EKUITAS DALAM PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN EQUITY IN HEALTHCARE DELIVERY

dokumen-dokumen yang mirip
EKUITAS DALAM PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN (Studi Pada Ibu Pengguna Jampersal dan Non-Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Dupak Kota Surabaya)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian...

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS ANTANG

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan tempat bidan bekerja (Soepardan & Hadi, 2008).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EQUITY PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDOKAN AYU KOTA SURABAYA

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

HUBUNGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PUSKESMAS TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TEMPAT BERSALIN PADA IBU HAMIL (Studi Kasus di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ibu melahirkan merupakan salah satu dari tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

59 KEPUASAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN USIA PADA IBU HAMIL

Hubungan Antara Persepsi Ibu Hamil Tentang Mutu Pelayanan Antenatal Dengan Kepuasan Ibu Hamil Di Puskesmas Krobokan Kota Semarang

SIKAP IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PERTAMA (K1) COMPLIANCE WITH THE ATTITUDE OF PREGNANT WOMEN PRENATAL CARE FIRST VISIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

JURNAL ILMU BERBAGI PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN DI KELURAHAN MULYAHARJA KOTA BOGOR TAHUN 2013

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

HUBUNGAN FAKTOR KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS HAURGEULIS INDRAMAYU TERHADAP PESAN ANTENATAL CARE

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010 SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan. Salah satu bentuk

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

KONTINUITAS PEMAKAIAN KB PASCA SALIN PADA PASEN JAMPERSAL DI RS.DR M.DJAMIL PADANG PERIODE JANUARI-SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) K1 IBU HAMIL DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) K1 IBU HAMIL sdi KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS PEGAWAI DAN MASA KERJA DENGAN KUNJUNGAN RAWAT JALAN DI MUHAMMADIYAH MEDICAL CENTER

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

Sartika Zefanya Watugigir Esther Hutagaol Rina Kundre

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibudan Anak (KIA)merupakan masalah kesehatan yang sangat

TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN DESA DI KABUPATEN JEMBER TERHADAP PROGRAM JAMPERSAL

III TAHUN Disusun Oleh WIWEN INDITA PROGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN ULANG PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD MARIA WALANDA MARAMIS Sherly Nayoan*

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

HUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

HUBUNGAN KEPUASAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS KOMBOS KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI BESI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN KEC

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

suplemen Informasi Jampersal

Zakiyah,et al, Hubungan antara Peran Petugas Kesehatan dengan Cakupan Imunisasi per Antigen...

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

ANALISIS VERTICAL EQUITY PADA PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN VERTICAL EQUITY ANALYSIS ON HEALTHCARE UTILIZATION.

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP CAKUPAN KUNJUNGAN PERTAMA (K1) DI PUSKESMAS LEMAH WUNGKUK KOTA CIREBON TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No. 2 Juni 2016

Transkripsi:

21 EKUITAS DALAM PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN EQUITY IN HEALTHCARE DELIVERY Intan Nina Sari, Widodo J. Pudjiraharjo Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: intanninasari17@gmail.com ABSTRACT Maternity Insurance Program which known as Jampersal was launched by the Ministry of Health in 2011 to accelerate the achievement of the Millennium Development Goals (MDGs) in 2015. Unfortunately until 2012, this program still could not cover all Jampersal s target. This study was conducted to analyze the equity in the healthcare delivery between Jampersal users and non-jampersal users in Dupak. Inequity was predicted to be one cause of the low utilization Jampersal in community health centre. This research was an analytic study with observational method with cross sectional design. Data was obtained by in-depth interview. There were 45 pregnant and 30 post partum respondents drawn by simple random method from a population of 93 people. This research showed the existance of inequity in healthcare delivery between Jampersal users and non-users. The correlation between variables was analyzed with cross tabulation. The highest equity earned by the respondent with Jampersal status and type of high utilization. The conclusion of this research showed that the use of Jampersal could enhance equity of healthcare delivery. Jampersal users got more complete service than non- Jampersal. With same characteristics (parity, gestational age, type of labor, economic strata) and access, Jampersal users obtained more complete service than non-jampersal. Keyword: need, utilization, Jampersal status, equity PENDAHULUAN Kementerian Kesehatan meluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal) Untuk mempercepat pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dan angka kematian bayi hingga dua per tiga AKI/AKB tahun sebelumnya. Namun sayangnya jumlah pemanfaatan Jampersal di Puskesmas Dupak masih rendah hanya sebesar 36,80% dari target 100%. Tidak seluruhnya jenis pelayanan kesehatan pada program Jampersal dipergunakan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekuitas, baik secara vertikal maupun horisontal pemberian, pelayanan KIA berdasarkan karakteristik pengguna Jampersal dan non- Jampersal di wilayah kerja Puskesmas Dupak. Karakteristik pengguna pelayanan kesehatan ini meliputi status jaminan, usia kehamilan, paritas, jenis persalinan, strata ekonomi. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk perumusan perencaan, strategi promosi, dan upaya lain untuk meningkatkan pemanfaatan program Jampersal di Kota Surabaya. oleh sasaran. Berdasarkan hasil survei pendahuluan kepada 17 responden (ibu hamil dan ibu nifas) hanya 3 orang yang sudah menggunakan Jampersal. Mayoritas masih belum menggunakan Jampersal karena tidak mengetahui tentang program Jampersal (64,28%) dan menganggapa menganggap bahwa prosedur mengikuti Jampersal rumit (21,42%). PUSTAKA Kebutuhan ibu hamil berdasarkan standar kunjungan adalah 4 kali kunjungan dengan ketentuan 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tahun 2007, standar

