakih. 2. Untuk mengetahui bagaimana gender dalam pendidikan Islam. 3. Untuk mengetahui apakah konsep keadilan gender perspektif Mansour Fakih sudah relevan dalam pendidikan Islam. D. Kegunaan Penelitian 1. Ingin memberikan wawasan kepada para pemerhati pendidikan Islam, khususnya kepada pemerhati seputar masalah gender dan perempuan baik

6 bagi umat Islam sendiri maupun masyarakat pada umumnya, dengan memahami konsep keadilan gender yang disampaikan oleh tokoh aktivis muslim yang berasal dari Indonesia, yaitu Mansour Fakih. Penulis ingin memberikan dengan detail dan gamblang tentang biografi Mansour Fakih, serta kiprahnya dalam dunia kemanusiaan. Dan penulis ingin sekali menyampaikan pula bahwa, Islam sangat memperhatikan permasalahan gender dan perempuan dalam menjaga keadilan, kesetaraan antara kaum laki-laki dan perempuan. Yakni, sebagaimana yang diinginkan oleh Mansour Fakih, hal tersebut dapat dilihat dari perjuangan dan karya-karya beliau pada seputar masalah keadilan gender dan perjuangan hak asasi manusia, seperti di dalam bukunya: "Isu-isu dan manifestasi ketidakadilan gender" dan "Analisis gender dan transformasi sosial". 2. Ingin memberikan pengetahuan yang konstruktif terhadap para akademisi dan pakar pendidikan Islam, bahwa permasalahan gender dan perempuan dalam pendidikan, merupakan hal yang sangat penting dalam Islam, sehingga diperlukan sistem informasi yang baik, sehingga dapat merespon segala permasalahan gender dan perempuan yang terjadi di dalam masyarakat dengan memberikan informasi yang benar dan jelas, dengan memposisikan diri netral dan tidak memihak terhadap salah satu kepentingan tertentu, sehingga keadilan dalam berkomunikasi antara lakilaki dan perempuan dapat terjalin dengan baik, khususnya pada masalah pendidikan Islam, yang diharapkan agar sesuai dengan nilai-nilai ajaran Al-Qur'an.

7 3. Ingin memberikan sumbangsih pemikiran terhadap semua elemen masyarakat, khususnya praktisi pendidikan Islam, agar di dalam proses belajar-mengajar pendidikan Islam, benar-benar proporsional dalam menyoroti segala kebutuhan anak didik dan masyarakat, agar dapat diterima oleh semua kalangan dengan tidak merugikan salah satu pihak golongan tertentu. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan terhadap skripsi yang berjudul, Konsep Keadilan Gender Perspektif Mansour Fakih Dan Relevansinya Dalam Pendidikan Islam, maka penulis akan memaparkan istilah-istilah yang dianggap penting dalam judul skripsi ini, yaitu: 1. Konsep: suatu rancangan atau nilai. 2. Keadilan: memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan hak dan kewajibannya, yang diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya, tanpa membedakan suku, keturunan dan agamanya. 1 3. Gender : suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural sehingga menjadi akibat perbedaan dan fungsi peran sosial dalam masyarakat. 2 4. Perspektif : pandangan, pemikiran, ideologi. 5. Mansour Fakih : seorang tokoh aktivis Indonesia yang dipercaya menjadi anggota komite nasional untuk hak asasi manusia (Komnas HAM), anggota Helsinki Process, suatu forum tingkat internasional yang diprakarsai oleh 1 http://thinkquantum.worldpress.com/2009/11/02/keterbukaan 2 Mansour Faqih, Membincang Feminisme: Diskursus Gender Persfektif Islam, cet. I, ( Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 26.

