ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

dokumen-dokumen yang mirip
ISTILAH DI NEGARA LAIN

JENIS CITRA

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

PENGINDERAAN JAUH D. SUGANDI NANIN T

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal

Bab 5 HASIL-HASIL PENGINDERAAN JAUH. Pemahaman Peta Citra

Ir. Mohammad Sholichin, MT., P.hD Jurusan Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya &

IV. PENGINDERAAN JAUH

BAHAN AJAR : DASAR-DASAR PENGINDERAAN JARAK JAUH (INDERAJA = REMOTE SENSING)

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH (REMOTE SENSING) Oleh : Lili Somantri

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

Judul PENGINDERAAN JAUH. Mata Pelajaran : Geografi Kelas : I (Satu) Nomor Modul : Geo.I.04

Cara memperoleh Informasi Tidak kontak langsung dari jauh Alat pengindera atau sensor Data citra (image/imagery) a. Citra Foto Foto udara

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Geografi

PE GA TAR PE GI DERAA JAUH

DASAR DASAR PENGINDERAAN JAUH

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Interpretasi Citra dan Foto Udara

Pengolahan citra. Materi 3

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

SATUN ACARA PERKULIAHAN(SAP)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam geografi kita akan mempelajari segala sesuatu yang tampak di permukaan

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Teteasan air dan Kristal es di dalam awan menghamburkan spectrum cahaya tampak kesegala arah

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

METODE SURVEI DESKRIPTIF UNTUK MENGKAJI KEMAMPUAN INTERPRETASI CITRA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN GEOGRAFI FKIP UNIVERSITAS TADULAKO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Radiasi Elektromagnetik

TEORI DASAR INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT TM7+ METODE INTERPRETASI VISUAL ( DIGITIZE SCREEN) Oleh Dwi Nowo Martono

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SUB POKOK BAHASAN 10/16/2012. Sensor Penginderaan Jauh menerima pantulan energi. Sensor Penginderaan Jauh menerima pantulan energi

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL

09 - Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital. by: Ahmad Syauqi Ahsan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

SAMPLING DAN KUANTISASI

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

01 Komputer Grafis (KG)

BAB II TEORI PENUNJANG

PEMANTAUAN GARIS PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT. oleh. Bambang Hermanto 1 ) ABSTRACT

RYHOLIT LIMESTONE SANDSTONE P A R A F I N P A R A F I N

Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.

Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan Geografi, vol. 8, No. 2, Oktober 2008

BAB II CITRA DIGITAL

PEMANFAATAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN DAN RISIKO BANJIR. Oleh : Lili Somantri*)

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

Penginderaan Jauh untuk Tata Guna Lahan dan Transportasi

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital

BAB II LANDASAN TEORI

ix

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

PENGINDERAAN JAUH. Beberapa satelit yang diluncurkan dari bumi oleh beberapa negara maju antara lain:

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

sehingga tercipta suatu pergerakan partikel partikel atom yang bermuatan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

Model Citra (bag. 2)

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMBINASI BAND PADA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DENGAN PERANGKAT LUNAK BILKO OLEH: : HILDA ARSSY WIGA CINTYA

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Transkripsi:

ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI Oleh: Nama Mahasiswa : Titin Lichwatin NIM : 140722601700 Mata Kuliah : Praktikum Penginderaan Jauh Dosen Pengampu : Alfi Nur Rusydi, S.Si., M.Sc UNIVERITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDY ILMU GEOGRAFI 2014

ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI I. Tujuan 1. Memperkenalkan beberapa unsur intepretasi melalui simulasi, terutama warna/rona, tekstur, dan pola. II. Alat dan Bahan Bahan: 1. Perlengkapan simulasi 2. Tabel isian 3. Alat tulis III. Dasar Teori Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan data/informasi dari objek atau fenomena tanpa melakukan kontak langsung dengan objek tersebut. Dalam sistem penginderaan jauh (inderaja) terdapat 4 komponen utama yaitu: (1) sumber energi, (2) interaksi energi dengan atmosfer, (3) sensor sebagai alat mendeteksi informasi dan (4) objek yang menjadi sasaran pengamatan. A. Komponen Penginderaan Jauh 1. Sumber Tenaga Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas : 1) Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari

2) Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang mikro Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain 1) Waktu penyinaran Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima objek, makin cerah warna obyek tersebut. 2) Bentuk permukaan bumi Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas. 3) Keadaan cuaca Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Atmosfer 2. Interaksi antara tenaga dan objek Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. 3. Sensor dan Wahana 1) Sensor Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Sensor dapat dibedakan menjadi dua :

a. Sensor fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto (foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit) b. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi data visual atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan citra. 2) Wahana Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok: a. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya antara 1.000 9.000 meter di atas permukaan bumi b. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 meter di atas permukaan bumi c. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km 900 km di luar atmosfer bumi. Unsur-unsur intepretasi dalam Penginderaan Jauh anatara lain: 1. Rona (tone) : kecerahan relative obyek pada citra 2. Warna (color) : merah, hijau, biru, coklat, kekuningan 3. Bentuk (shape) : konfigurasi atau geris besar wujud obyek secara individual 4. Pola (pattern) : susunan keruangan obyek/pengulangan bentuk umum suatu atau sekelompok obyek pada ruang. 5. Bayangan : menegaskan bentuk obyek pada citra 6. Tekstur: ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek 7. Situs (site) : penjelasan tentang lokasi obyek relative terhadap obyek

atau kenampakan lain yang mudah untuk dikenali dan mudah dipandang dapat di jadikan dasar untuk mengenali obyek yang dikaji. IV. Cara Kerja 1. Latihan pengamatan rona dan warna, diberikan dua macam contoh warna (versi 1 dan versi 2). Pada versi 1, terdapat gradasi warna hitam dari 3%, 1, 2, 3, 10. Pada baris berikutnya warna merah dengan gradasi intensitas yang sama. Selang satu baris terlihat gradasi hijau dengan intensitas yang sama pula; sedangkan di antara merah dan hijau lihat kombinasi keduanya, yang membentuk warna kuning. Perhatikan seterusnya dengan teks penjelasan di sebelah kanan. 2. Pada versi 2, lihat kombinasi warna yang berbeda, di mana setiap kelompok matriks warna dibentuk oleh tiga macam hue yaitu intensitas tertentu untuk merah (misalnya ). 3. Melakukan estimasi (memberikan perkiraan), berapa persen intesitas warna merah, hijau, biru yang membentuk warna-warna itu. 4. Tentukan persentase merah, hijau, dan biru yang membentuk warna kotak ke-13 pada setiap matriks 5. Melakukan hal yang sama pada setiap himpunan warna versi 5, di mana kotak ke-13 pada setiap matriks memuat warna kemerahan. 6. Memberi kesimpulan dari hasil praktikum V. Hasil Praktikum 5.1. Table 1 Gradasi warna; Estimasi persentase No Sampel Warna Merah Hijau Biru 1. 4 6 2. 9 6 0 3. 4. 10 9

5. 6 6 6 6. 4 9 7. 8 9 8. 9. 6 8 10. 9 8 11. 12. 6 8 13. 6 6 4 14. 6 5.2. Table II Estimasi Persentase dengan Latar Belakang Versi 4 No. Rona Keterangan 1. Gelap 2. Agak Gelap

3. Agak Terang 4. Gelap 5. Agak Terang 6. Terang

5.3. Table III Estimasi Persentase dengan Latar Belakang Versi V No. Rona Keterangan 1. Sangat Gelap 2. Gelap 3. Gelap 4. Sangat Gelap 5. Sangat Gelap

6. Gelap Estimasi persentase Warna Gambar No. Merah Hijau Biru 1 8 2 10 4 4 3 90 % 60 % 4 90 % 5 100 % 40 % 6 100 % 40 % 40 % 5.4. Table IV Pengamatan Tekstur No. Tekstur Keterangan 1. Agak Halus 2. Sedang 3. Agak Halus 4. Agak Halus

5. Agak halus 6. Kasar 7. Kasar 8. Kasar 9. Sedang 10. Kasar 11. Kasar 12. Kasar 5.5. Table V Pola versi 1 No. 1. Pola Keterangan Teratur, bergaris horizontal, putusputus