22 pemeriksaan ibu hamil adalah 7T (timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian table Fe, tes terhadap PMS, dan temu wicara dalam rangka perujukan). Sedangkan kebutuhan ibu nifas adalah pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir, imunisasi Hepatitis B (HB 0), konseling tentang kesehatan ibu dan bayi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi, dan KB, serta kebutuhan kunjungan bidan ke rumah untuk membantu penanganan tali pusar. Ekuitas dalam pemberian pelayanan kesehatan merupakan keadilan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada dua atau lebih kelompok. Terdapat dua bentuk utama dari ekuitas, yaitu ekuitas horisontal dan ekuitas vertikal. Penilaian ekuitas horisontal dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah dengan menganalisis apakah perlakuan yang sama untuk kebutuhan yang sama (Equal Treatment for Equal Need atau ETEN) telah tercapai (Wagstaff & Van Doorslaer, 2000). Sedangkan ekuitas vertikal dinilai dari pemberian pelayanan sesuai dengan proporsi kebutuhan. Menurut (Whitehead, 1991), ekuitas geografis, ekonomi, dan sosial. Akses geografis pemanfaatan pelayanan kesehatan meliputi jarak rumah ibu dengan pelayanan antenatal, tempat persalinan, dan pelayanan nifas serta alat transportasi dan waktu tempuh untuk menjangkau pelayanan kesehatan tersebut. Sedangkan akses ekonomi meliputi ongkos transportasi yang dikeluarkan ibu untuk sampai di pelayanan kesehatan, biaya yang dikelurkan di pelayanan kesehatan, dan konversi biaya waktu dari aktivitas yang ditinggalakn untuk datang ke pelayanan kesehatan. Akses sosial sendiri merupakan faktor pelayanan kesehatan yang meliputi sikap petugas administrasi, sikap pemberi pelayanan kesehatan, dan antrian pemeriksaan. Metode untuk mengukur ekuitas dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan (inequity in health care utilization) adalah dengan membandingkan pelayanan yang diterima antara dua kelompok yang diperbandingkan. Jika pelayanan yang diterima kedua kelompok tersebut tidak sama maka mengindikasikan adanya ketidakadilan. Cara pengukuran ekuitas menurut (Van Der Hoog, 2010) adalah dengan membandingkan kebutuhan dengan pemanfaatan sesuai fungsi persamaan sebagai berikut. mencakup akses yang sama terhadap pelayanan A B kesehatan untuk kebutuhan yang sama dan pemanfaatan yang sama untuk kebutuhan yang sama. Beberapa indikator ekuitas adalah insentif ekonomi, pelayanan kesehatan, akses terhadap pelayanan kesehatan, pemanfaatan pelayanan kesehatan, dan status kesehatan. Akses terhadap pelayanan kesehatan sendiri terdiri dari akses Menurut (Van Der Hoog, 2010), pemberian pelayanan kesehatan kepada kedua kelompok dikatakan adil atau telah equity jika nilai perbandingan antara kebutuhan dan pemanfaatan antara kedua kelompok tersebut mengikuti garis ekuitas atau sama dengan 1.

