BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang organ demi organ lengkap dengan segala fungsi masing-masing, dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), sehingga menempatkannya diantara delapan tujuan Millennium

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan. terhambat di dalam Rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu. American College Obstetry and Gynecology (ACOG)

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia lebih atau sama dengan 35 tahun. Kelompok usia ini sudah tidak

BAB V PEMBAHASAN. dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dikenal dengan Millennium Development Goals (MDG s) hingga tahun 2015 adalah dengan menurunkan ¾ risiko jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. normal. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan proses reproduksi yang normal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dipantau selama 3,5 tahun mempunyai kompliksai yang paling sering adalah

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI POLI KEBIDANAN RUMAH SAKIT KESDAM BANDA ACEH. Mayang Sari 1, Imelda 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh. Mengontrol kehamilan secara rutin dan menjelaskan keluhan yang

ABSTRAK. Enok Nurliawati HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA BERAT DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSU DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 214 per

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Preeklamsi adalah kehamilan patologi yang merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BABt PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK IBU DENGAN RIWAYAT PREEKLAMSIA PADA SAAT PERSALINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu merupakan permasalahan global. Tingginya angka kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISS N KOMPETENSI BIDAN DALAM PENANGANAN AWAL PEB DAN EKLAMSIA PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD DR. SOESILO KABUPATEN TEGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. normal yaitu tekanan darah 140/90 mmhg (Prawirohardjo, 2008). 12 minggu pasca persalinan.

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Perinatal merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus di Indonesia. AKI di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Tren AKI di Indonesia menurun sejak 1991 hingga 2007, yaitu 390 menjadi 288 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih tergolong cukup tinggi jika dibandingkan negara ASEAN lainnya. Meskipun, Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, namun pada tahun 2012 Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) mencatat kenaikan AKI yang signifikan yaitu 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 hidup (KKRI, 2015; Bappenas, 2010). Peningkatan jumlah penduduk dan jumlah kehamilan berisiko turut mempengaruhi sulitnya pencapaian target tersebut. Biro Sensus Kependudukan Amerika memprediksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 akan mencapai 225 juta dengan jumlah kehamilan berisiko sebesar 15-20% dari seluruh kehamilan (US Census Bureau, 2011). Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam kehamilan (25%) dan infeksi (12%) (KKRI, 2015). WHO memperkirakan kasus preeklamsi tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan negara maju (Osungbade, 2011). Prevalensi preeklamsi di Negara maju adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang adalah 1,8% - 18% (Osungbade, 2011; Villar et al., 2001). Insiden preeklamsi di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 1

5,3% (US Census Bureau, 2011). Dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat adanya penurunan yang signifikan dari insiden preeklamsi, berbeda dengan insiden infeksi yang semakin menurun sesuai dengan perkembangan antibiotik. Menurut hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) disebutkan bahwa penyebab kematian ibu pada tahun 2013 adalah Preeklamsi Berat (PEB) sebanyak 23%, perdarahan sebanyak 46%, infeksi sebanyak 8% (Dinkes, 2012). Preeklamsi merupakan suatu sindrom spesifik pada kehamilan dimana terjadi hipoperfusi ke organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel yang ditandai dengan hipertensi, proteinuri dan edema (Cunningham, 2006). Penyebab terjadinya preeklamsi hingga saat ini belum diketahui. Banyak teori yang disebutkan para ahli mengenai penyebab preeklamsi, tetapi tiga hipotesis yang saat ini menempati penyelidikan utama, yaitu faktor imunologi, sindroma prostaglandin dan iskemia uteroplasenta (Brinkman, 2010; Pernoll, 2009). Preeklamsi merupakan masalah kedokteran yang serius. Besarnya masalah ini bukan hanya karena preeklamsi berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, tetapi juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di beberapa organ, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya ( Sibai et al., 2005; Ramsay et al., 2003; Wilson et al., 2003). Dampak jangka panjang juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami preeklamsi, seperti berat badan lahir rendah akibat persalinan prematur atau mengalami pertumbuhan janin terhambat, serta turut menyumbangkan angka morbiditas dan mortalitas perinatal yang tinggi. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab tersering kedua morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi dengan berat badan lahir rendah atau bayi yang mengalami pertumbuhan janin terhambat akan memiliki risiko penyakit metabolik pada saat dewasa (preeklamsi.org, 2011; Ngoe, 2006; Barker, 2004). 2