8 Kementrian Luar Negeri Finlandia, beberapa negara Selatan dan organisasi non pemerintah (ORNOP) Internasional, untuk mengupayakan jalan keluar masalah-masalah globalisasi. 3 6. Relevansi: hubungan atau keterkaitan, dalam kajian ini penulis mencoba untuk mengetahui dan mendalami, adakah hubungan antara konsep keadilan gender perspektif Mansour Fakih dalam pendidikan Islam. Jika tidak ada keterkaitan, maka akan dirumuskan bagaimana pendidikan Islam yang relevan dengan keadilan gender. 7. Pendidikan Islam: Usaha sadar menjadikan peserta didik menjadi manusia dewasa dan sempurna, yang didasarkan pada tujuan untuk menumbuhkan kepribadian total manusia secara seimbang, yaitu melalui latihan spiritual, intelektual, rasional, perasaan dan kepekaan manusia, sampai dengan kepasrahan total kepada Allah SWT, baik pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya. 4 F. Metode Penelitian Dalam menjabarkan pengkajian ini agar lebih tajam dan terarah, Penulis menggunakan metodologi sebagai alat untuk memahami dan menganalisa antara variabel satu dengan variabel yang lainnya, metode tersebut meliputi: 1. Jenis Penelitian Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian pustaka (library research), karena penelitian ini mengkaji sumber data dari materi atau literatur yang relevan dengan judul penelitian yang terdapat dalam sumber- 3 www.vanillamist.com 4 Abdullah Idi, Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h.49

9 sumber pustaka.5 2. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang dipakai adalah pendekatan deskriptis-analitis dan kritis terhadap data yang bersifat kualitatif,.6 untuk mengkaji atau mendeskripsikan dan menganalisa dengan nalar kritis terhadap pemikiran tokoh, maka digunakan pendekatan deskriptis-analitis. 7 a. Sumber Data Penulisan skripsi ini menggunakan jenis dan data deskriptif, yakni : berupa pemikiran atau konsep yang berhubungan dengan judul penelitian yang diambil dari literatur yang ada. Ada dua bentuk sumber data yang akan di pakai, yaitu: 1) Data Primer Dalam penelitian ini, penulis sengaja menampilkan sisi yang lain dari apa yang dikenal dari sosok Mansour Fakih yang tidak hanya dikenal sebagai tokoh aktivis HAM, tetapi juga dibalik pemikiran, perjuangan, dan aktivitasnya, beliau sangat fokus dalam memperjuangkan keadilan gender. Di sini, agama Islam seharusnya mengatasi segala bentuk permasalahan gender, khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam penelitian ini, yang dijadikan rujukan utama oleh penulis dari karyakarya Mansour Fakih adalah : Isu-Isu Dan Manifestasi Ketidakadilan Gender, (Jakarta: PMII Yogykarta,1998), Analisis Gender Dan 5 Nasution, Metode Research,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 145 6 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 5 7 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 63

10 Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Insist Press, 2008), Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerja sama dengan Insist Press, 2002), Gender Dan Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Diskriminasi Dan Beban Kerja Perempuan: Perspektif Gender, (Jakarta: CIDES-UII, 1998), Gender Sebagai Analisis Sosial, (Bandung: Yayasan Akatiga, 1996). 2) Data Sekunder Selain data yang ditulis di atas, data juga dapat berupa bukubuku yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti seri pemikiran tokoh: Asghar Ali Engineer, Menuju Teologi Pembebasan, Dalam Pemikiran Islam Kontemporer, Ahmad Muthali in, Bias Gender Dalam Pendidikan, (Surakarta: Muhammadiyah University, 2001), Fatimah Mernisi, Menengok Kontroversi Peran Wanita, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), Nurul Zuhriah Dan Hari Sunaryo, Inovasi Model Pembelajaran Demokratis Berspektif Gender, Teori Dan Aplikasinya Di Sekolah, (Malang: UMM Press, 2008), Hanun Asrohah, Eni Purwati, Bias Gender Dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Alpha, 2005), Siti Mulia Musdah, Keadilan dan Kesetaraan Jender Perspektif Islam, (Jakarta: Tim Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama, Departemen Agama, 2001), Menggagas Kurikulum Yang berperspektif Gender, ( Jakarta: Jurnal Inovasi, Vol VI/ No.01, 2003), Muslimah Reformis Perempuan Pembaru Keagamaan, (Jakarta: Mizan, 2004), M. Arifin.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 2003), Abdul Mujib, dkk.. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana

11 Prenanda Media, 2006), Ahmad Baidowi, Tafsir Feminis, (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2005), Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) dan lain-lain. b. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penulisan ini, adalah metode dokumenter, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berbentuk catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 8 Metode ini dianggap efektif untuk mendapatkan data yang bersumber dari buku sebagai sumber utama dari penelitian ini. c. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh merupakan bahan mentah yang harus diolah dan disusun agar lebih mudah dalam memperoleh makna dan memudahkan terbentuknya konsep yang matang, karena itu penulis menggunakan tekhnik sebagai berikut : 1) Deduktif (umum-khusus) Menurut Noeng Muhajir, 9 bahwa deduktif adalah suatu tekhnik berfikir dari konsep yang abstrak atau yang lebih umum ke dalam tekhnik berfikir yang lebih fokus atau konkrit. Deduksi juga merupakan cara berfikir yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum, kemudian bertitik tolak dari pengetahuan umum tersebut untuk 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 206 9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, t.th), h. 2

12 menilai kejadian yang lebih khusus. 2) Induktif (khusus-umum) Tekhnik induksi ini dipakai untuk mengemukakan berbagai data yang diperoleh dalam penelitian pustaka (library research), selanjutnya digeneralisasikan sebagai suatu kesimpulan. Induksi merupakan cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang lebih khusus, peristiwaperistiwa yang kongkrit kemudian diambil generalisasi-generalisasi yang bersifat umum. 3) Historis Suatu tekhnik yang dilakukan dengan cara menguraikan sejarah munculnya sesuatu hal yang menjadi obyek penelitian dalam perspektif waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki, 10 Dalam kajian ini membahas tentang sejarah sosok Mansour Fakih dan ruang geraknya dalam menegakkan hak asasi manusia yang pada kesempatan kali ini adalah keadilan gender dan juga mengenai pendidikan Islam dalam gender pada umumnya atau perempuan pada khususnya. 4) Kontekstual Suatu pola pikir yang menekankan pada aspek kondisi atau situasi kekinian (update). Tekhnik ini, mencoba untuk selalu mempertimbangkan perkembangan zaman atau sesuai dengan konteks dinamika sosio kultur yang terjadi pada masyarakat saat ini. Pada kajian ini, penulis ingin melihat bagaimana pandangan 10 WJS Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet XIII (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 312

13 Mansour Fakih bisa diadaptasikan dan diaplikasikan dengan kondisi saat ini, yakni kondisi Indonesia yang terus mengalami perkembangan pemikiran, budaya, sosial dan ekonomi, terutama dengan keadilan gender dalam pendidikan Islam. G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari beberapa komponen yang sistematis dalam bentuk bab per bab dan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya terdapat keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Adapun kerangka berfikir yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan Penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika pembahasan. Bab II : Konsep keadilan gender perspektif Mansour Fakih Berisi tentang biografi Mansour Fakih, keadilan gender, gerakan transformasi feminisme, gender dalam tafsir agama. Bab III : Gender dalam pendidikan Islam Berisi pemahaman tentang definisi pendidikan Islam, karakteristik pendidikan Islam, gender dalam Islam, pendidikan perempuan dalam Islam. Bab IV : Analisa relevansi keadilan gender dalam pendidikan Islam Berisi tinjauan atas keadilan gender dalam pendidikan Islam, citra perempuan dalam pendidikan Islam, mencari problem solving yang

14 shahih, hasil analisa relevansi keadilan gender dalam pendidikan Islam. Bab V : penutup Berisi tentang kesimpulan dan saran.