23 METODE Penelitian ini merupakan sebuah penelitian survei dengan desain penelitian observasional. Penelitian ini hanya melaksanakan pengamatan tanpa intervensi terhadap objek penelitian. Data dikumpulkan secara cross sectional karena pengamatan terhadap variabel dilakukan bersamaan pada suatu saat tertentu. Populasi yang menjadi target dalam penelitian ini adalah semua mengikuti program ini. Adanya jaminan kesehatan lain yang diikuti oleh ibu menyebabkan 11,11% ibu menolak menggunakan Jampersal. Ibu yang menggunakan Jampersal memiliki akses geografis yang memudahkan mereka dalam memanfaatkan pelayanan Jampersal ini. Mayoritas ibu pengguna Jampersal (66,67%) bertempat tinggal di dekat tempat pelayanan kesehatan. Jarak rumah dengan tempat persalinan ibu pengguna Jampersal dan non-jampersal yang kurang dari 5 km). Sedangkan pada ibu non- terdiri dari hamil dan nifas di wilayah kerja Puskesmas Dupak, Kota Surabaya pada bulan Mei tahun 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random. Sampel dalam penelitian ini adalah 75 ibu pengguna Jampersal dan non-jampersal yang terdiri dari ibu hamil dan ibu nifas di wilayah Jampersal (56,25%) jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan tergolong jauh yakni lebih dari 5 km. Alat transportasi yang dimiliki oleh mayoritas responden pada kedua kelompok pengguna Jampersal dan non Jampersal adalah sepeda motor. Sebagian besar ibu hamil yang kerja Puskesmas Dupak pada bulan Mei tahun sudah menggunakan Jampersal datang ke 2012 yang terbagi secara proporsional pada setiap RW (RW 1, RW 2, RW 3, RW 4, RW 5). Cara pengambilan data dilakukan dengan indepth interview menggunakan panduan berupa kuesioner. pelayanan antenatal cukup hanya dengan berjalan kaki (93,33%). Sedangkan pada kelompok ibu non- Jampersal, sebanyak hanya 41,38% yang datang ke pelayanan antenatal dengan berjalan kaki. Waktu tempuh dari tempat tinggal menuju tempat HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 75 ibu di Kelurahan Dupak yang terdiri dari ibu hamil dan ibu nifas, masing-masing sebanyak 45 dan 30. Jumlah ibu pengguna Jampersal lebih sedikit dibandingkan dengan ibu non-jampersal dengan perbandingan 2:3. Sebagian besar (40%) responden yang belum menggunakan Jampersal menjelaskan bahwa mereka belum mengetahui tentang program Jampersal. Sedangkan 13,33% ibu mengaku belum memenuhi persyaratan untuk mengikuti Jampersal sehingga mereka tidak dapat pelayanan kesehatan pada kedua kelompok ini singkat yakni kurang dari 15 menit. Dengan kondisi tersebut, sebagian besar responden menyatakan tidak ada kesulitan secara geografis untuk menjangkau pelayanan kesehatan. Secara umum akses geografis responden, baik Jampersal maupun non-jampersal ke tempat pelayanan kesehatan sudah tergolong mudah. Perbedaan kemudahan akses geografis menuju tempat pelayanan kesehatan menyebabkan adanya perbedaan uang tambahan yang digunakan untuk transportasi. Karena dapat diakses dengan

