DETERMINAN ASUHAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN MATERNAL TESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TEMPAT BERSALIN PADA IBU HAMIL (Studi Kasus di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian maternal merupakan masalah besar, khususnya di negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN STATUS KEPEGAWAIAN BIDAN DENGAN PENERAPAN PARTOGRAF DI KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan berkesinambungan dan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu

HUBUNGAN KELAS IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI KABUPATEN TEGAL. Tesis

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian maternal menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. nifas tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat dan keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan wanita. Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu,

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

ANALISIS MULTILEVEL FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI KABUPATEN BONDOWOSO TESIS

Oleh Yulia Yekti Subekti S

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS

ANALISIS JALUR FAKTOR PENENTU PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KOTA SALATIGA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id DETERMINAN ASUHAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN MATERNAL TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Kesehatan Ibu Dan Anak Oleh: Dewi Ratna Pratiwi S021308016 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2015 to user i

digilib.uns.ac.id HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii

digilib.uns.ac.id Determinan Asuhan Kebidanan Di Puskesmas Yang Berhubungan Dengan Kematian Maternal Dewi Ratna Pratiwi. S021308016. Asuhan Kebidanan Di Puskesmas Yang Berhubungan Dengan Kematian Maternal. TESIS. Pembimbing I : Supriyadi Hari Respati, Pembimbing II : Ari Natalia Probandari. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. ABSTRAK Latar Belakang: Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia meningkat dibandingkan data SDKI 2007, dan masih merupakan yang tertinggi di Asia. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu dari 9 Provinsi di Indonesia yang menyumbangkan AKI tertinggi di Indonesia. AKI di Kabupaten Banyumas tahun 2013 mengalami kenaikan dan angka tersebut masih melebihi target dari AKI di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan asuhan kebidanan antenatal terintegrasi, intranatal dam postnatal di Puskesmas yang berhubungan dengan kematian di Kabupaten Banyumas tahun 2013-2014. Subjek dan Metode: Penelitian observasional dengan desain case-control pada bidan yang bekerja diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Pengambilan sampel dilakukan dengan Two Stage Cluster Sampling dan Disproportionate Stratified Random Sampling, perbandingan kasus dan kontrol yaitu 1:1 sehingga jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 122. Analisis bivariat menggunakan Chi-Square dengan melihat Odds Ratio (OR), Analsisis Multivariat menggunakan Regresi Logistik, dan Analisis bersetrata dengan menggunakan Mantel Haenzel. Hasil: analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara pemberian asuhan antenatal terintegrasi (anamnesis (p:<0,001), pemeriksaan fisik (p:0,030), konseling dan pemberian obat (p:0,001)) dengan kematian. Ada hubungan antara pemberian asuhan intranatal (membuat keputusan klinik (p:<0,001), pencatatan asuhan persalinan (p:<0,001), pertolongan persalinan normal dengan 58 langkah (p:<0,001)). Tidak terdapat hubungan antara pemberian asuhan postnatal dengan kematian. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling besar pengaruhnya terhadap kematian adalah pada pemberian asuhan intranatal. Kesimpulan: Pemberian asuhan antenatal terintegrasi dan intranatal berpengaruh terhadap kematian. Masih diperlukan adanya pelatihan terhadap pemberian asuhan antenatal terintegrasi, intranatal dan postnatal serta adanya audit dan regulasi yang tegas tehadap pelaksanaan pemberian asuhan yang sesuai standar di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Audit Klinis, Kematian Maternal, Indonesia iv

digilib.uns.ac.id Determinant Midwifery Care In The Primary Health Care Related Maternal Mortality Dewi Ratna Pratiwi. S021308016. Midwifery Care In The Primary Health Care Related Maternal Mortality. TESIS. First Supervisor: Supriyadi Hari Respati, Second Supervisor: Ari Natalia Probandari. Public Health Study Program, Graduate Program, University of Sebelas Maret ABSTRACT Background: Based on the Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) in 2012 MMR in Indonesia increased compared to the data IDHS 2007, and is still the highest in Asia. Central Java Province is one of the 9 provinces in Indonesia which donated the highest MMR in Indonesia. AKI in Banyumas in 2013 has increased and the figure is still higher than the target of AKI in Central Java province. The purpose of this study is to investigate the determinants of midwifery care is integrated antenatal, postnatal intranatal dam at the health center associated with mortality in Banyumas 2013-2014. Subjects and Methods: The study was an observational case- control design with the midwife who worked in the region work District Health Office of Banyumas. Sampling was done by Two Stage Cluster Sampling and disproportionate stratified random sampling, comparison of cases and controls is 1:1 so that the number of subjects in this study is 122. The bivariate analysis using Chi-Square with Odds Ratio (OR), using multivariate logistic regression Analsisis and stratified analysis using the Mantel Haenzel. Results: The bivariate analysis showed no relationship between the provision of antenatal care is integrated (anamnesis (p< 0,001), physical examination (p:0,030), counseling and drug administration (p:0,001)) with deaths. There is a relationship between care delivery intranatal (making clinical decisions (p<0,001), recording of delivery care (p<0,001), normal delivery assistance with 58 steps (p<0,001)). There was no relationship between the provision of postnatal care with deaths. Multivariate analysis showed that the risk factors most influence on mortality is on care provision intranatal. Conclusion: The provision of antenatal care is integrated and intranatal effect on mortality. Still needed training on the provision of antenatal care is integrated, intranatal and postnatal care as well as audits and strict regulations tehadap implementation of the provision of appropriate care at the primary health care standard working area of District Health Office of Banyumas. Keyword : Midwifery Care, Clinic Audit, Maternal Mortality, Indonesia v

