BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA HAK MILIK ATAS TANAH KARENA HIBAH TERHADAP AHLI WARIS YANG BERHAK MENDAPATKAN HARTA WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN (UUPA) adalah hukum agraria penjajahan yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG TERLAMBAT MENDAFTARKAN KELAHIRANNYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup.

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jual-Beli dalam perkara perdata diatur di Buku ke III Kitab Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

KAJIAN TENTANG GUGATAN PERALIHAN DAN PENGUASAAN HAK. MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) memberikan pengertian mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, meliputi permukaan bumi, termasuk juga bumi dan air dibawahnya serta ruang angkasa diatasnya yang diperlukan untuk kepentingan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang. 1 Kebutuhan manusia terhadap tanah sangat kompleks yakni sebagai tempat tinggal dan sumber kehidupan, dengan kata lain manusia secara langsung maupun tidak secara langsung membutuhkan tanah untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan ekonomi, sosial, dan budaya. 2 Pemenuhan kebutuhan manusia akan tanah tersebut mengakibatkan beralihnya hak milik atas tanah dari satu orang ke orang lain, peralihan tanah tersebut terjadi melalui jual-beli, warisan, wasiat, hibah, dan lelang seperti halnya diatur dalam peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. Mantan ketua Mahkamah Agung Wirdjono Prodjodikoro berpendapat bawasannya warisa n merupakan soal apakah dan bagaimanakah pelbagai hakhak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang pada saat ia 1 Romelda Proniastria Simamora, 2011, Problematika yang Terjadi dalam Mewujudkan Perlindungan dan Kepastian Hukum Terhadap Pemegang Hak Atas Tanah (Studi di Kantor Pertanahan Kota Batam), Sumatera Utara: Fakultas Hukum Sumatera Utara Medan, halaman 15 2 Dewi Purnama Julianti, 2009, Analisis Yuridis Pembatalan Hak Atas Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Medan, Sumatera Utara: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, halaman 14 1

2 meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. 3 Setiap orang yang berhak memperoleh warisan adalah para anggota keluarga sedarah yang sah, ataupun diluar perkawinan, serta suami istri yang hidup terlama sesuai dalam pasal 832 KUHPerdata. 4 Oleh karena dalam pewarisan bukan saja ahli waris yang dapat menerima warisan, tetapi juga yang bukan ahli waris, maka kesemua orang yang menerima warisan disebut waris sedangkan mereka yang hanya berhak menerima warisan disebut ahli waris. 5 Seseorang yang bukan ahli waris dapat menerima warisan dikarenakan adanya surat wasiat atau terstament, namun surat wasiat tersebut baru dapat dilaksanakan setelah pembuat surat wasiat wafat. Maka surat wasiat dapat diartikan sebagai pemberian atau penunjukan atau pencabutan hak ahli waris yang dilakukan semasa pewaris masih hidup dan baru bisa berlaku setelah pembuat surat wasiat meninggal dunia. 6 Selain surat wasiat penerima warisan bagi yang bukan ahli waris dapat menerima warisan melalui hibah, pemberi warisan dapat memberikan sebagian atau seluruh dari harta kekayaannya kepada orang lain pada saat masih hidup dan peralihan hak dari pemberi hibah kepada penerima hibah itu telah berlangsung seketika itu juga. 7 Pemberi hibah menyerahkan hak miliknya atas sebagian atau seluruh harta kekayaannya kepada pihak lain tanpa imbalan apa -apa dari penerima 3 Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Waris Indonesia Menurut Perundangan, Hukum adat, Hukum Agama Hindu Islam, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, halaman 5 4 Ibid, halaman 9-10 5 Ibid, halaman 11 6 Anisitus Amanat, 2001, Membagi Warisan Berdasarkan Pasal-pasal Hukum Perdata BW, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, halaman 82 7 Ibid, halaman 69