24 hanya berjalan kaki, sebagian besar ibu pengguna Jampersal tidak mengeluarkan uang untuk sampai di pelayanan antenatal dan post natal. Sedangkan sebagian besar ibu non-jampersal mengeluarkan uang lebih dari Rp 5.000 untuk biaya transportasi mereka mengakses pelayanan kesehatan. Tambahan biaya untuk antenatal care masih dialami oleh kedua kelompok tersebut. Sebagian besar ibu, baik pengguna Jampersal maupun non-jampersal masih mengeluarkan biaya lebih dari Rp 10.000 agar dapat memanfaatkan ANC. Sedangkan untuk biaya persalinan, sebagian besar ibu pengguna Jampersal tidak mengeluarkan uang dan ibu non-jampersal mengeluarkan uang hingga lebih dari Rp 1.500.000. Untuk pemeriksaan nifas, sebagian besar ibu pengguna Jampersal tidak mengeluarkan biaya sedangkan ibu non-jampersal mengeluarkan biaya antara Rp. 10.000-Rp. 50.000. Mayoritas responden tidak memiliki aktivitas yang ditinggalkan untuk ke pelayanan kesehatan sehingga tidak ada biaya waktu yang dikeluarkan oleh responden. Responden menyatakan tidak ada kesulitan dari segi ekonomi untuk menjangkau pelayanan antenatal, tempat persalinan, dan pelayanan nifas. Secara umum akses ekonomi ibu hamil baik Jampersal maupun non-jampersal adalah mudah namun ibu nifas non-jampersal memiliki kesulitan secara ekonomi dalam menjangkau persalinan. Ibu yang tidak menggunakan Jampersal harus menyiapkan uang yang cukup banyak untuk persalinan. Sebagian besar responden menyatakan sikap petugas administrasi dan petugas pemberi pelayanan (antenatal, persalinan, post natal) kesehatan sudah baik. Tidak ada perbedaan dalam perlakukan terhadap antrian pelayanan pada kedua kelompok ibu. Sebagian besar pada kedua kelompok ibu menyatakan bahwa antrian pemeriksaan di pelayanan antenatal dan post natal ramai. Sebagian besar responden, baik pengguna Jampersal maupun non-jampersal menyatakan tidak keberatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan secara soaial. Secara umum akses sosial pada kedua kelompok tersebut adalah mudah. Berdasarkan hasil penelitian, kunjungan ibu hamil pengguna Jampersal dan non-jampersal dalam memanfaatkan pelayanan antenatal sudah tinggi. Kunjungan antenatal pada kedua kelompok ibu sudah memenuhi standar kunjungan antenatal. Namun ibu hamil pengguna Jampersal mendapatkan pelayanan 7T lebih lengkap dibandingkan dengan ibu non-jampersal. Dalam hal imunisasi TT, ibu hamil (trimester 2 dan trimester 3) non-jampersal mendapatkan imunisasi TT yang lebih sedikit dibandingkan ibu pengguna Jampersal. Pertolongan persalinan pada kedua kelompok tersebut juga sudah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang ada. Persalinan normal pada kedua kelompok sudah ditolong oleh bidan dan persalinan tidak normal ditolong oleh dokter spesialis kandungan. Pada perawatan nifas, sebagian besar ibu nifas baik pengguna Jampersal maupun non-jampersal memiliki tipe kebutuhan yang tinggi terhadap pelayanan post natal. Pemeriksaan bayi baru lahir dan imunisasi Hepatitis B merupakan kebutuhan yang paling dibutuhkan pada kedua kelompok. Sebagian besar ibu nifas

25 pada kedua kelompok juga mengungkapkan bahwa mereka membutuhkan konseling. Kebutuhan terhadap kunjungan bidan ke rumah tidak menjadi hal yang dibutuhkan oleh sebagian besar ibu nifas. Jenis pelayanan yang diterima ibu nifas Jampersal dan non-jampersal relatif sama. Ekuitas horisontal pemberian pelayanan kesehatan kepada ibu pengguna Jampersal dan non-jampersal di Kelurahan Dupak pada bulan Mei tahun 2012 adalah sebagai berikut. Tabel 1 Ekuitas Horisontal Pemberian Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Status Jaminan di Kelurahan Dupak pada Bulan Mei Tahun 2012 Status Akses Jaminan Mudah Sulit Tot Jampersal 1,12 30(100%) - 30 Non- Jampersal 1,31 45(91,11%) 4(8,89%) 45 Berdasarkan Tabel 1 nilai perbandingan antara kebutuhan dan pemanfaatan pada ibu pengguna Jampersal lebih kecil daripada ibu non-jampersal. Ibu pengguna Jampersal mendapatkan ekuitas horizontal pelayanan yang lebih tinggi daripada ibu non-jampersal. Prinsip ekuitas horizontal untuk adalah jika seseorang memiliki kebutuhan yang sama akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama pula. Ekuitas horizontal dalam penelitian inii dibedakan berdasarkan status jaminan dalam pembayaran. Status jaminan dibedakan menjadi ibu yang menggunakan Jampersal dan ibu yang tidak menggunakan Jampersal. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang menggunakan Jampersal, kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan pada antenatal, persalinan, dan postnatal lebih terpenuhi secara adil daripada ibu yang tidak menggunakan Jampersal. Hal ini dapat disebabkan karena pelayanan yang diberikan pada Jampersal adalah sama untuk semua ibu dan dilakukan sesuai dengan program pelaksanaan Jampersal. Program Jampersal telah memiliki panduan baku dari Kementrian Kesehatan. Dalam panduan dijelaskan paket apa saja yang bisa diberikan kepada ibu hamil. Tenaga kesehatan wajib melakukan pemenuhan kebutuhan sesuai pedoman tersebut. Adanya pedoman yang mengatur apa saja yang harus diberikan selama antenatal dalam program Jampersal menjamin bahwa ibu hamil yang menggunakan Jampersal akan mendapatkan pelayanan yang sama dengan ibu hamil yang juga menggunakan Jampersal lainnya. Sementara ibu hamil dengan status jaminan non Jampersal ekuitas horizontalnya lebih rendah daripada ibu Jampersal. Hal ini karena tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan terdiri dari berbagai jenis. Dalam program Jampersal penyedia pelayanan kesehatan sudah ditentukan berdasarkan kontrak. Hal ini yang membuat pemberian pelayanan lebih seragam pada ibu Jampersal daripada ibu non Jampersal. Kemudahan akses kedua kelompok ini terhadap pelayanan kesehatan juga berbeda, kelompok ibu Jampersal memiliki akses yang lebih mudah daripada ibu non-jampersal. Kemudahan akses terdiri dari kemudahan akses geografis, sosial, dan ekonomi. Pada ibu Jampersal, kemudahan akses ekonomi telah dijamin oleh pemerintah. Ibu hamil tidak perlu membayar uang