digilib.uns.ac.id Biodata a. Nama : Dewi Ratna Pratiwi b. Tempat, tanggal lahir : 11 Januari 1989 c. Profesi/jabatan : Staff d. Alamat kantor : Akademi Kebidanan Pewira Husada Purwokerto Jalan Soeparjo Roestam no.170 Sokaraja, Purwokerto Telp : 0281-6844-942 Fax : 0281-6844-942 Email : akbid_perwirahusadapwt@yahoo.co.id e. Alamat Rumah : Jalan babakan no.200b Desa Jati rt03 rw 02, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap. Jawa Tengah. Telp : 085747999905 Email : dewi.ratnapratiwi@gmail.com f. Riwayat Pendidikan di perguruan tinggi No. Institusi Bidang Ilmu Tahun Gelar 1. FK UNS Kebidanan 2011 S.ST g. Daftar Karya Ilmiah No. Judul Penerbit/Forum Ilmiah Tahun 1. Hubungan Pengetahuan Ibu DIV FK UNS 2011 Tentang Peran dan Fungsi Bidan Desa dengan Pemanfaatannya di Desa Madegondo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 vi

digilib.uns.ac.id 2. Faktor-Faktor yang Akademi Manajemen 2014 Menyebabkan Kekurangan Rumah Sakit Kusuma Energi Kronis (KEK) Pada Husada Purwokerto Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas Tahun 2014 vii

digilib.uns.ac.id viii

digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan orang-orang Qona ah di dalamnya. Dalam penyusunan tesis ini, penulis mengambil judul Determinan Asuhan Kebidanan Antenatal, Intranatal, Dan Postnatal Di Puskesmas Yang Berhubungan Dengan Kematian Maternal. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Prof. Dr. Mohammad Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Sebelas Maret. 3. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc., Ph.D selaku Kepala Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Negeri Sebelas Maret 4. Dr. Argyo Demartoto, M.Si selaku penguji I seminar tesis 5. Dr. dr. Eti Poncorini, M.Pd selaku penguji II seminar tesis 6. Dr. Supriyadi, dr., Sp.OG selaku pembimbing I yang telah memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat terselesaikan. 7. Ari Natalia Probandari, dr., MPH, Ph.D selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga dapat terselesaikan. 8. Keluargaku dan calon suamiku tercinta yang telah memberikan semangat dorongan serta bantuan baik materi maupun spiritual sehingga dapat terselesaikan. 9. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan serta motivasi demi terselesainya tesis ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan dan kesalahan serta jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan tesis ini. ix

digilib.uns.ac.id Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, serta bagi perkembangan pelaksanaan penyusunan tesis dimasa yang akan datang. Cilacap, Juni 2015 Penulis x

digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... BIODATA... PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... i ii iii iv v vi viii ix xi xiv xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR SINGKATAN... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xix I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan... 6 D. Manfaat... 7 II. BAB II LANDASAN TEORI... 8 A. Tinjauan Pustaka... 8 1. Kematian Maternal... 8 xi

digilib.uns.ac.id xii 2. Pengertian Bidan... 20 B. Penelitian yang relevan... 37 C. Kerangka berpikir... 40 D. Hipotesis... 41 III. BAB III METODE PENELITIAN... 42 A. Tempat Penelitian... 42 B. Waktu Penelitian... 42 C. Tatalaksana Penelitian... 42 1. Jenis Penelitian... 42 2. Populasi dan Subjek Peneltian... 43 3. Variabel Peneltian... 44 4. Definisi Operasional... 44 5. Data... 47 6. Teknik Analisis Data... 49 IV. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 55 1. Hasil Penelitian... 55 A. Geografi dan Demografi Tempat Penelitian... 55 B. Analisis Univariat... 56 C. Analisis Bivariat... 61 D. Analisis Multivariat... 66 E. Analisis Bersetrata... 60 2. Pembahasan... 78 A. Faktor-faktor yang Paling Berpengaruh terhadap Kematian Maternal Berdasarkan Pemberian Asuhan Antenatal, Intranatal dan Postnatal... 78