3 hibah. Selama harta yang telah diterima dari hibah tersebut nilainya tidak menyinggung atau melanggar hak mutlak ahli waris legitimaris (ahli waris yang mempunyai hak mutlak atas bagian yang tidak tersedia dari harta warisan), penerima hibah tidak berkewajiban untuk mengembalikan harta tersebut kepada ahli waris legitimaris, dengan kata lain penerima hibah wajib mengembalikan seluruh harta yang telah diterimanya dari hibah apabila ternyata melanggar hak mutlak ahli waris legitimaris. 8 Pemberian hibah sering menimbulkan konflik antara ahli waris dengan pene rima hibah, penyebab terjadinya konflik tersebut antara lain: Pertama, terkadang pewaris memiliki kedekatan emosional baik terhadap orang lain ataupun lembaga sosial keagamaan, oleh karena itu pada umumnya pewaris beranggapan bahwa dialah pemilik tunggal hartanya, sehingga pewaris berkuasa penuh untuk melakukan tindakan hukum baik dalam bentuk mewarisi ha rtanya kepada para ahli waris ataupun menghibahkan hartanya kepada orang lain. Terkadang tindakan hukum tersebut tidak diketahui oleh ahli warisnya, sehingga para ahli waris tidak mengetahui bahwa mereka telah kehilangan hak mewarisi. Kedua, pewaris menghibahkan kepada orang lain yang besarannya mengurangi bagian dari ahli waris, karena harta yang boleh di berikan sebagai hibah sebesar 1/3 dari harta pewaris. 9 Pada akhirnya semua konflik tanah itu akan bermuara ke lembaga peradilan, apabila dalam penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai 8 Ibid, halaman 70 9 Rocky Marbun, 2011, Kiat Jitu Menyelesaikan Kasus Hukum, Jakarta Selatan: Trans Media Pustaka, halaman 214

4 kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa. 10 Dalam Pasal 19 Undangundang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasa r Pokok-pokok Agraria (UUPA) diatur kewajiban pemerintah untuk melakukan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia, untuk itu tak sedikit juga gugatan dari ahli waris terhadap hak milik atas tanah yang diperoleh karena hibah telah memiliki sertifikat hak milik atas tanah. Dalam hal gugatan terhadap sertifikat hak milik atas tanah, negara memberikan jaminan kepastian hukum terhadap hak atas tanah, sehingga seseorang dapat mempertahankan haknya terhadap gangguan pihak lain. 11 Ketentuan secara khusus yang mengatur mengenai pendaftaran tanah terdapat dalam Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 merupakan penyempurnaan berbagai hal yang belum jelas dalam peraturan lama, antara lain pengertian pendaftaran tanah, asas dan tujuan penyelenggaraannya, yang disamping untuk memberi kepastian hukum, juga dimaksudkan untuk menghimpun dan menyajikan informasi yang lengkap mengenai data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang bersangkutan, prosedur pengumpulan data penguasaan tanah dipersingkat dan disederhanakan. 12 10 Sarjita, 2005, Teknik dan strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, Yogyakarta: Tugujogja Pustaka, halaman 18 11 Urip Santoso, 2012, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Jakarta: Prenada Media Group, halaman 283 12 Ibid

5 Pemberian kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah dalam peraturan pemerintah ini diberikan penegasan me ngenai kekuatan pembuktian sertifikat yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh UUPA. Penegasan mengenai kekuatan pembuktian sertifikat diatur dalam Pasal 32 Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah: Pasal 32 ayat (1) Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. Pasal 32 ayat (2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut. Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah 13. Oleh karena itu sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 UUPA. PP No. 24 Tahun 1997 juga memberikan penegasan mengenai kekuatan pembuktian sertifikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh UUPA dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah. Oleh 13 Ibid, halaman 317