26 sama sekali untuk memanfaatkan pelayanan antenatal yang berkualitas. Kondisi ini memberikan kemudahan akses ekonomi bagi ibu hamil Jampersal untuk memanfaatkan pelayanan dengan status pembayaran ibu (Jampersal atau bukan Jampersal). Berikut adalah nilai perbandingan antara kebutuhan dan pemanfaatan berdasarkan status jaminan dan tipe pemanfaatan. antenatal. Tabel 2 Ekuitas Vertikal Pemberian Pertolongan Persalinan Antara Ibu dengan Persalinan Normal dan Tidak Normal Berdasarkan Tenaga Kesehatan yang Menolong Persalinan di Kelurahan Dupak pada Bulan Mei Tahun 2012 Tabel 3 Ekuitas Nilai Perbandingan Antara Kebutuhan dan Pemanfaatan Berdasarkan Status Jaminan dan Tipe Pemanfaatan Jampersal Pemanfaatan Tot Non-Jampersal Pemanfaatan Tot Jenis Akses Tot Persalinan Mudah Sulit Normal 1,00 21(91,30%) 2(8,70%) 23 Tidak normal 1,00 7(87,50%) 1(12,50%) 8 Prinsip ekuitas vertikal adalah saat seseorang dengan kebutuhan yang lebih maka orang tersebut akan mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Dalam penelitian ini, kebutuhan khusus yang ada dalam ekuitas vertikal diwakili oleh jenis persalinan yang berbeda. Berdasarkan Tabel 2 responden dengan persalinan normal maupun tidak normal mendapatkan ekuitas vertikal pelayanan yang sama. Kedua kelompok ibu dengan jenis persalinan yang berbeda pada penelitian ini telah mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal akses terhadap pelayanan kesehatan, perbedaan jenis persalinan tidak menunjukkan adanya perbedaa. Kedua kelompok memiliki akses yang mudah dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Kemudahan akses kedua kelompok ini baik secara geografis, ekonomi, maupun sosial. Penelitian ini juga memotret tentang perbandingan antara kebutuhan dan pemanfaatan Tinggi Renda h Tinggi Rendah Tinggi 20 1 9 1 21 66,67% 3,33% 20% 2,22% 10 Rendah 4 5 21 14 9 13,33% 16,67% 46,67% 31,11% 35 Total 24 6 30 30 15 45 Berdasarkan Tabel 3, kelompok ibu pengguna Jampersal dengan ekuitas tinggi mendapatkan atau memanfaatkan pelayanan KIA paling banyak. Begitu juga pada kelompok ibu non-jampersal dengan ekuitas rendah mendapatkan atau memanfaatkan pelayanan KIA paling sedikit. Hal ini dapat dipahami bahwa ekuitas terhadap pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi pemanfaatan ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan. Semakin tinggi ekuitas maka ibu akan semakin mampu untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Pemanfaatan ibu Jampersal dan non Jampersal sama-sama memiliki pemanfaatan yang tinggi. Namun ibu yang menggunakan Jampersal lebih sering memanfaatkan pelayanan daripada ibu non Jampersal. Jampersal dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan pelayanan kesehatan oleh ibu hamil. Pemberian pelayanan kesehatan pada kelompok ibu pengguna Jampersal dan non- Jampersal dapat dikatakan adil atau equity jika