digilib.uns.ac.id xiii B. Hubungan Asuhan Antenatal Terintegrasi dengan Kematian Maternal di Kabupaten Banyumas tahun 2013 2014... 79 C. Hubungan Asuhan Internal dengan Kematian Ibu di Kabupaten Banyumas tahun 2013 2014... 82 D. Hubungan Asuhan Postnatal dengan Kematian Ibu di Kabupaten Banyumas tahun 2013 2014... 87 3. Keterbatasan Penelitian... 90 V. BAB V PENUTUP... 91 A. Kesimpulan... 91 B. Implikasi... 91 C. Saran... 92 Daftar Pustaka... 93 LAMPIRAN

digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Penelitian yang relevan... 37 Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel... 44 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Pemberian Asuhan Antenatal Terintegrasi... 47 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Pemberian Asuhan Intranal... 47 Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Pemberian Asuhan Postnatal... 48 Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian... 56 Tabel 4.2 Kesesuaian Standar Asuhan Antenatal Terintegrasi di Puskesmas Kabupaten Banyumas tahun 2013-2014... 57 Tabel 4.3 Kesesuaian Standar Asuhan Intranal di Puskesmas Kabupaten Banyumas tahun 2013-2014... 59 Tabel 4.4 Kesesuaian Standar Asuhan Postnatal di Puskesmas Kabupaten Banyumas tahun 2013-2014... 60 Tabel 4.5 Hubungan Asuhan Antenatal Terintegrasi dengan Kematian Maternal di Kabupaten Banyumas Tahun 2013-2014... 61 Tabel 4.6 Hubungan Asuhan Intranatal dengan Kematian Maternal di Kabupaten Banyumas Tahun 2013-2014... 63 Tabel 4.7 Hubungan Asuhan Postnatal dengan Kematian Maternal di Kabupaten Banyumas Tahun 2013-2014... 65 Tabel 4.8 Faktor Pemberian Asuhan Antenatal Terintegrasi yang paling Berpengaruh terhadap Kematian Maternal... 67 Tabel 4.9 Faktor Pemberian Asuhan Intranatal yang paling Berpengaruh terhadap Kematian Maternal... 68 xiv

digilib.uns.ac.id xv Tabel 4.10 Faktor Pemberian Asuhan Postnatal yang paling Berpengaruh terhadap Kematian Maternal... 69 Tabel 4.11 Hubungan antara Pemberian Asuhan Antenatal Terintegrasi dengan Kematian Maternal, distratifikasikan berdasarkan Usia... 70 Tabel 4.12 Hubungan antara Pemberian Asuhan Intranatal dengan Kematian Maternal, distratifikasikan berdasarkan Usia... 72 Tabel 4.13 Hubungan antara Pemberian Asuhan Postnatal dengan Kematian Maternal, distratifikasikan berdasarkan Usia... 73 Tabel 4.14 Hubungan antara Pemberian Asuhan Antenatal Terintegrasi dengan Kematian Maternal, distratifikasikan berdasarkan Masa Kerja... 74 Tabel 4.15 Hubungan antara Pemberian Asuhan Intranatal dengan Kematian Maternal, distratifikasikan berdasarkan Masa Kerja... 76 Tabel 4.16 Hubungan antara Pemberian Asuhan Postnatal dengan Kematian Maternal, distratifikasikan berdasarkan Masa Kerja... 77 Tabel 4.17 Faktor yang Berpengaruh terhadap Kematian Maternal berdasarkan Pemberian Asuhan Antenatal terintegrasi, Intranatal dan Postnatal... 78

digilib.uns.ac.id DAFTAR BAGAN Halaman Tabel 2.1 Faktor yang mempengaruhi kematian... 10 Tabel 2.2 The Three Phases of Delay Model... 15 Tabel 2.3 Kerangka Berpikir... 40 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian... 42 xvi

digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Peta Penyebaran Puskesmas di Kabupaten Banyumas Propinsi Jawa Tengah... 58 Halaman xvii

digilib.uns.ac.id DAFTAR SINGKATAN ANC AKI APN ASEAN DEPKES DKK EMAS FOGI HDK IBI ICD-10 ICM JHPIEGO JNPK-KR KB KEMENKES KIA MDGs MENKES P4K PP IBI PWS PUSKESMAS RI RS SAK SDKI SDGs UN UNFPA USAID WHO : Antenatal Care : Angka Kematian Ibu : Asuhan Persalinan Normal : Association of Southeast Asian Nation : Departemen Kesehatan : Dinas Kesehatan Kabupaten : Expanding Maternal Neonatal Survival : Internasional Federation of International Gynecologist and Obstetritian : Hipertensi Dalam Kehamilan : Ikatan Bidan Indonesia : The Tenth Revision of The International Classification of Diseases : International Confederation of Midwives : Jhons Hopkins Program International of Education in. Gynecology and Obstetrics : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi : Keluarga Berencana : Kementrian Kesehatan : Kesehatan Ibu dan Anak : Millennium Development Goals : Menteri Kesehatan : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi : Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia : Pemantauan Wilayah Setempat : Pusat Kesehatan Masyarakat : Republik Indonesia : Rumah Sakit : Standar Asuhan Kebidanan : Survey Demografi Kesehatan Indonesia : Sustainable Development Goals : United Nations : United Nations fund for Population Activities : United States Agency for International Development : World Health Organization xviii

digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Lampiran 3 Asuhan Persalinan Normal 58 Langkah Lampiran 4 Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5 Pernyataan Kesediaan Menjadi Reponden Lampiran 6 Kuesioner Penelitian Lampiran 7 Hasil Analisis xix

