Tingginya Paparan Asap Rokok di Dalam Rumah pada Balita Oleh : Septian Emma Dwi Jatmika, M.Kes Muchsin Maulana, S.KM., M.PH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

Pelatihan Konselor Sebaya Berhenti Merokok pada Remaja : Sebuah Inovasi untuk Program Berhenti Merokok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan serangan asma dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB V PEMBAHASAN. besar dan dapat menjadi sistem pengumpulan data nasional. tidak hanya puhak medis tetapi juga struktural.

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

Dwi Adi Maryandi, SKM, MPH Center for Health PromotionThe Ministry of Health

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

Transkripsi:

Tingginya Paparan Asap Rokok di Dalam Rumah pada Balita Oleh : Septian Emma Dwi Jatmika, M.Kes Muchsin Maulana, S.KM., M.PH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan

Latar Belakang Kebiasaan anggota keluarga yang merokok di dalam rumah memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan anggota keluarga lainnya yang tidak merokok Anak-anak dan wanita adalah kelompok dengan risiko terbesar untuk menderita kelainan akibat asap rokok terutama di dalam rumah karena waktu tinggal di ruangan lebih banyak Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa prevalensi perokok di DIY sebesar 31,6%, dan sebanyak 66,1% masih merokok di dalam rumah. Persentase rumah tangga bebas asap rokok di DIY tahun 2012 baru mencapai 44,6% Untuk meminimalisir dampak seond hand smoke exposure pada perokok pasif maka perlu adanya kajian tentang gangguan saluran nafas pada balita sebagai dampak second hand smoke exposure

Tujuan Penelitian Karaktersitik balita : usia, jenis kelamin, status gizi, riwayat gangguan saluran nafas, tingkat paparan asap rokok, kadar cotinine urin, gangguan saluran nafas Menganalisis faktor risiko kejadian gangguan saluran nafas pada balita sebagai dampak second hand smoke exposure di Puskesmas Banguntapan, Bantul

Metode Penelitian Desain Penelitian Deskriptif menggunakan pendekatan case control Sampel penelitian Case : balita dengan gangguan saluran napas Teknik sampling Systematic random sampling, : 228 balita (76 : 152) Instrumen penelitian Kuesioner, timbangan, microtoice, test pack cotinine urin Analisis Data Analisis univariat

< 33 bulan 33 bulan Balita usia < 33 bulan berisiko sebesar 0,831 kali lebih besar terkena gangguan saluran nafas 52.2 47.8 Hasil penelitian lain rerata usia pasien terkena bronkiolitis akut adalah 9,1 bulan (Subanda, 2009) Umur responden Bronkiolitis akut pada umumnya terjadi pada usia kurang dari 2 tahun dengan puncak kejadian pada usia 6 bulan pertama (El-Radhy, 1999 dan Wohl, 2006)

laki laki perempuan Jenis 50.9 Kela min Balita laki-laki yang terkena gangguan saluran nafas sebesar 48,7%. Balita laki-laki berisiko sebesar 0,974 kali lebih besar terkena gangguan saluran nafas 49.1 Jenis kelamin Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih banyak terkena bronkiolitis akut Bronkiolitis akut (IRA-B) lebih banyak mengenai anak laki-laki. Hal ini dihubungkan dengan kaliber saluran respiratorik yang relatif sempit pada anak laki-laki dibanding perempuan ( Langley, 2003 dan Watss 2007).

Kurang Baik Balita dengan status gizi kurang berisiko sebesar 1,048 kali lebih besar terkena gangguan saluran nafas 83.3 16.7 Balita dengan gizi kurang lebih rentan terkena infeksi, seperti infeksi saluran nafas (Rusepno, 2005) Status gizi Penurunan kekebalan tubuh akibat gangguan imunitas (Djuanda, 2000)

Ada 61.4 Tidak Riwayat gangguan saluran nafas 38.6 Balita yang mempunyai riwayat gangguan saluran nafas berisiko 0,457 kali lebih besar untuk terkena gangguan saluran nafas Riwayat gangguan saluran nafas Penelitian lain menunjukkan hasil bahwa sebesar 60% balita (pada sampel kasus) mempunyai riwayat ganguan sauran nafas (Duana, 2015)

Terpapar Tidak terpapar Sebagian besar balita terpapar asap rokok, yaitu sebesar 99,6% 99.6 Sedangkan balita yang terkena gangguan saluran nafas & terpapar asap rokok yaitu sebesar 98,7% 0.4 Paparan asap rokok Paparan asap rokok baik prenatal maupun pascanatal dapat mempengaruhi morfogenesis paru maupun perkembangan sistem imunologis anak (Wicks, 2003)

Distribusi frekuensi variabel Variabel peneltian Gangguan saluran nafas Ada Tidak Variabel peneltian Gangguan saluran nafas n % n % Umur responden < 33 bulan 34 44,7 75 49,3 33 bulan 42 55,3 77 50,7 Riwayat gangguan saluran nafas Ada Tidak n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 37 48,7 75 49,3 Perempuan 39 51,3 77 50,7 Status Gizi Kurang 13 17,1 25 16,4 Ada 76 100 64 42,1 Tidak 0 0 88 38,6 Tingkat paparan asap rokok Terpapar 75 98,7 152 100 Tidak terpapar 1 1,3 0 100 Baik 63 82,9 127 83,6

Kesimpulan Tingginya paparan asap rokok pada balita di dalam rumah Saran Perlu adanya inovasi untuk mengurangi paparan asap rokok di dalam rumah dengan strategi yang tepat

Septian Emma D.J Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Email : septianemma@ikm.uad.ac.id Muchsin Maulana Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Email : muchsinmaualana@yahoo.co.id