27 pelayanan yang diterima oleh kedua kelompok tersebut sama. Sebagian besar responden penelitian, baik Jampersal maupun non-jampersal belum mendapat pemenuhan kebutuhannya secara sempurna. secara ekonomi ibu non-jampersal mengalami kesulitan dalam menjangkau tempat persalinan. Walaupun demikian, ibu non-jampersal mendapatkan ekuitas pelayanan yang sama dengan ibu pengguna Jampersal. Ibu non-jampersal cenderung lebih banyak mengalami pemenuhan kebutuhan yang kurang sempurna. Berdasarkan nilai perbandingan antara kebutuhan dan pemanfaatan, ekuitas pemberian pelayanan tertinggi berada pada kelompok responden dengan karakteristik berstatus Jampersal, belum pernah paritas, usia kehamilan trimester II. Sedangkan ekuitas yang didapatkan responden berdasarkan jumlah penghasilan adalah sama. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, variabel status jaminan dan pemanfaatan memiliki hubungan dengan variabel ekuitas. Hal ini berarti bahwa kelompok ibu pengguna Jampersal dengan ekuitas tinggi mendapatkan atau memanfaatkan pelayanan KIA paling banyak. Begitu juga pada kelompok ibu non-jampersal dengan ekuitas rendah mendapatkan atau memanfaatkan pelayanan KIA paling sedikit. Ekuitas tinggi jika nilai perbandingan antara kebutuhan dan pemanfaatan memiliki selisih 0 atau 0,1 dengan 1. Ekuitas vertikal dalam pemberian pelayanan kesehatan adalah pemberian pelayanan SIMPULAN Secara kuantitatif, terdapat perbedaan ekuitas antara ibu pengguna Jampersal dan non- Jampersal berdasarkan status paritas, usia kehamilan, dan jenis persalinan. Namun secara uji statistik, tidak ada perbedaan ekuitas antara kedua kelompok berdasarkan karakteristik tersebut. Keikutsertaan dalam Jampersal mempertinggi ekuitas pemberian pelayanan kesehatan. Sedangkan ekuitas yang tinggi akan menyebabkan pemanfaatan atau pemberian pelayanan kesehatan yang tinggi pula. Jadi, dengan status Jampersal dan ekuitas yang paling tinggi, responden akan memanfaatkan atau mendapatkan pelayanan kesehatan yang paling banyak dan begitu juga sebaliknya. Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan promosi program Jampersal kepada masyarakat agar dapat meningkatkan jumlah pengguna Jampersal. Selain faktor tenaga kesehatan, masyarakat merupakan kelompok yang memegang peran penting dalam tercapainya yang sesuai dengan tingkat kebutuhan. Penelitian ekuitas. Pengetahuan tentang berbagai program ini membandingkan dua kelompok yaitu ibu dengan persalinan normal dan tidak normal. Berdasarkan hasil penelitian, akses ibu pengguna Jampersal dan non-jampersal untuk menjangkau persalinan kesehatan yang telah dicanangkan oleh pemerintah akan meningkatkan akses masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan murah. adalah mudah secara geografis dan sosial. Namun,

28 Peneliti lain yang ingin meneliti ekuitas pemberian pelayanan pada ibu pengguna Jampersal dan non-jampersal disarankan untuk meneliti ekuitas pada pemberian pelayanan pada ibu pengguna Jampersal dan non- Jampersal di pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta untuk membandingkan tingkat ekuitas pemberian pelayanan antara pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 2004. Standar Pelayanan Minimal. (sitasi 22 Januari 2012) Doorslaer, Eddy V., Koolman, X. & Puffer, Frank. 2010 Equity in The Use of Physian Visits inoecd Countries: Has Equal Treatment for Equal Need Been achieved? International Journal for Equity in Health. chapter 11 http://faculty.arts.ubc.ca/revans/384physic.pdf (sitasi 13 November 2011) Van Der Hoog, M., 2010. measuring Equity in Health Care Delivery: A new Method Based on the Concept of Aristotelian Equality. [Online] Netspar Available at: http://arno.uvt.nl [Accessed 23 November 2011]. Wagstaff, A. & Van Doorslaer, E., 2000. Measuring and Testing for Inequity in the Delivery of Healthcare. The Journal of Human Resources, 35(4), pp.716-33. Whitehead, M., 1991. The Concept and Principles of Equiy and Health. World Health Organization Regional Office for Europe.