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari Millennium Development Goals (MDGs) 2015 adalah perbaikan kesehatan ibu, namun sampai saat ini Angka Kematian (AKI) di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia masih tinggi. Fokus pada pemecahan masalah tersebut, bangsa-bangsa di dunia akan tetap menerapkan Post Millennium Development Goals (MDGs) 2015 dalam Sustainable Development Goals (SDGs) (UN, 2014). AKI di dunia pada tahun 2010 menurut WHO adalah 287/100.000 kelahiran hidup, di negara maju 9/100.000 kelahiran hidup dan di negara berkembang 600/100.000 kelahiran hidup. Kematian di Asia Tenggara menyumbang hampir 1/3 jumlah kematian yang terjadi secara global. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai AKI yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia 359/100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini meningkat dibandingkan data SDKI 2007 yang besarnya 228 kematian, dan masih merupakan yang tertinggi di Asia (Depkes RI, 2013). Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu dari 9 Provinsi di Indonesia yang menyumbangkan AKI tertinggi di Indonesia (Menkes RI, 2014). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah harus lebih serius dalam menanggapi dan menangani masalah AKI yang masih tinggi dan mengalami peningkatan, yaitu sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011, menjadi 116,34/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Banyumas, AKI di Kabupaten Banyumas tahun 2013 adalah sebesar 126 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2012 adalah sebesar 112 per 100.000 kelahiran hidup, dengan demikian pada tahun 2013 mengalami kenaikan dan angka tersebut masih melebihi target dari AKI di Provinsi Jawa Tengah, yaitu 60 per 100.000 kelahiran hidup. Melihat kondisi diatas dapat dikatakan bahwa program Kesehatan Ibu masih belum secara optimal berjalan dengan baik (DKK commit Banyumas, to user 2014). 1

digilib.uns.ac.id 2 Dukungan dari Kementrian Kesehatan bekerjasama dengan Program Expanding Maternal Neonatal Survival (EMAS)-JHPIEGO memiliki kontribusi positif dalam program pelayanan kesehatan ibu di Banyumas. Banyumas menjadi salah satu dari dua Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan angka kematian dan bayi tertinggi. Untuk alasan inilah Kabupaten Banyumas dijadikan tempat pengimplementasian program EMAS Jawa Tengah dalam upaya untuk mengurangi angka kematian dan bayi baru lahir (DKK Banyumas, 2013). EMAS adalah sebuah program kerjasama Kementrian Kesehatan RI dan USAID selama lima tahun (2012-2016) dalam rangka mengurangi angka kematian dan bayi baru lahir. Upaya yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada penurunan kematian dan tata kelola klinis (clinical governance) diterapkan di RS dan Puskesmas (Depkes RI, 2012). Evaluasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Banyumas terhadap AKI pada tahun 2013 yaitu mengalami penurunan, dari 35 kematian menjadi 33 kematian pada tahun 2014, meskipun terdapat penurunan pada jumlah kematian dan bayi, namun grafik penurunannya dapat dikatakan belum cukup mencapai target yang diinginkan mengingat jumlah angka kematian masih menunjukan angka yang tergolong tinggi. Oleh karena itu, pelaksanaan program EMAS yang telah berjalan selama dua tahun masih harus diperkuat dan diperdalam lagi agar membawa dampak yang signifikan bagi penurunan angka kematian hamil dan bayi baru lahir (DKK Banyumas, 2014). Upaya untuk menurunkan AKI masih terus dilakukan melalui berbagai terobosan guna mengatasi penyebab langsung maupun tidak langsung. Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan RI dalam mempercepat penurunan AKI adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan khususnya bidan didalam memberikan perawatan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2007). Cakupan kunjungan ibu hamil di Kabupaten Banyumas pada tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebesar commit 31.123 to dengan user pelayanan lengkap K4 sebesar