6 karena itu, perolehan sertifikat bukan sekedar fasilitas, melainkan merupakan hak pemegang hak atas tanah yang dijamin oleh undang-undang. 14 Pada dasarnya pensertifikatan itu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat yaitu untuk memperoleh pembuktian yang kuat tentang sahnya perbuatan hukum mengenai tanah. 15 Sedangkan tujuan diadakannya pensertifikatan itu adalah: Pertama, Untuk adanya kepastian hukum tentang letak, luas dan batas tanah. Kedua, Untuk adanya kepastian mengenai status hukum tanah yang bersangkutan, dengan pendaftaran tanah akan dapat diketahui dengan pasti status hak yang didaftar, contoh hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan. Ketiga, Untuk adanya kepastian tentang pemilikan tanah. Mengenai kepastian tentang pemilikan tanah ini bertujuan agar dapat diketahui dengan pasti pemegang haknya, apakah perseorangan atau badan hukum. 16 Mengenai fungsi atau kegunaan sertifikat hak atas tanah disebutkan dalam pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, yakni dengan memiliki sertifikat berarti memberikan kepastian hukum dan sebagai dasar pembuktian yang kuat kepada pemiliknya, karena data fisik dan data yuridis yang terkandung dalam sertifikat dianggap benar sepanjang tidak dibuktikan oleh alat bukti lain (sertifikat ganda). Bachtiar Effendie berpendapat bahwa dalam praktek sekarang ini sering ditemukan adanya 2 (dua) sertifikat atau lebih diatas sebidang tanah yang sama atau disebut juga dengan tumpang tindih 14 Ibid, halaman 292-293. 15 Ibid, halaman 317. 16 Ibid, halaman 293.

7 (overlapping) yang membawa akibat ketidakpastian hukum pemegang hakhak atas tanah yang tidak diharapkan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia. 17 Oleh karena itu apabila terjadi pelanggaran terhadap hak milik atas tanah atau terdapat pihak yang merasa dirugikan atas terbitnya sertifikat, maka pemilik tanah tersebut dapat melakukan aksi penuntutan kepada pihak yang melanggar, dengan berdasarkan hak miliknya tersebut. 18 Pelaksanaan jaminan kepastian dan perlindungan hukum yang diberikan dengan adanya pendaftaran tanah seperti ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 seringkali masih ada kendala. Hal ini terbukti bahwa terhadap tanah-tanah yang sudah bersertifikat dapat di ajukan gugatan di pengadilan, dan tidak sedikit putusan pengadilan yang memenangkan gugatan penggugat atas legalitas sertifikat, sehingga orang atau Badan Hukum yang namanya tercantum dalam sertifikat tidak dapat berlindung sepenuhnya pada jaminan yang diberikan oleh sistem pendaftaran tanah. 19 Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam UUPA menganut sistem negatif, artinya jaminan hukum pada sertifikat bertujuan untuk menghindari terjadinya penerbitan sertifikat tanah kepada orang yang tidak berhak. Berdasarkan sistem negatif tersebut, segala apa yang tercantum dalam sertifikat tanah adalah benar sampai ada pihak lain yang dapat membuktikan dimuka sidang Pengadilan Negeri mengenai keadaan yang sebaliknya. Sehingga anggapan bahwa pihak yang namanya tercantum didalam sertifikat hak milik atas tanah 17 Bachtiar Efendi, 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksananya, Bandung: Penerbit Alumni, halaman 73 18 Urip Santoso, Op., Cit,. halaman 317

8 merupakan pemilik mutlak hak atas tanah serta dapat menang dalam perkara sengketa tanah, karena sertifikat bukan merupakan alat bukti yang tidak dapat tergoyahkan. Pada kasus yang demikian, hakim mencari alat bukti lain yang menjadi dasar atau alas hak penerbitan sertifikat tanah sesuai dengan ketentuan tentang upaya pembuktian sesuatu menurut hukum acara perdata. 20 Dengan demikian pendaftaran tanah hanya bersifat administratif, sedangkan pemberian hak milik atas tanah dengan cara hibah tetap sah menurut hukum, sehingga pendaftaran sertifikat hak milik atas tanah bukan merupakan syarat bagi pemindahan hak milik atas tanah, karena pemindahan hak milik atas tanah telah terjadi pada saat akta hibah dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah. Akta hibah tersebut merupakan pembuktian bahwa telah terjadi peralihan hak milik atas tanah yang terjadi karena hibah yaitu penerima hibah telah menjadi pemilik yang baru dari hak milik atas tanah tersebut melalui akta hibah serta peralihan hak dikantor agraria bukan merupakan syarat mutlak bagi sahnya hibah, melainkan hanya untuk memperkuat pembuktian terhadap pihak ketiga. 21 Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PROSES PENYELESAIAN SENGKETA HAK MILIK ATAS TANAH KARENA HIBAH TERHADAP AHLI WARIS YANG BERHAK MENDAPATKAN HARTA WARISAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Boyolali). 19 Bachtiar Efendi, Loc., Cit. 20 Ibid, halaman 76-77 21 Ibid, halaman 85-86