Berdasarkan hal-hal diatas peneliti berminat untuk mengetahui angka kejadian preeklamsi berat di kabupaten Cianjur dan gambaran karakteristik pasien preeklamsi berat di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. 1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang hendak diuraikan di dalam karya tulis ini adalah 1. Berapakah angka kejadian kasus preeklamsi berat di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur periode Januari 2015 Desember 2015. 2. Bagaimana distribusi penderita preeklamsi berat berdasarkan usia di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur periode Januari 2015 Desember 2015. 3. Bagaimana distribusi penderita preeklamsi berat berdasarkan tingkat pendidikan ibu di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur periode Januari 2015-Desember 2015. 4. Bagaimana distribusi penderita preeklamsi berat berdasarkan jumlah paritas di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur periode Januari 2015- Desember 2015. 5. Bagaimana distribusi penderita preeklamsi berat berdasarkan cara persalinan di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur periode Januari 2015- Desember 2015. 6. Bagaimana distribusi penderita preeklamsi berat berdasarkan lama kehamilan di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur periode Januari 2015- Desember 2015. 7. Bagaimana distribusi penderita preeklamsi yang disertai dengan kehamilan ganda di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur periode Januari 2015-Desember 2015. 3

1.3 Maksud dan Tujuan Mengetahui angka kejadian preeklamsi berat dan karakteristik pasien yang ditinjau dari usia ibu hamil, tingkat pendidikan ibu, jumlah paritas, jumlah persalinan spontan dan buatan, lamanya kehamilan dan kelahiran kembar pada ibu yang mengalami preeklamsi berat di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur periode Januari 2015 Desember 2015. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademis Memberikan informasi mengenai angka kejadian preeklamsi berat dan karakteristiknya pada ibu hamil di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. 1.4.2 Manfaat Praktis Diharapkan masyarakat waspada terhadap kejadian preeklamsi berat yang tinggi pada usia tersering dan kelompok jumlah paritas tersering terutama di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur dan wilayah sekitar kabupaten Cianjur. 1.5 Landasan Teori Preeklamsi merupakan penyakit pada kehamilan yang ditandai oleh hipertensi dan proteinuria yang terjadi pertama kali saat usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklamsi diklasifikasikan menjadi preeklamsi ringan dan preeklamsi berat. Preeklamsi berat merupakan penyakit pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah sistolik 160 mmhg atau 4

tekanan darah diastolik 110 mmhg, trombositopenia dengan jumlah platelet <100.000/mikroliter, gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal progresif, edema paru-paru, atau gangguan saraf atau visual yang terjadi pertama kali setelah usia kehamilan 20 minggu sampai dengan puerperium (Cunningham, 2015). Hipertensi pada kehamilan, termasuk preeklamsi, terjadi pada 10% kehamilan di dunia. Estimasi angka kematian terkait preeklamsi adalah 50.000-60.000 kematian setiap tahun di dunia. Insidensi preeklamsi di dunia pada populasi nulipara 3-10%, sedangkan pada populasi multipara insidensinya bervariasi namun lebih sedikit dibandingkan dengan preeklamsi pada populasi nulipara. Di Amerika, peningkatan insidensi preeklamsi sebanyak 25% terjadi selama dua dekade terakhir (Task, 2013). Faktor risiko preeklamsi diantaranya usia ibu saat hamil yang ekstrim (<20 tahun atau >35 tahun), nulipara, sosioekonomi, ras Afrika-Amerika, kehamilan ganda, riwayat keluarga preeklamsi, riwayat preeklamsi pada kehamilan sebelumnya, penyakit ginjal kronis, mutasi gen, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan dan diabetes mellitus. Hal tersebut menunjukan bahwa karakteristik pasien turut berperan serta dalam angka kejadian preeklamsi (Norwitz, 2013) Usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsi. Usia yang rentan terkena preeklamsi adalah usia < 18 tahun atau > 35 tahun (Bobak, 2004). Pada usia < 18 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan (Manuaba, 1998). Hal ini akan meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklamsi dan eklamsi. Sedangkan pada usia 35 tahun atau lebih, rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi dan eklamsi. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir yang tidak lentur lagi (Rochjati, 2003). Tekanan darah juga akan meningkat 5