digilib.uns.ac.id 3 92,38% dan cakupan K1 sebesar 97,58%. Cakupan K-4 di Kabupaten Banyumas tahun 2013 sebesar 92,38%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 95,05%. Pelayanan K-4 sudah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan melalui Puskesmas yang tersebar di 27 kecamatan, hal itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pada waktu hamil belum maksimal. Selain itu juga petugas kesehatan belum maksimal dalam memberikan motivasi kepada ibu hamil. Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes tahun 2013 sebesar 94,35%, mengalami penurunan jika dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 98,11%, namun sudah memenuhi standar pelayanan minimal pertolongan persalinan oleh nakes. Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2013 sebanyak 93,68 %, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pencapaian cakupan tahun 2012 yaitu sebesar 82,10 %. Cakupan Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe 1 sebanyak 95,78 % dan Fe 3 sebanyak 89,73 % dari sejumlah ibu hamil (30.369 orang) sedangkan cakupan pada ibu nifas yang mendapat vitamin A sebesar sebesar 98,68 %. Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi di Kabupaten Banyumas tahun 2013 adalah sebanyak 8324 ibu hamil atau sebesar 133,73% dari target ibu hamil risiko tinggi (20% ibu hamil) (DKK Banyumas, 2014). Data tersebut menunjukkan cakupan program pelayanan ibu sudah mencapai target yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota, namun AKI di Kabupaten Banyumas cenderung masih tinggi. Sejalan dengan tingginya akses pelayanan tersebut, maka kualitas asuhan antenatal, intranatal dan post natal juga harus dimantapkan. Ibu hamil, bersalin dan nifas perlu mendapatkan perlindungan secara menyeluruh, baik mengenai asuhan normal maupun komplikasi. Pelayanan yang berkualitas dan sesuai standar, perlu didukung kemampuan manajerial bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Jumlah bidan di Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebanyak 137.110 orang, dengan rasio bidan terhadap penduduk sebesar 55,2 bidan per 100.000 penduduk. Rasio bidan terhadap jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 51, 5 bidan per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2014). Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dengan 39 Puskesmas yang melayani 301 Desa atau Kelurahan. commit Untuk to pelayanan user kesehatan ibu dan anak pada

digilib.uns.ac.id 4 tahun 2013 dilayani 362 tenaga bidan, dengan rasio 1,2 yang sudah mencapai target rasio jumlah bidan di Provinsi Jawa Tengah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Triwulan 3, 2014). Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat selama hamil, masa kehamilan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan (Kemenkes RI, 2014). Dalam pelaksanaannya bidan dapat melakukan peran dan fungsinya dengan menggunakan dan mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya melalui pemahaman tentang manajemen. Bidan perlu meningkatkan kemampuan manajerial dalam pelayanan kebidanan (Varney, 2007). Manajemen kebidanan berkaitan erat dengan asuhan antenatal, intranatal dan postnatal. Pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam manajemen kebidanan mulai dari pengumpulan data, perumusan diagnosa, perencanaan asuhan, pelaksanaan asuhan, evaluasi asuhan dan pendokumentasian asuhan (Varney, 2007). Metode ini sudah dikembangkan mulai tahun 2009 di 39 Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas. Namun evaluasi pelaksanaan asuhan antenatal, intra natal, dan post natal dengan menggunakan daftar tilik masih belum maksimal dilakukan oleh pengelola program KIA. Pergeseran paradigma yang terfokus dalam asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi, dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Atas dasar ini Departemen Kesehatan RI merancang pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja penolong persalinan, khususnya bidan (JNPK-KR, 2007). Petugas kesehatan dilini depan seperti bidan di desa, tidak hanya diharapkan terampil untuk membuat diagnosa untuk pasien atau klien yang dilayaninya tetapi juga harus mampu mendeteksi setiap commit situasi to yang user mengancam keselamatan ibu dan

digilib.uns.ac.id 5 bayinya. Untuk mengenali situasi tersebut para bidan harus pandai membaca situasi klinik dan masyarakat setempat sehingga mereka tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan segera sebagai langkah penyelamatan ibu dan bayinya. Apabila situasi gawat darurat terjadi, upaya ini dikenal sebagai kesiapan bidan menghadapi persalinan dan tanggap terhadap komplikasi yang mungkin terjadi (Birth Preparenness and Complication Readiness) (JNPK-KR, 2007). Nafiah (2013) menyatakan bahwa pengetahuan bidan, sikap bidan, motivasi bidan, supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten, dan ketersediaan peralatan berpengaruh terhadap pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi dalam Asuhan Persalinan Normal. Sedangkan Nawangsari, et al (2009) memaparkan pengaruh APN dalam penguasaan kompetensi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap bidan dalam memberikan pelayanan tampak jelas. Rodiah, et al (2013) mengatakan pengetahuan dan sikap bidan secara bersama-sama mempengaruhi penerapan Asuhan Persalinan Normal (APN). Hamidah (2013) ada pengaruh antara Sistem Manajemen Standar Asuhan Kebidanan (SAK) ANC dengan Kinerja Bidan dalam Pelaksanaan SAK ANC. Islami dan Aisyaroh (2012) mengatakan monitoring ibu nifas terbukti berhubungan dengan kejadian morbiditas nifas karena dapat memonitor keluhan atau kejadian morbiditas ibu sehingga dengan monitoring ibu yang baik dapat dideteksi morbiditas ibu lebih banyak. Dalam upaya meningkatkan kinerja bidan desa sebagai ujung tombak pelayanan KIA, ditemukan banyak kendala yaitu beban kerja bidan desa tinggi, kompetensi bidan tidak mendukung untuk melaksanakan job deskripsi bidan terutama tugas tambahan, pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan skill bidan desa belum maksimal, hambatan supervisi, ketidakseimbangan antara reward dan beban kerja serta rendahnya komitmen bidan desa dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab (Budi, 2011). Ronsmans, et al (2008) menunjukkan adanya hubungan antara wanita dan penggunaan tenaga kesehatan profesional saat pertolongan persalinan menurunkan risiko kematian. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui determinan asuhan kebidanan antenatal terintegrasi, intranatal dan postnatal di Puskesmas yang berhubungan dengan kematian di Kabupaten Banyumas tahun 2013-2014.

