FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALNUTRISI PADA BALITA.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

Woro Rahmanishati* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

Jurnal Respati, Kesehatan, Vol. 2, No. 1, April 2012: 1 5 1

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP POLA ASUH IBU BALITA DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi di Puskesmas Banyumas dan Puskesmas II Kembaran)

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com ABSTRAK Balita merupakan salah satu kelompok usia rawan terhadap masalah gizi, khususnya gizi kurang. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit infeksi. Faktor faktor tersebut berisiko untuk menyebabkan balita mengalami gizi kurang. Hasil laporan pencapaian indikator kinerja pembinaan gizi Kota Jambi di 20 Puskesmas Kota Jambi, diperoleh Puskesmas Payo Selincah paling banyak memiliki balita status gizi kurang sebanyak 62 balita (4,8%) pada tahun 2012 dan 49 balita (3,6%) pada tahun 2013. Tujuan penelitian untuk diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2014. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan mengambil sampel 40 balita secara random sampling. Data diperoleh pada tanggal 23-27 September 2014 dikumpulkan dengan kuesioner dan kemudian di analisis secara univariat dan bivariat. Berdasarkan hasil analisis diperoleh ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian status gizi pada balita dengan p value = 0,025, ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian status gizi pada balita dengan p value = 0,050, ada hubungan antara riwayat penyakit balita dengan kejadian status gizi pada balita dengan p value = 0,023 dan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian status gizi pada balita dengan p value = 0,005. Melihat faktor-faktor yang menghambat kerjasama lintas sektor antara puskesmas dengan pihak kelurahan sehingga bisa menemukan solusi untuk menambah pendapatan keluarga, menggerakkan kader posyandu agar dapat memantau status gizi balita dan apabila status gizi balita menurun, dapat segera ditangani dan pemanfaatan pekarangan rumah untuk memproduksi bahan makanan juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Kata Kunci: Status Gizi, Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Ibu, Penyakit Infeksi, Pekerjaan. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya (Depkes RI, 2009). Salah satu cara meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan memperbaiki status gizi masyarakat khususnya pada balita yang merupakan kelompok usia rawan terhadap masalah gizi (Sediaoetama, 2000). Permasalahan gizi utama di Indonesia dan di negara berkembang antara lain kurang energi protein (KEP), anemia besi, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan masalah obesitas. Masalah gizi lainnya yaitu masalah gizi mikro seperti defisiensi zink, namun sampai saat ini belum terungkap karena keterbatasan iptek gizi (Supariasa, dkk, 2010). Gizi kurang dapat mengakibatkan tumbuh kembang anak terganggu dan juga dapat mengalami gangguan pada organ dan sistem tubuh (Dahlia, 2012). Gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi (iodium) (Almatsier, 2010). 15

Status gizi merupakan keadaan yang dapat menggambarkan gizi seseorang apakah tergolong gizi baik, gizi kurang, gizi buruk, atau gizi lebih. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan secara nasional prevalensi status gizi balita (BB/U) pada tahun 2013 di Indonesia 19,5%, terdiri dari 5,7% gizi buruk, 13,9% gizi kurang, gizi baik sebesar 76,2%, dan gizi lebih sebesar 5,8%. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007 dan 4,9% pada tahun 2010. Untuk prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9% dari tahun 2007 dan tahun 2013. Sedangkan prevalensi status gizi balita (BB/U) di Provinsi Jambi sebesar 20% yaitu gizi baik sebesar 78,1%, gizi kurang sebesar 12,4%, gizi buruk sebesar 3,3%, dan gizi lebih sebesar 6,2%. Faktor-faktor penyebab gizi kurang dapat dilihat dari penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung meliputi asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung meliputi persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil, dan pelayanan kesehatan. Adapun pokok masalah yang menyebabkan gizi kurang yaitu kemiskinan, kurang pendidikan, dan kurang keterampilan, sedangkan akar masalah gizi kurang yaitu krisis ekonomi langsung PERSAGI (1999) dalam Supariasa, dkk (2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ferdous (2013), faktor yang signifikan berhubungan dengan malnutrisi yaitu keparahan penyakit, usia, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga. Umur memegang peranan penting dalam penentuan status gizi. Penimbangan berat badan yang akurat tidak memiliki arti apabila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi karena lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status) (Supariasa, dkk, 2010). Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006), faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas yaitu tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Taufiqurrahman (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita.hasil penelitian Midyat, dkk (2011) menunjukkan anak-anak dari tingkat sosial ekonomi yang rendah, lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat, dan kurang mengkonsumsi protein dan lemak. Hasil penelitian Patodo (2012) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu dengan status gizi. Analisis multivariat didapatkan pendapatan keluarga adalah faktor yang paling berhubungan dengan status gizi balita (OR=2,713). Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin baik status gizi balita dan sebaliknya (Patodo, 2012). Hasil penelitian Permana (2011) menunjukkan pola asuh gizi, status ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan gizi merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita. Analisis regresi logistik ganda menunjukkan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya status gizi kurang ialah pendidikan dengan nilai p = 0,012. Data Dinas Kesehatan Kota Jambi pada tahun 2012 menunjukkan prevalensi gizi di Kota Jambi yaitu gizi baik sebesar 97,2%, gizi kurang sebesar 2,3%, gizi buruk sebesar 0,2%, dan gizi lebih sebesar 0,3%. Sedangkan pada tahun 2013 prevalensi gizi baik sebesar 98,6%, gizi kurang sebesar 1,1%, gizi buruk sebesar 0,1% dan gizi lebih sebesar 0,2%. Survei 16