seiring dengan pertambahan usia. Sehingga pada usia 35 tahun atau lebih dapat cenderung meningkatkan risiko terjadinya preeklamsi (Potter, 2005). Paritas pada ibu merupakan salah satu faktor terjadinya preeklampsia. Paritas pertama berhubungan dengan kuranganya pengalaman dan pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) merupakan paritas beresiko terjadinya preeklampsia. Ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 4) sudah mengalami penurunan fungsi system reproduksi (Henderson, 2006). Tingkat pendidikan ibu dapat menjadi faktor risiko terjadinya preeklamsi. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih muda dalam mengidentifikasi stressor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil penelitian Ria Maryanti (2013) menunjukkan bahwa pendidikan ibu berpengaruh terhadap Preeklampsia Berat. Pada ibu dengan pendidikan yang rendah ditemukan bahwa ibu kurang mengerti akan pentingnya memeriksakan kehamilan dan apabila ada kelainan pada kehamilan maka tidak dapat terdeteksi secara dini dan apabila ibu rajin dalam memeriksakan kehamilan maka ibu akan mengetahui apakah ibu mempunyai masalah kesehatan misalnya, tekanan darah tinggi, terkena anemia, kencing manis, dan lain sebagainya. Maka dari itulah pentingnya seorang ibu tersebut berpendidikan tinggi. (Ria Maryanti, 2013) Pada preeklamsia berat, persalinan harus segera dilakukan. Sedapatdapatnya dilakukan induksi persalinan sehingga bisa melahirkan melalui jalan lahir. Namun jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada eklamsia), maka harus dilakukan operasi Caesar (Alijani, 2012). 6

Pengobatan yang terbaik untuk preeklamsi ialah mengakhiri kehamilan karena untuk mencegah timbulnya eklamsi, keadaan ibu akan berangsur baik setelah persalinan, dan adanya kemungkinan kematian bayi di dalam rahim. Pada preeklamsi berat kemungkinan hidup bagi janin lebih baik di luar kandungan, sehingga tidak ada guna menunda persalinan. Jadi jika kondisi preeklamsi berat tidak berkurang dengan terapi di rumah sakit selama 2 hari dan usia kehamilan sudah matur maka harus dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Sedapat-dapatnya dilakukan induksi, namun kalau tidak mungkin dilakukan operasi Caesar (Padjadjaran, Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi, 2004). Kehamilan ganda juga merupakan faktor risiko terjadinya preeklamsi. Suatu studi yang melibatkan 52.028 wanita hamil menunjukkan, kehamilan kembar meningkatkan risiko preeklamsi hampir 3 kali lipat. Analisa lebih lanjut menunjukkan kehamilan triplet memiliki risiko hampir 3 kali lipat dibandingkan kehamilan duplet (Duckitt, 2005). Sibai, dkk menyimpulkan bahwa kehamilan ganda memiliki factor risiko yang lebih tinggi untuk menjadi preeklamsi dibandingkan kehamilan normal (Sibai et al, 2000). Beberapa respon fisiologis ibu yang normal terhadap kehamilan akan diperburuk dengan adanya janin ganda (Shields, 2001). 7