digilib.uns.ac.id 6 B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara pemberian asuhan antenatal terintegrasi di Puskesmas dengan kematian di Kabupaten Banyumas? 2. Apakah ada hubungan antara pemberian asuhan intranatal di Puskesmas dengan kematian di Kabupaten Banyumas? 3. Apakah ada hubungan antara pemberian asuhan postnatal di Puskesmas dengan kematian di Kabupaten Banyumas? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi determinan asuhan kebidanan antenatal terintergrasi, intranatal dan postnatal di Puskesmas yang berhubungan dengan kematian di Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi hubungan antara pemberian asuhan antenatal terintegrasi di Puskesmas dengan kematian di Kabupaten Banyumas b. Untuk mengidentifikasi hubungan antara pemberian asuhan intranatal di Puskesmas dengan kematian di Kabupaten Banyumas c. Untuk mengidentifikasi hubungan antara pemberian asuhan postnatal di Puskesmas dengan kematian di Kabupaten Banyumas d. Untuk mengidentifikasi determinan kematian ibu dari pemberian asuhan antenatal terintegrasi, intranatal dan postnatal di Puskesmas D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai faktor risiko yang mempengaruhi kematian yang berhubungan dengan pemberian asuhan kebidanan antenatal terintegrasi, intranatal dan postnatal di Puskesmas, khususnya di Kabupaten Banyumas.

digilib.uns.ac.id 7 2. Memberikan masukan bagi perumusan kebijakan, khususnya bagi upaya penurunan angka kematian dan peningkatan program Kesehatan Ibu dan Anak 3. Memberikan masukan bagi kegiatan penelitian sejenis di masa yang akan datang

digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kematian Maternal a. Definisi kematian Kematian menurut batasan dari The Tenth Revision of The International Classification of Diseases (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO,2007). Kematian-kematian yang terjadi akibat kecelakaan atau kebetulan tidak dimasukkan ke dalam kematian. Untuk memudahkan identifikasi kematian ICD-10 memperkenalkan kategori baru yang disebut pregnancy related death (kematian yang dihubungkan dengan kehamilan) yaitu kematian wanita selama hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari penyebab kematian (WHO, 2007) Definisi tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa kematian ibu menunjukkan lingkup yang luas, tidak hanya terkait dengan kematian yang terjadi saat proses persalinan, tetapi mencakup kematian ibu yang sedang dalam masa hamil dan nifas. Definisi tersebut juga membedakan dua kategori kematian ibu. Pertama adalah kematian yang disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya. Kedua adalah kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan atau persalinannya. b. Determinan kematian Secara global, lima penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan commit (HDK), to user infeksi, partus lama/macet dan 8

digilib.uns.ac.id 9 abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, HDK dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ini telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi semakin menurun sedangkan HDK dalam kehamilan proporsinya semakin meningkat, hampir 30 % kematian ibu di Indonesia pada tahun 2011 disebabkan oleh HDK (Kemenkes RI, 2013). Definisi kematian ibu mengindikasikan bahwa kematian ibu tidak hanya mencakup kematian yang disebabkan oleh persalinan tetapi mencakup kematian yang disebabkan oleh penyebab non-obstetri. Sebagai contoh adalah ibu hamil yang meninggal akibat penyakit Tuberkulosis, Anemia, Malaria, Penyakit Jantung. Penyakit-penyakit tersebut dianggap dapat memperberat kehamilan meningkatkan resiko terjadinya kesakitan dan kematian. Proporsi kematian ibu indirek di Indonesia cukup signifikan yaitu sekitar 22% sehingga pencegahan dan penanganannya perlu mendapatkan perhatian. Diperlukan koordinasi dengan disiplin medis lainnya di RS atau antar RS, antara lain dengan Spesialis Penyakit Dalam dan Bedah, dalam menangani kematian tidak langsung (Kemenkes RI, 2013).

