BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi akuntan publik, akuntan internal, akuntan pemerintah, dan akuntan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Aktivitas bisnis sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini karena kalau bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau dari sudut bahasa, sikap dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh:

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa profesional akuntan publik. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

Desi Ika Dosen STMIK Potensi Utama ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu unsur dari Good Corporate Governnance. Sedangkan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh diskriminasi secara struktural dan kelembagaan. Di sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan bahasa bisnis dan sistem informasi. Akuntansi tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bisnis. Pada umumnya, tujuan semua usaha bisnis adalah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. lalu, akuntan sangat diidentikkan dengan akuntan publik. Seiring dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga mengakibatkan mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. tempat berlangsungnya proses pembentukan karakter seseorang melalui

BAB I PENDAHULUAN. membahas tentang latar belakang penelitian yang. penelitian sebelumnya. Selanjutnya berdasakan latar belakang penelitian, dapat

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu manajemen yang baik. Menurut Welsch (2000) misinya tanpa suatu manajemen yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan itu,

BAB I PENDAHULUAN. agar kompeten dan memelihara kepercayaan, integritas dan obyektivitas.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat dipertanggung jawabkan. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. banyak memiliki alternatif untuk bekerja. Menurut Astami (2001) dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. membentuk komite audit (Abbott, 2004). Kasus ini kemudian dibuktikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan dalam Putri, 2005). Oleh karena itu komitmen organisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sebuah perusahaan diantaranya bergantung pada faktor kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

audit yang tinggi menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntan dan Pendidikan Akuntansi Bagian 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan proses yang dilakukan dalam mentransfer atau

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya (profitmaking)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan bisnis di suatu negara telah tumbuh. berkembang dengan ditandai oleh masuknya para pelaku bisnis baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat. Tantangan tersebut adalah diberlakukannya perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Untuk

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

Transkripsi:

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. Pemicu perkembangan ini tidak lain adalah semakin berkembangnya kebutuhan dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas atas jasa akuntan. Namun demikian, masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan terhadap profesi akuntan. Krisis kepercayaan yang dialami oleh para akuntan di Indonesia semakin terlihat jelas seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada sekitar tahun 1997 yang lalu. Masalah utama yang paling sering dipersoalkan dalam ketidakpercayaan ini adalah etika profesi dari para akuntan tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Problema ini berkaitan erat dengan berbagai praktek pelanggaran moral yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Praktek pelanggaran etika ini dapat ditelusuri dari laporan Dewan Kehormatan IAI dan Pengurus Pusat IAI pada tiap-tiap laporan pertanggung- jawaban pengurus. Untuk kasus akuntan publik, beberapa pelanggaran etika ini, seperti yang dilaporkan pada laporan pertanggungjawaban pengurus IAI periode 1990 1994 yang menyebutkan adanya 21 kasus pelanggaran etika yang melibatkan 53 KAP. Selain itu menurut GATRA terdapat pula pelanggaran yang dilakukan oleh sembilan KAP yang terjadi di Jakarta pada tahun 2001, yaitu hasil laporan KAP itu bukan sekedar human error atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi 1

20 kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi untuk melakukan rekayasa akuntansi. Kasus-kasus tersebut seharusnya tidak perlu terjadi apabila seorang akuntan dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya, mempunyai pengetahuan, pemahaman dan menerapkan aturan etika secara baik dan benar. Pekerjaan seorang profesional harus dikerjakan dengan sikap profesional pula, dengan sepenuhnya melandaskan pada standar moral dan etika tertentu. Dengan sikap profesionalnya dan memahami aturan etika, seorang akuntan akan mampu menghadapi berbagai tekanan yang dapat muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak luar. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Dalam hal ini, Sudibyo menyatakan bahwa dunia pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika akuntan (Sudibyo dalam Khomsiyah dan Indriantoro, 1997). Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi yang tidak hanya bertindak untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambil keputusan, tetapi juga bertindak harus sesuai dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya etika untuk dilaksanakan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari hukum. Berbagai penelitian tentang etika, baik etika profesi akuntan maupun etika bisnis memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan

21 perilaku etis seseorang (dalam hal ini akuntan, mahasiswa, manajer, karyawan, dan salesman) yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yaitu: 1) Aspek individual; 2) Aspek organisasional; dan 3) Aspek lingkungan. Penelitian tentang etika yang berfokus pada aspek individual menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang antara lain: a) religiusitas, b) kecerdasan emosional (emotional quotient), c) gender, d) suasana etis (ethical climate) individu, e) sifat-sifat personal, dan f) kepercayaan bahwa orang lain lebih tidak etis. Sementara, aspek organisasi yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang meliputi faktor-faktor antara lain: a) Suasana etis organisasi, dan b) Suasana organisasi. Sedangkan aspek lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang meliputi: a) Lingkungan organisasi, dan b) Lingkungan sosial atau masyarakat (Tikollah dkk, 2006). Penekanan penelitian ini adalah pada dimensi kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sebagai bagian dari aspek individual yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa akuntansi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan perilaku seseorang (Salovey dan Mayer dalam Svyantek, 2003). Sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks yang lebih luas dan kaya yang memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain (Zohar dan Marshall, 2002). Wujud dari kecerdasan spiritual ini adalah sikap moral yang dipandang luhur oleh pelaku (Ummah dkk, 2003).