9 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: l. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian pada perkara hak milik atas tanah yang diperoleh karena hibah? 2. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam menentukan putusan pada perkara hak milik atas tanah karena hibah yang sudah dibuktikan oleh para pihak di persidangan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengkaji mengenai pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian pada perkara hak milik atas tanah yang diperoleh karena hibah. 2. Untuk mengetahui pertimbangan ha kim dalam menentukan putusan pada perkara hak milik atas tanah karena hibah yang sudah dibuktikan oleh para pihak di persidangan. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini selain memiliki tujuan yang jelas juga mempunyai manfaat yang akan diperoleh dari penelitian, adalah sebagai berikut:

10 1. Bagi Penulis Dari hasil penelitian ini diharapkan diperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang kekuatan pembuktian yang dilakukan oleh para pihak dalam persidangan perkara hak milik atas tanah yang diperoleh karena hibah. 2. Bagi Masyarakat Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas dan khususnya dapat memberikan informasi serta pengetahuan hukum yang bisa dijadikan pedoman untuk masyarakat yang berperkara dipersidangan, sehingga dapat mengetahui serta memahami dengan baik mengenai proses persidangan dengan perkara sengketa tanah hibah. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas bagi pengembangan ilmu hukum tentang kekuatan pembuktian yang dilakukan oleh par a pihak pada perkara hak milik atas tanah yang diperoleh karena hibah. E. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang dida sarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang

11 bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. 22 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 23 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang akan dilakukan ini adalah penelitian hukum normatif, metode penelitian hukum normatif merupakan suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dari sisi normatifnya. Logika keilmuan yang ajeg dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. 24 Dalam penelitian ini merupakan penelitian terhadap aspek hukum pembuktian yang dilakukan oleh para pihak di persidangan serta alasan atau pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara hak atas tanah yang diperoleh karena hibah dengan ahli waris berhak mendapatkan warisan. 22 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas Hukum UMS, hal aman 1 23 Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, 2010, Sosiologi H ukum Dalam Masyarakat, Jakarta: CV. Rajawali, halaman 52 24 Johnny Ibrahim, 2006, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, halaman 57

12 2. Sifat Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, penelitian deskriptif berusa ha mendeskripsikan secara sistematis dan cermat fakta-fakta dengan sifat populasi tertentu. 25 Metode deskripsi pada penelitian ini, penulis bermaksud untuk mendeskripsikan dengan cara menggambarkan dan menguraikan segala hal yang berhubungan dengan penelitian sengketa hak milik atas tanah yang diperoleh karena hibah terhadap ahli waris yang berhak menerima warisan, dengan merujuk pada alat bukti yang diajukan oleh para pihak dipersidangan serta peraturan maupun dasar hukum yang menjadi pertimbangan dan alasa n hakim dalam memutuskan sengketa. Kesemua permasalahan tersebut dideskripsikan agar mendapatkan hasil yang terperinci untuk menjawab penelitian ini. 3. Jenis dan Sumber Data Sumber-sumber hukum penelitian ini dapat dibedakan berupa data sekunder dan data primer. Adapun data sekunder dan data primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Sekunder Bahan hukum sekuder merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan, berupa teori-teori dari para ahli hukum, definisi, permasalahan, pembahasan, serta sumber pengaturan lain yang berkaitan dengan hukum waris, hukum agraria, hukum acara perdata, 25 Beni Ahmad Saebani, 2008, Metode Penelitian Hukum, Bandung: CV Pustaka Setia, halaman 57