digilib.uns.ac.id 10 Berdasarkan kerangka dari McCharty dan Maine (1992) faktor faktor yang mempengaruhi kematian dikelompokkan sebagai berikut: Status Kesehatan Ibu 1. Status gizi 2. Penyakit ibu 3. Riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya 4. Riwayat persalinan sebelumnya Status wanita dalam keluarga dan masyarakat 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Pendapatan Status keluarga dalam masyarakat 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Pendapatan Status masyarakat 1. Kesejahteraan 2. SDM Status Reproduksi 1. Usia 2. Paritas 3. Jarak kemilan Akses ke pelayanan kesehatan 1. Lokasi pelayanan kesehatan 2. Jangkauan pelayanan kesehatan 3. Kualitas layanan kesehatan Perilaku Kesehatan 1. Penggunaan alat kontrasepsi 2. Pemeriksaan ANC 3. Penolong persalinan 4. Tempat persalinan 5. Pelaksanaan aborsi yang tidak aman 6. Penggunaan fasilitas kesehatan ketika terjadi masalah kesehatan Kehamilan Komplikasi 1. Komplikasi kehamilan 2. Komplikasi bersalin 3. Komplikasi nifas Kematian Maternal Faktor lain yang tidak diketahui Bagan 2.1 Faktor yang mempengaruhi kematian

digilib.uns.ac.id 11 1) Determinan dekat Determinan dekat merupakan proses yang paling dekat dengan kejadian kematian itu sendiri, yaitu kehamilan dan komplikasi dari kehamilan itu sendiri, persalinan dan masa nifas. Wanita yang hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi, baik komplikasi kehamilan maupun komplikasi persalinan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut (Depkes RI, 2014). a) Komplikasi kehamilan Komplikasi kehamilan merupakan penyebab langsung kematian. Komplikasi kehamilan yang sering terjadi yaitu perdarahan, preeklamsia / eklamsia, dan infeksi (Depkes RI, 2014). b) Komplikasi persalinan dan nifas Komplikasi yang timbul pada persalinan dan masa nifas merupakan penyebab langsung kematian. Komplikasi yang terjadi menjelang persalinan, saat dan setelah persalinan terutama adalah perdarahan, partus macet atau partus lama dan infeksi akibat trauma pada persalinan (UNFPA, 2004). 2) Determinan antara a) Status kesehatan ibu Status kesehatan ibu yang berpengaruh terhadap kejadian kematian ibu meliputi status gizi, anemia, penyakit yang diderita ibu, dan riwayat komplikasi pada kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2014). b) Status reproduksi Status reproduksi yang berperan penting terhadap kejadian kematian ibu adalah usia ibu hamil, jumlah kelahiran, jarak kehamilan dan status perkawinan ibu (Royston et al, 1998). (1) Terlalu Tua Kehamilan diatas usia 35 tahun menyebabkan wanita terpapar pada komplikasi medik dan obstetrik. Kejadian perdarahan pada usia kehamilan lanjut meningkat pada wanita yang hamil

digilib.uns.ac.id 12 di usia > 35 tahun, dengan peningkatan insidensi perdarahan akibat solusio plasenta dan plasenta previa. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menyatakan bahwa kematian akan meningkat 4 kali lipat pada ibu yang hamil pada usia 35 39 tahun bila dibanding wanita yang hamil pada usia 20 24 tahun. Usia kehamilan yang paling aman untuk melahirkan adalah usia 20 30 tahun (Depkes RI, 2014). (2) Terlalu Muda Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan melahirkan (Kemenkes RI, 1994). Wanita yang melahirkan pada usia 14 tahun tahun mengalami risiko kematian saat melahirkan sebesar 5 sampai 7 kali. Sedangkan wanita yang melahirkan pada usia antara 15 sampai 19 tahun mengalami risiko kematian saat melahirkan sebsar 2 kali lipat.tingginya tingkat kematian tersebut disebabkan oleh preeklampsi, perdarahan post partum, sepsis, infeksi HIV dan malaria. Kekurangan akses ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan kehamilan dan persalinan merupakan penyebab yang penting bagi terjadinya kematian di usia muda. Keadaan ini diperburuk oleh kemiskinan dan kebuta- hurupan, ketidaksetaraan kedudukan antara pria dan wanita, pernikahan usia muda dan kehamilan yang tidak diinginkan (Depkes RI, 2014). (3) Terlalu Sering Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1 (belum pernah melahirkan/baru melahirkan pertama kali) dan paritas > 4 memiliki angka kematian lebih tinggi (Saifudin, 2008). Paritas 1 dan usia muda berisiko karena ibu belum siap secara medis maupun secara mental, sedangkan paritas di atas 4 dan usia

digilib.uns.ac.id 13 tua, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan (Depkes RI, 2014). (4) Terlalu Dekat Jarak antar kehamilan yang kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian. Persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan merupakan kelompok resiko tinggi untuk perdarahan postpartum, kesakitan dan kematian ibu (Depkes RI, 2014). Penelitian yang dilakukan di tiga rumah sakit di Bangkok (Cunningham et al, 2006) memperlihatkan bahwa wanita dengan interval kehamilan kurang dari dua tahun memiliki risiko dua setengah kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan wanita yang memiliki jarak kehamilan lebih lama (Royston, 1998). c) Akses terhadap pelayanan kesehatan Hal ini meliputi keterjangkauan lokasi tempat pelayanan kesehatan, tempat pelayanan yang lokasinya sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia dan keterjangkauan terhadap informasi (WHO, 2007). Akses terhadap tempat pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa faktor, seperti lokasi dimana ibu dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi, pemeriksaan antenatal, pelayanan kesehatan primer atau pelayanan kesehatan rujukan yang tersedia di masyarakat (Depkes RI, 2014). d) Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain meliputi perilaku penggunaan alat kontrasepsi. Ibu yang mengikuti program keluarga berencana (KB) akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak mengikuti program Keluarga Berencana. Demikian juga perilaku pemeriksaan antenatal, ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya. Termasuk juga dalam hal ini adalah commit penolong to user persalinan, ibu yang ditolong oleh