awal pada 15 ibu yang memiliki balita dengan wawancara singkat di Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi pada bulan Juni 2014 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu sejumlah 8 ibu, 6 ibu bekerja sebagai buruh dan 1 ibu sebagai pedagang. Rata-rata pendapatan keluarga yaitu di bawah UMK Kota Jambi yaitu sejumlah 10 ibu dan 5 ibu di atas UMK Kota Jambi. Delapan ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai gizi dan 7 ibu memiliki pengetahuan yang kurang. Sedangkan pada balita, sebagian besar balita tidak mengalami penyakit infeksi dalam 3 bulan terakhir, hanya beberapa balita yang mengalami penyakit infeksi. Satu balita mengalami diare, 1 balita mengalami ISPA, dan 1 balita mengalami batuk rejan. METODE PENELITIAN Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari adanya suatu dinamika korelasi (hubungan) antara faktor risiko dan efek, dilakukan menggunakan pendekatan observasi dan pengumpulan data sekaligus satu saat (Notoatmodjo, 2012). Untuk itu peneliti ingin mengetahui yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi pada tanggal 23-27 September 2014. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu memiliki balita yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi dari bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2014 sebanyak 1.303 balita. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling sebanyak 40 balita yaitu ibu yang memiliki balita dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner dengan cara wawancara langsung kepada responden untuk mendapatkan data tentang hubungan pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, pekerjaan ibu dan penyakit infeksi dengan status gizi pada balita dan data yang dikumpulkan melalui laporan Dinkes Kota Jambi dan laporan Puskesmas Payo Selincah. Hasil perhitungan menunjukkan p-value< alpha (0,05), artinya secara statistik terdapat hubungan yang bermakna diantara kedua variabel yang diuji tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2014 No Pekerjaan Jumlah Pvalue 1 Tidak Bekerja 21 52,5 8 20,0 29 72,5 0,025 2 Bekerja 3 7,5 8 20,0 11 27,5 tabel diperoleh p value = 0,025 jika ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian status gizi pada balita. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh 17

Isnansyah (2006) melalui uji korelasi, menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Ibu yang tidak bekerja secara otomatis tidak akan mendapatkan penghasilan sehingga ada kemungkinan kurang mencukupi kebutuhan gizi balita seharihari, padahal asupan nutrisi yang dikonsumsi kemungkinan besar dapat mempengaruhi status gizi balita, sehingga butuh pengawasan dari keluarga agar dapat memberikan asupan makanan yang cukup dan bergizi. Tabel 2 Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2014 Pvalue No Pendapatan Jumlah Keluarga 1 Rendah 19 47,5 7 17,5 26 65,0 0,050 2 Tinggi 5 12,5 9 22,5 14 35,0 tabel diperoleh p value = 0,050 jika tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian status gizi pada balita. Menurut Apriadji (1986) dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2010), pendapatan keluarga akan Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006) melalui uji korelasi Spearman, menunjukkan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita. Keluarga dengan pendapatan yang rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang cukup maupun tinggi (Supariasa, dkk, 2002).mempengaruhi daya beli keluarga sehingga akan berpengaruh terhadap status kesehatan. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sesuai dengan zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Upaya yang dilakukan bagi keluarga yang memiliki pendapatan rendah dengan mempergunakan pekarangan rumah sebagai tempat untuk menanam berbagai macam tanaman yang mengandung zat gizi bagi anaknya. Tabel 3 Hubungan Antara Riwayat Penyakit Balita Dengan Kejadian Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2014 Pvalue Riwayat Penyakit Jumlah No Balita 1 Terkena 17 42,5 5 12,5 22 55,0 0,032 2 Tidak Terkena 7 17,5 11 27,5 18 45,0 tabel diperoleh p value = 0,032 jika ada hubungan antara riwayat penyakit balita dengan kejadian status gizi pada balita. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdous 18

