BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya kebutuhan audit tidak hanya terjadi pada sektor privat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntansi dalam mengaudit laporan keuangan. (Daljono dan Fitriani,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini audit telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

audit yang tinggi menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. atas kewajarannya sering dibutuhkan judgment (Zulaikha, 2006). Dalam pembuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan untuk. mengevaluasi bukti secara objektif atas pernyataan-pernyataan dari

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan dalam konteks profesi bidang bisnis, bersama-sama. dengan profesinya lainnya, mempunyai peran yang signifikan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menunjukkan buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. usahanya di tengah ketatnya persaingan di dunia usaha. Laba yang besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma.

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang, dan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh manajemen ini diharapkan dapat memberikan gambaran. mengenai kinerja manajemen dalam mengelola sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

pula kepercayaan publik terhadap auditor eksternal. dilakukan oleh beberapa KAP bahkan salah satu KAP berstatus big five

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan yang telah ditandatanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. strategis APIP tersebut antara lain: (i) mengawal program dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. (Singgih dan Bawono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan suatu negara membutuhkan dana yang cukup besar. akuntabel dalam pengelolaan keuangan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan atau audit. Audit pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini. Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi jasa audit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. disusun oleh manajemen berserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti

BAB II. Landasan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. usaha dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing auditor berbeda. Auditor pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mendesak khususnya pada masa reformasi sekarang. lagi dengan semakin kritisnya masyarakat dewasa ini, maka rumusan pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan didukung oleh sektor perbankan yang mengharuskan calon debiturnya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan audit tidak hanya terjadi pada sektor privat, namun juga berlaku pada sektor publik. Sektor publik pada dasarnya tidak berorientasi profit seperti yang dilakukan oleh organisasi sektor privat. Sektor publik bergerak di lapangan pelayanan publik yang merupakan kewajiban negara sehingga tidak berkaitan dengan kewajiban mencari keuntungan atau laba (Amins, 2009). Pelayanan yang diberikan oleh sektor publik disediakan untuk melayani masyarakat, karena masyarakat adalah pihak yang menikmati fasilitas yang disediakan oleh organisasi publik. Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh sektor swasta, misalnya tugas untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik, seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik, dan sebagainya, Akan tetapi untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan, Meskipun terdapat perbedaan di antara kedua sektor tersebut, yang perlu ditekankan adalah bagaimana upaya untuk memajukan sektor publik yang dianggap kurang efisisen dan kurang menarik agar tidak tertinggal jauh 1

2 dengan sektor swasta yang dipandang lebih maju dan efisien (Mardiasmo, 2002). Untuk menilai hasil pekerjaan yang telah dilakukan, maka perlu adanya audit terhadap oraganisasi publik. Audit dapat dilakukan oleh pihak eksternal dan pihak internal. Audit yang dipaparkan saat ini adalah audit yang dilakukan oleh pihak internal. Pada dasarnya tugas dari auditor eksternal dan internal adalah sama, yaitu pekerjaan dilaksanakan berdasarkan penugasan dengan menggunakan teknik teknik audit yang sama, namun yang membedakan adalah latar belakang dari sektor privat dn sektor publik, dimana audit pada sektor publik memiliki prosedur dan tanggung jawab yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan audit pada sektor swasta. Melihat kapabilitas dari auditor internal pemerintah di Indonesia saat ini belum memadai, ditinjau dari jumlah auditor internal pemerintah yang ada hingga kualitas auditor itu sendiri. Dari hasil survey pada tahun 2010-2011 oleh Asosiasi Auditor Internal Pemerintah Indonesia (AAIPI) menyatakan 94% Aparat Pengawas Internal Pemerinah (APIP) tidak dapat mendeteksi korupsi, Hasil pemetaan kapabilitas APIP 2010-2011 terhadap 331 APIP pusat dan daerah menunjukkan secara nasional 93,96% APIP masih berada di level 1 (initial), selanjutnya 5,74% atau hanya sembilan K/L berada di level 2 (infrastructure) dan hanya dua K/L yang berada di level 3 (integrated), BPKP

3 dengan Kemenkeu, (Waspada Online, 2012). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh APIP maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar auditor internal masih berada pada tingkat keahlian pemula dengan sumber daya yang tersedia untuk menjadi auditor internal pemerintah masih sangat kurang, yang menyebabkan auditor auditor yang berada di setiap pemerintah daerah atau provinsi juga sangat kurang, Namun yang juga menjadi kenyataan saat ini bahwa setiap pemerintah daerah atau provinsi umumnya hanya memiliki 2-4 auditor, sementara dengan luasnya lingkup pekerjaan yang dilakukan, dibutuhkan setidaknya 40 auditor (Suara Pembaruan, 2012). Adanya perubahan paradigma pemerintahan untuk melaksanakan kepemerintahan yang baik (Good Governance) mengingat organisasi sektor publik yang masih diwarnai praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Konsep pemerintahan yang baik yang mengemuka di penghujung abad ke-20 merupakan respon yang muncul dan berkembang di berbagai negara untuk mengoreksi peranan pemerintah yang bersifat sentralistik dan bahkan otoriter, korup dan kolusif, ke arah pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan yang berorientasi pada misi pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi, serta demokratisasi politik (Rasul, 2009). Mardiasmo (2005) mengatakan terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu

4 pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai, Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Melihat peran auditor internal pemerintah yang penting dalam menciptakan good governance, maka diperlukan pemahaman yang baik terhadap kualitas audit yang berhubungan dengan audit judgment. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang auditor secara terus menerus membuat suatu pertimbangan untuk mencapai kualitas audit yang baik. Asare & McDaniel (1996) mengemukakan bahwa dalam membuat pertimbangan audit, auditor dihadapkan dengan berbagai situasi dan kondisi yang berbeda dalam melakukan pertimbangan audit tersebut, dimulai dengan pekerjaan audit yang memiliki tingkat kompleksitas yang berbeda beda, dalam situasi yang berbeda-beda auditor perlu memperhatikan berbagai macam informasi dan memilih prosedur audit yang sesuai (dalam Iskandar et al., 2012).