13 serta alat bukti dalam persidangan perkara hak milik atas tanah yang diperoleh karena hibah. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, atau data tersier : 1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yang digunakan meliputi: a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) b) Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria c) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. d) Putusan Hakim atau Yurisprudensi 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal hukum, artikel, bahan dari media internet dan sumber lainnya yang memiliki korelasi untuk mendukung penelitian ini. 3) Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, kamus bahasa Indonesia, dan lain-lain. b. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan penelitian langsung dilapangan.

14 1) Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan Negeri Boyolali, karena instansi tersebut yang berwenang untuk menerima, memeriksa, serta memutuskan sengketa di wilayah Boyolali. Sedangkan pemilihan wilayah di Boyolali karena peneliti berdomisilli di Kabupaten Boyolali sehingga memudahkan penulis dalam menyusun penelitian ini. 2) Subjek Penelitian Dalam penelitian ini subjek yang akan diteliti penulis yaitu putusan hakim serta tanggapan hakim lain mengenai pertimbangan yang dilakukan oleh hakim dalam menyelesaikan perkara tersebut. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diinginkan penulis, maka metode yang diperlukan dalam penelitian ini berupa: a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mencari, menginventarisasi, menganalisis serta mempelajari data-data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. b. Dokumentasi Yakni mengumpulkan data atau dokumen-dokumen yang diperoleh dari lokasi pe nelitian, yakni Dokumen Jurisprudensi yang sudah

15 memperoleh kekuatan hukum tetap mengenai kekuatan pembuktian bagi pemegang hak atas tanah pada Pengadilan Negeri Boyolali. c. Studi Lapangan 1) Daftar Pertanyaan (Questionaire) Daftar pertanyaan (questionaire) merupakan suatu yang berisikan rangkaian pertanyaan tentang sesuatu hal atau sesuatu bidang. 26 Daftar pertanyaan disusun dengan tujuan untuk mempersiapkan hal-hal yang nantinya akan ditanyakan dalam wawancara kepada responden, sehingga penelitian yang dilakukan dapat terarah pada inti penelitian yang akan diteliti. 2) Wawancara (Interview) Wawancara (interview) merupakan situasi peran antar pribadi bertatapmuka, ketika pewawancara mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang yang responden. 27 5. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan metode analisis data secara Kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan cara menguraikan antara data kepustakaan meliputi peraturan perundang-undangan, buku, jurisprudensi yang ada hubungannya dengan perkara pembuktian hak atas tanah yang 26 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, halaman 89 27 Ibid, halaman 82

16 diberikan kepada orang lain melalui hibah dengan ahli waris yang berhak menerima harta warisan. kemudian akan dihubungkan dengan data-data yang diperoleh penulis dari studi lapangan yang berupa hasil wawancara dengan narasumber yang bersangkutan, kemudian melakukan penyusunan data yang kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Agar penalaran laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini mudah difahami, disusun dalam sistematika penulisan hukum yang terdiri 4 (empat) bab, sebagai berikut : Bab I adalah Pendahuluan, berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II adalah Tinjauan Pustaka, pada bab ini penulis menguraikan Tinjauan Tentang Sengketa Hak Milik Atas Tanah Karena Hibah, Serta Tinjauan Tentang Proses Pemeriksaan di Pengadilan Negeri. Bab III adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang akan menguraikan mengenai Pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian pada perkara hak milik atas tanah yang diperoleh karena hibah serta Pertimbangan hakim dalam menentukan putusan pada perkara hak milik atas tanah karena hibah yang sudah dibuktikan oleh para pihak di persidangan. Bab IV adalah Penutup, berisikan simpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian dan saran sebagai tindak lanjut dari simpulan tersebut.