2. Teratur, berbentuk seperti bata, bergaris horizontal 3. Teratur, berbentuk seperti papan catur, rapat bergaris horizontal 4. Teratur, bergelombang, bergaris horizontal 5. Tidak teratur, garis titik-titik tidak beraturan 6. Teratur, berbentuk bintik-bintik seperti bola, rapat diagonal 7. Teratur, bergaris diagonal 8. Teratur, bergaris tipis membentuk persegi panjang miring diagonal 9. Teratur, berbentuk papan catur diagonal

5.6. Table VI Pola versi 3 No. Pola Keterangan 1. Teratur 2. Teratur 3. Sangat Teratur 4. Tidak Teratur 5. Kurang Teratur 6. Sangat Tidak Teratur 5.7. Table VII Identifikasi Rona, Tekstur, dan Pola No. 1. Foto Rona/Warna Agak Cerah, Hijau Kekuningan Tekstur Pola Kasar Tidak Teratur

2. Gelap, merah kehitaman 3. Gelap, Merah kehitaman 4. Kasar Tidak Teratur Agak Halus Tidak Teratur Sangat Kasar Tidak Teratur Kasar Tidak Teratur Agak Halus Tidak Teratur Kasar Tidak Teratur Agak Halus Tidak Teratur Halus Teratur Halus Teratur Agak Halus Teratur Kasar Tidak Teratur Halus Teratur Agak Cerah, merah, putih kehitaman 5. Gelap, merah kehitaman 6. Agak Gelap, merah, kuning kehitaman 7. Agak Gelap, hijau, kuning, putih kehitaman 8. Sangat Gelap, hitam, kemerahan 9. 10. Terang, merah Sangat Gelap, Hitam kebiruan 11. Terang, biru keputihan 12. Cerah, hijau, putih kekunungan 13. Gelap, biru kehitaman

VI. Pembahasan 6.1. Tabel 5.1 Gradasi Warna; Estimasi Persentase Dalam percobaan gradasi warna berdasarkan estimasi persentasi dapat dilihat bahwa dalam penginderaan jauh warna erat kaitannya dengan rona suatu objek atau benda yang di intepretasi. Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit. Warna yang biasa di gunakan dalam penginderaan jauh secara umum menggunakan warna RGB (Red, Green, Blue) dengan komposisi prosentase, 4, 6, 8, 9, dan 10. Setiap hue warna mempunyai 3 intensitas warna yaitu merah, hijau dan biru yang setiap warnanya mempumyai persentasi. Dari percobaan gradasi warna pada table 5.1 dapat di ketahui bahwa di dalam setiap pengkombinasian warna akan mengahasilkan warna tertentu. Misalnya pada warna merah mempunyai intensitas warna, hijau 4 dan biru 6 maka akan mengahasilkan warna biru yang agak cerah. Artinya dalam percobaan gradasi warna ini setiap kombinasi warna yang muncul itu tergantung pada setiap persentase warna penyusunnya. 6.2. Table 5.2 dan 5.3 Estimasi persentase dengan latar belakang Versi 4 dan Versi 5 Pada tebel hasil praktikum 5.2 dilakukan percobaan identifikasi rona. Dimana kategori rona terdiri atas rona: agak cerah, cerah, sangat cerah, agak gelap, gelap, dan sangat gelap. Dari pengamatan percobaan rona ini dapat di simpulkan bahwa rona suatu objek atau benda yang di intepretasi itu tergantung dari daerah yang ada di sekitar objek tersebut. Misalnya warna yang terlihat itu hijau yang sangat gelap bisa jadi sebenarnya warna hijau itu gelap. Dikarenakan warna hijau dikatakan sangat gelap Karena warna yang ada di sekitar hijau yang sangat gelap itu juga warna yang gelap. Jadi, dalam penentuan rona suatu objek yang di intepretasi itu harus melihat daerah yang ada di sekitarnya.