(2013) yang menunjukkan bahwa faktor yang signifikan berhubungan dengan malnutrisi yaitu keparahan penyakit, usia, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga. Gizi baik secara umum akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi, dan sebaliknya gizi kurang akan mengakibatkan seseorang rentan terhadap penyakit infeksi (Notoadmodjo, 2012). Hal ini perkuat oleh hasil penelitian Caulfield (2004) yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan 52,5% dari semua kematian pada anak-anak disebabkan karena kekurangan gizi dan dari angka kematian tersebut, 44,8% kematian pada anak disebabkan karena anak yang kurang gizi menderita campak dan 60,7% kematian pada anak disebabkan karena anak yang kurang gizi menderita diare. Namun penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor riwayat penyakit infeksi dengan terjadinya gizi kurang pada balita dengan nilai p sebesar 0,549. Hasil wawancara dengan beberapa ibu balita menunjukkan bahwa hampir setiap hari balita makan jajanan dan jajanan tersebut belum tentu sehat dan bersih. Hal ini dapat menyebabkan balita terkena penyakit infeksi. Hasil penelitian juga menunjukkan dari 22 balita (55%) yang terkena penyakit infeksi, sebanyak 22 ibu (55%) memiliki pengetahuan yang rendah, sehingga kemungkinan ibu tidak dapat memberikan perawatan dasar sebelum dibawa ke pelayanan kesehatan setempat. Sebanyak 26 ibu (65%) juga memiliki pendapatan keluarga rendah dari UMK, sehingga pendapatan tersebut dapat digunakan untuk berobat ke tempat pelayanan kesehatan.upaya yang dilakukan yaitu bagaimana ibu merencanakan menu makanan yang bergizi dan menarik sehingga selain dapat memenuhi gizi anak menjadi baik sehingga memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi serta membuat anak tidak jajan diluar untuk menghindari penyakit infeksi dari luar. Tabel 4.Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2014 P-value Pengetahuan Jumlah No Ibu 1 Rendah 18 45,0 4 10,0 22 55,0 0,005 2 Tinggi 6 15,0 12 30,0 18 45,0 tabel diperoleh p value = 0,005 jika ada hubungan antara Pengetahuan ibu dengan kejadian status gizi pada balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Patodo (2012) yang menunjukkan adanya korelasi yang signifikan (p=0,026) antara pengetahuan ibu dan status gizi. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Taufiqurrahman (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita. Hasil penelitian Permana (2011) dengan analisis Chisquare mendukung hasil penelitian Patodo (2012) dan Taufiqurrahman (2013) yang menunjukkan bahwa pengetahuan gizi merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita dengan signifikansi 19

0,000. Jika pengetahuan masyarakat tentang gizi kurang, maka masyarakat kurang memperhatikan asupan makanan yang baik sehingga status gizi balita menjadi kurang. Adanya hubungan antara faktor pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Puskesmas Kebun Handil dikarenakan tingkat pendidikan ibu yang rendah tidak selalu menunjukkan pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar ibu memiliki pendidikan yang rendah, namun ada 18 ibu (45%) memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai gizi. Pengetahuan yang baik dapat dimanfaatkan untuk dapat memenuhi zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Hasil wawancara dengan kader posyandu mendapatkan temuan bahwa terkadang di Puskesmas Kebun Handil diadakan penyuluhan kesehatan, sehingga walaupun ibu memiliki pendidikan yang rendah namun belum tentu memiliki pengetahuan yang kurang mengenai gizi. SIMPULAN Hasil pembahasan, data penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2014, menunjukan ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian status gizi pada balita; ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian status gizi pada balita; ada hubungan antara riwayat penyakit balita dengan kejadian status gizi pada balita; ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian status gizi pada balita. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S.2010. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. From http://www.riskesdas.litbang.depk es.go.id/download/tabelriskesda s2010.pdf. Dahlia, S. 2012. Pengaruh pendekatan positive deviance terhadap peningkatan status gizi balita. Fromhttp://journal.unhas.ac.id/ind ex.php/mgmi/article/view/432/374. Depkes RI.2009. Sistem kesehatan nasional. Jakarta. Retrieved 31 Desember 2013,from http://pppl.depkes.go.id/_asset/_r egulasi/kepmenkes_374-2009_ttg_skn-2009.pdf Notoatmodjo, S. 2012. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Ferdous. 2013. Severity of diarrhea and malnutrition among under fiveyear-old children in rural bangladesh. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 89(2), 223-228. Retrieved 11 November 2013, from http://web.ebscohost.com/ehost/ pdfviewer/pdfviewer?sid=e795c 524-149e-41dd-8b66- c175000aa611%40sessionmgr1 10&vid=1&hid=118 Isnansyah, Y. 2006. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak bawah lima tahun di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. (Skripsi), Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Patodo, S. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa Kota Manado Tahun 2012. Retrieved 30 Juni 2013, from Permana, W. E. 2011. Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi status gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baturaden II. (Skripsi), 20

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Sediaoetama, A. D. 2000. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. Supariasa, I. D. N., Bakri, B., &Fajar, I.2010. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC. Taufiqurrahman, M. 2013. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita di Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. (Skripsi), Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 21