22 Berbagai ungkapan di atas memberikan gambaran bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis seseorang. Hal ini sejalan dengan apa yang ditegaskan oleh Ludigdo (2005) bahwa etika bukanlah sekedar masalah rasionalitas (kecerdasan intelektual), tetapi lebih dari itu adalah masalah yang menyangkut dimensi emosional dan spiritual diri manusia. Di sisi lain meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang berkaitan dengan gender. Isu tentang perbedaan gender dalam judgment etis relevan dalam bisnis, apalagi semakin banyaknya wanita masuk dalam bisnis dan menempati posisi-posisi penting dalam perusahaan sebagai para pembuat keputusan. Pada sebagian besar organisasi ternyata perbedaan gender masih mempengaruhi kesempatan (opportunity) dan kekuasaan (power) dalam suatu organisasi (Radtke dalam Rianto, 2008). Selama ini mungkin kaum perempuan diidentikkan dengan urusan domestik rumah tangga dan memiliki kesempatan terbatas untuk berkecimpung di dunia kerja. Namun bersamaan dengan profesional lainnya di bidang bisnis, dalam praktik akuntansi jumlah kaum perempuan yang memasuki profesi sebagai akuntan publik telah meningkat secara drastic (Trapp dkk dalam Murtanto dan Marini, 2003). Sejarah perkembangan perempuan di bidang akuntansi merefleksikan suatu perjuangan yang panjang untuk mengatasi penghalang dan batasan yang diciptakan oleh struktur sosial yang kaku, diskriminasi, pembedaaan gender, ketidakpastian konsep, dan konflik antara rumah tangga dan karir (Reid dkk dalam Murtanto dan Marini, 2003).

23 Ameen & Millanl dalam Rianto (2008) menyatakan ada dua alternatif penjelasan mengenai perbedaan gender tentang perilaku tidak etis dalam bisnis. Pendekatan tersebut adalah pendekatan sosialisasi gender (gender socialization approach) dan pendekatan struktural (structural approach). Pendekatan sosialisasi gender menyatakan bahwa pria dan wanita membawa perbedaan nilai dan perlakuan dalam pekerjaannya. Perbedaan ini disebabkan karena pria dan wanita mengembangkan bidang peminatan, keputusan dan praktik yang berbeda yang berhubungan dengan pekerjaannya. Pria dan wanita merespon secara berbeda tentang reward dan cost. Pria akan mencari kesuksesan kompetitif dan bila perlu melanggar aturan untuk mencapainya. Sedangkan wanita lebih menekankan pada melakukan tugasnya dengan baik dan lebih mementingkan harmonisasi dalam relasi pekerjaan. Wanita lebih memiliki kecenderungan taat pada peraturan dan kurang toleran dengan individu yang melanggar aturan. (Rustiana, 2003). Dalam pendekatan struktural, perbedaan antara pria dan wanita lebih disebabkan karena sosialisasi awal dan persyaratan peran. Sosialisasi awal diatasi dengan reward dan cost yang berhubungan dengan peran. Pada situasi ini pria dan wanita merespon secara sama. Pendekatan ini memprediksi bahwa pria dan wanita dalam kesempatan atau pelatihan akan menunjukkan prioritas etika yang sama (Rustiana, 2003). Dari penjelasan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi Dipandang dari Segi Gender (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan). Penelitian ini difokuskan pada aspek

24 individual yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa S-1 Jurusan Akuntansi (selanjutnya disebut mahasiswa akuntansi) di universitas negeri yang ada di kota Medan yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dipandang dari segi gender. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan: 1. Apakah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, baik secara simultan maupun secara parsial? 2. Apakah gender berpengaruh terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa, baik secara simultan maupun secara parsial. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh gender terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.

25 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Masyarakat khususnya di lingkungan perguruan tinggi Memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan atau wawasan mengenai pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk mengembangkan sikap etis mahasiswa akuntansi sebagai cikal bakal lahirnya seorang akuntan yang akan terjun ke masyarakat. 2. Penulis Menambah pengetahuan penulis mengenai perbandingan pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual antara mahasiswa dan mahasiswi akuntansi. 3. Peneliti berikutnya Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang akuntansi keperilakuan dan dapat memberikan bukti empiris dan konfirmasi konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya serta sebagai referensi dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang akan mengadakan kajian lebih luas dalam bahasan ini. 1.5. Originalitas Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tikollah dkk (2006) yang meneliti mengenai. pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar

26 Provinsi Sulawesi Selatan). Namun demikian ada beberapa perbedaan antar penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini tidak mengikut-sertakan variabel kecerdasan intelektual sebagai faktor yang mempengaruhi sikap etis karena dalam penelitian sebelumnya sudah diperoleh hasil yang positif dimana variabel ini terbukti mempengaruhi sikap etis sedangkan untuk dua variabel lainnya yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual ada beberapa hasil penelitian yang tidak konsisten. Namun demikian penelitian ini menambah variabel penelitian yaitu variabel gender sebagai salah satu faktor yang nantinya akan memperkuat atau memperlemah pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi. Selain itu terdapat perbedaan waktu dan lokasi dimana penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2006 di kota Makasar, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 di kota Medan.