Dan setiap warna yang terbentuk dari rona tersebut di persentasikan ke dalam komposisi 3 warna pembentuk yaitu merah, kuning dan hijau. Sehingga dapat di ketahui nanti dari rona tersebut warna penyusun dari rona tersebut terdiri dari komposisi warna apa saja. 6.3. Table 5.4 Pengamatan Tekstur Versi 2 Dalam percobaan hasil praktikum pada table 5.4 menentukan tekstur suatu benda atau objek yang di intepretasi. Tekstur merupakan sebuah frekuensi perubahan rona pada citra atau biasa di sebut sebagai pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk di bedakan secara individual. Pada hasil praktikum table 5.4 dapat di ketahui bahwa tekstur dapat di katagorikan menjadi tekstur: kasar, halus, sedang, dan agak halus. Penentuan tgekstur dalam penginderaan jauh itu tergantung pada obyek atau benda yang di intepretasi. Dan hal itu tidak terlepas juga dari rona atau warna dan juga bentuk dari obyeknya. Sehingga ketika melakukan intepretasi kita dapat menentukan tekstur dari obyek tersebut. 6.4. Table 5.5 dan 5.6 Pengamatan Pola Versi 1 dan Versi 3 Pada percobaan hasil praktikum table 5.5 dan 5.6 yaitu identifikasi pola suatu obyek intepretasi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pola yang tergolong tersier dan pola berdasarkan susunan keruangan. Pada table hasil praktikum 5.5 merupakan gambaran pola tersier. Dimana dalam pola tersier ini yang harus diidentifikasikan bukan hanya pola saja, tetapi juga bentuk, ukuran dan juga tekstur yang tebentuk dari obyek yang di intepretasi tersebut. Seperti pada gambar berikut ini pada gambar disamping dapat di identifikasikan bahwa pola yang tebentuk adalah: Teratur, bergaris tipis membentuk persegi panjang miring diagonal. Sedangkan pada table hasil praktikum 5.6 adalah identifikasi pola berdasarkan susunan keruangan. Dimana dalam identifikasi ini, pola di kelompokkan menjadi: teratur, agak teratur, sangat teratur, tidak teratur, dan sangat tidak teratur. Artinya dalam pola ini menggambarkan

ciri obyek bentukan manusia dan beberapa obyek alamiah. Seperti perumahan, perkebunan, dll. Sehingga dari bentukan yang di bentuk itu nanti dapat diketahui pola apa yang terbentuk. Teratur atau kurang teratur dan sebagainya. Jadi, dalam percobaan pengamatan pola ini dapat di simpulkan bahwa untuk menentukan pola suatu obyek yang akan di intepretasi dapat menggunakan dua pola. Yaitu pola tersier dan pola berdasarkan susunan keruangan. Tergantung dari kenampakan obyek atau benda yang akan di intepretasi. 6.5. Table 5.7 Identifikasi Rona, Tekstur, dan Pola Pada hasil praktikum table 5,7 disajikan potongan citra atau foto udara. Di mana dalam percobaan mengidentifikaasikan semua unsur intepretasi yang terbentuk dari potongan foto udara atau citra tersebut. Yaitu rona/warna, pola, dan juga tekstur. Dalam percobaan ini suatu citra atau foto udara dapat diintepretasi secara baik jika memenuhi unsur-unsur intepretasi. Sehingga nanti akan dapat di ketahui obyek apa yang diintepretasikan. VII. Kesimpulan 1. Penginderaan jauh merupakan data/informasi dari ilmu dan seni untuk mendapatkan objek atau fenomena tanpa melakukan kontak langsung dengan objek tersebut. 2. Dalam melakukan Interpretasi Citra di butuhkan unsur-unsur interpretasi. Seperti: rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. 3. Pada percobaan hasil praktikum pengamatan rona atau warna dapat di simpulkan bahwa dalam setiap pengkombinasian warna akan mengahasilkan warna tertentu. Misalnya pada warna merah mempunyai intensitas warna, hijau 4 dan biru 6 maka akan mengahasilkan warna biru yang agak cerah. Artinya dalam percobaan gradasi warna ini setiap kombinasi warna yang muncul itu tergantung pada setiap persentase warna penyusunnya.