5 Salah satu unit yang melakukan audit terhadap pemeritnah daerah adalah inspektorat daerah. Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007 pasal 4. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Dalam menilai pertimbangan audit yang dibuat oleh auditor internal pemerintah, ada faktor faktor yang dapat digunakan berupa gender, umur, kompeleksitas tugas, tekanan ketaatan (Pratiningsih, 2011). Seorang auditor dalam melakukan tugasnya membuat audit judgement dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik bersifat teknis maupun bersifat non teknis. Menurut Meyer (2001) aspek perilaku individu, merupakan salah satu faktor yang banyak mempengaruhi audit judgement (dalam Jamilah et al., 2007), Namun Bonner (1994) mengemukakan bahwa usaha dari seorang auditor memperbaiki audit judgment juga dipengaruhi oleh faktor faktor motivasional. Faktor faktor motivasional mencakup dua dimensi yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal (Bandura, 1997). Motivasi internal dibentuk

6 dari dalam diri individu, sementara motivasi eksternal dikenakan pada individu dari orang luar atau situasi situasi. Motivasi internal dapat dicontohkan dengan efikasi diri yang menggambarkan keyakinan sesorang akan kemampuannya untuk mengatur dan melakasanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tingkat kinerjayang diinginkan (Bandura, 1997). Dalam audit, pekerjaan auditor sering dievaluasi berdasarkan kinerja judgment (Iskandar & Sanusi, 2011). Bonner (1994) mengatakan kinerja judgment auditor, memiliki hubungan yang bervariasi hinga ke kompleksitas tugas audit, yang dapat berkisar dari sederhana dan rutin sampai ekstrim. Menurut Gist & Mithchell (1992), kompleksitas tugas mungkin mempengaruhi kinerja audit judgment secara negatif, kompleksitas dari sebuah tugas aduit bervariasi menurut jumlah prosedur audit, resiko audit dan level ketidakpastian dalam menyajikan tugas dengan berhasil. Kompleksitas tugas dengan tingkat yang tinggi sering dihubungkan dengan kinerja audit judgment dengan tingkat yang rendah Abdolmomammadi & Wright (1987). Bonner (1994) mengatakan bahwa berdasarkan pada model audit judgment, ketika sebuah tugas itu sederhana, maka kompleksitas tugas berinteraksi dengan faktor motivasional dan kemudian mengembangkan kinerja. Dengan kata lain, auditor yang memiliki motivasi yang tinggi hanya menunjukan kinerja audit judgment yang baik ketika tugas audit adalah sederhana.

7 Hal lain yang berpengaruh terhadap pertimbangan audit yang dilakukan oleh auditor, adalah tekanan ketaatan dalam melaksanakan proses audit. Auditor dapat mengalami tekanan ketaatan dari atasan maupun entitas yang diperiksanya (Praditaningrum & Januarti, 2011). Pendapat ini didukung oleh Hartanto (2001) yang mengatakan bahwa bawahan yang mendapat tekanan ketaatan dari atasan dapat mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku mandiri, menjadi perilaku agen, tekanan dari atasan atau klien juga dapat memberikan pengaruh yang buruk seperti hilangnya profesionalisme, hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial. Berdasarkan hal ini maka penulis mengangkat judul Pengaruh efikasi diri (self efficacy), kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan terhadap kualitas audit judgment auditor internal pemerintah.

8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut 1. Apakah efikasi diri berpengaruh terhadap kualitas audit judgment? 2. Apakah kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kualitas audit judgment? 3. Apakah tekanan ketaatan berpengaruh terhadap kualitas audit judgment? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh efikasi diri, kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan terhdap kualitas audit judgment auditor internal pemerintah. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan mengetahui hubungan diantara variabel maka diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi regulator, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit judgment sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas audit judgment yang dihasilkan auditor internal pemerintah.

9 2. Memberikan kontribusi kepada auditor internal pemerintah dalam meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan. 3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai faktor faktor eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap kualitas audit judgment yang dihasilkan. 1.5 Sistematika Penulisan Kerangka sistematika penulisan penelitian ini dibagi dalam 5 bab, yaitu: BAB 1 Pendahuluan Bab ini akan membahas latar belakang penelitan, rumusan masalah, tujuan penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB 2 Kerangka Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab ini akan membahas tinjauan literatur yang terdiri dari penjelasan tentang efikasi diri, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan dan audit judgment kemudian pengembangan hipotesis. BAB 3 Metode Penelitian Bab ini akan membahas metode penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel, pengumpulan data, daerah penelitian, dan definisi dari masing masing variabel.

10 BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini akan membahas analisis data berdasarkan hasil dari data data yang telah dikumpulkan. BAB 5 Penutup. Bab ini memabahas kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.