4. Penentuan tekstur dalam penginderaan jauh itu tergantung pada obyek atau benda yang di intepretasi. Dan hal itu tidak terlepas juga dari rona atau warna dan juga bentuk dari obyeknya. 5. Untuk menentukan pola suatu obyek yang akan di interpretasi dapat menggunakan dua pola. Yaitu pola tersier dan pola berdasarkan susunan keruangan. Tergantung dari kenampakan obyek atau benda yang akan di intepretasi. VIII. Tugas A. Soal 1. Jelaskan perbedaan citra foto dan citra non-foto! 2. Apa yang di maksud dengan jendela Atmosfer? 3. Gambarakan pola Pantulan spektrum ada air, vegetasi dan tanah. Jelaskan! 4. Sebutkan minimal 3 contoh citra PJ (beroperasi di panjang gelombang berapa) B. Jawaban 1. Citra foto (photographic image) adalah gambaran suatu objek yang dibuat dari pesawat udara, dengan menggunakan kamera udara sebagai alat pemotret. Hasilnya dikenal dengan istilah foto udara. Sedangkan Citra non-foto (non photographic image) adalah gambaran suatu objek yang diambil dari satelit dengan menggunakan sensor yang biasanya hasilnya dikenal dengan istilah foto satelit. Perbedaan citra foto dan non foto antara lain : 1) Sensor yang digunakan : Citra foto menggunakan sensor kamera sedangkan citra non foto menggunakan sensor Non kamera, mendasarkan atas penyiaman (scanning) kamera yang detektornya bukan film. 2) Detektor : Citra foto menggunakan detektor film sedangkan citra non foto menggunakan Pita magnetik, termistor foto konduktif, foto voltaik, dsb. 3) Proses perekaman : citra foto menggunakan Fotografi/kimiawi sedangkan citra non foto menggunakan Elektronik

4) Mekanisme perekaman : citra foto serentak dan citra non foto parsial 5) Spektrum elektromagnetik : citra foto Spektrum tampak dan perluasannya sedangkan citra non foto Spektra tampak dan perluasannya thermal, dan gelombang mikro. 2. Jendela Atmosfer adalah yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi dimana keadaan di atmosfer dapat menjadi penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Sehingga kondisi cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan bumi. Gambaran jendela Atmosfer dapat dilihat di lampiran. 3. Gambaran pola Pantulan spektrum ada air, vegetasi dan tanah (terlampir) 4. Secara umum citra penderaan jauh dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Citra Foto a. Berdasarkan spectrum elektromagnetik a) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. b) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 0,56 mikrometer). c) Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak mata. d) Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau. b. Berdasarkan sumbu kamera

Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang a) dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi. b) Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini pada umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut condongnya masih berkisar antara 1-4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai foto vertikal. 5. Berdasarkan jenis kamera a) Foto tunggal, yaitu citra foto yang dihasilkan dari kamera tunggal b) Foto jamak yaitu citra foto yang dibuat pada waktu yang sama dan meliput daerah yang sama pula 6. Berdasarkan jenis wahana a) Foto udara, dibuat dari pesawat udara atau balon b) Foto satelit/orbital, dibuat dari satelit b. Cintra Non-Foto a. Spektrum gelombang elektromagnetik a) Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya. b) Citra radar, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan. c) Citra gelombang mikro yaitu citra yang dihasilkan dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah. b. Jenis sensor a) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.

b) Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari: Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non fotografik. Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum tampak maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara. c. Jenis wahana a) Citra Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra merah thermal, citra radar dan citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan. b) Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. IX. Daftar Pustaka Sutanto.1986.penginderaan jauh. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta. https://agnazgeograph.wordpress.com/2012/12/06/perbedaan-citra-foto dannon-foto-inderaja/ http://geographeducation.blogspot.com/2011/05/jendela-atmosfer_02.html http://erikadwic.blogspot.com/2013/04/unsur-interpretasi.html http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/unsur-interpretasi-citra.html Perbedaan Citra Foto dengan Citra non Foto http://geodik.com/perbedaancitra-foto-dengan-citra-non-foto/#ixzz3pl9z7ts6

X. Lampiran