digilib.uns.ac.id 14 dukun berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dan kesakitan dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan, serta tempat persalinan, persalinan yang dilakukan di rumah akan menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat apabila sewaktu-waktu dibutuhkan (WHO, 2007). 3) Determinan jauh Meskipun determinan ini tidak secara langsung mempengaruhi kematian, akan tetapi faktor sosio kultural, ekonomi, keagamaan dan faktor faktor lain juga perlu dipertimbangkan dan disatukan dalam pelaksanaan intervensi penanganan kematian ibu. Termasuk dalam determinan jauh adalah status wanita dalam keluarga dan masyarakat, yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan ibu dan kemiskinan.wanita yang berpendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, sedangkan wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah, menyebabkan kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil maupun bayinya terutama dalam hal kegawatdaruratan kehamilan dan persalinan. Ibu ibu terutama di daerah pedesaan dengan pendidikan rendah, tingkat independensinya untuk mengambil keputusanpun rendah dan berdasarkan pada budaya berunding yang berakibat pada keterlambatan merujuk. Kemiskinan dapat menjadi sebab rendahnya peran serta masyarakat pada upaya kesehatan. Kematian sering terjadi pada kelompok miskin, tidak berpendidikan, tinggal di tempat terpencil, dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk memperjuangkan kehidupannya sendiri (Depkes RI, 2014).

digilib.uns.ac.id 15 Determinan jauh dari kematian sangat berkaitan erat dengan tiga keterlambatan dalam The Three Delays Models menurut Maine dan Thaddeus (1994). Faktor yang mempengaruhi Fase Keterlambatan Sosial Ekonomi dan kebudayan Fase I Pengambilan keputusan keperawatan kesehatan Akses terhadap fasilitas kesehatan Fase II Mengidentifikasi dan mencari fasilitas kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan Fase III Mendapatkan pelayanan dan perawatan yang adekuat Bagan 2.2 Kerangka Model Tiga Keterlambatan pada Kematian Ibu Tiga Keterlambatan dan beberapa faktor yang berperan : (a) Sosial ekonomi dan Budaya dan aspek Tiga Terlambat (1) Terlambat dalam pengambilan keputusan Pada tahap ini wanita berinteraksi dengan faktor-faktor tertentu sebelum mencapai keputusan apakah akan mencari fasilitas perawatan kesehatan atau tidak. Faktor faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan adalah: faktor penyakit, sosial budaya (pendidikan, pendapatan, pemanfaatan tenaga dukun, budaya kawin muda), biaya yang tinggi dan rendahnya kualitas perawatan. Keterlambatan dalam mencari perawatan kesehatan dilakukan bila penyakit telah mengakibatkan implikasi yang serius terhadap commit ibu. to user Penundaan pencarian perawatan

digilib.uns.ac.id 16 dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang tanda bahaya obstetri. Rendahnya status perempuan dalam masyarakat, budaya dan kepercayaan adalah faktor yang menyebabkan wanita gagal untuk mengakses pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2014). Hambatan sosial ekonomi yang dirasakan membuat ketidakmampuan bagi perempuan untuk mengambil keputusan untuk mencari perawatan. Sebelum memutuskan, mereka menghitung biaya yang dibutuhkan dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan. Penyebab utama persalinan dirumah adalah tersedianya dukun bayi dan ketakutan yang tinggi terhadap biaya ketika dirujuk ke rumah sakit (Depkes RI, 2008). Kualitas pelayanan kesehatan yang merupakan halangan untuk mencari jasa pelayanan kesehatan. Sikap yang buruk dari petugas kesehatan, tidak tersedianya tenaga yang ahli, infrastruktur kesehatan yang buruk dan fasilitas yang kurang menjaga privasi dan kerahasiaan, kurangnya obat-obatan, persediaan dan peralatan adalah isu yang dapat menciptakan anggapan negatife dari pasien (Depkes RI, 2014). Tradisi yang sulit ditinggalkan hingga saat ini adalah persalinan dirumah yang dilakukan oleh dukun (DKK Banyumas, 2014). Pada pasien dengan perdarahan, keputusan keluarga untuk mencari perawatan sering dilakukan pada saat pasien sudah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak, hal ini diperparah dukun sebagai penolong yang hanya mengandalkan kebiasaan dalam menolong persalinan, tidak berdasarkan kemampuan teknis yang diperoleh melalui jenjang pendidikan. Sehingga meskipun sudah ada

digilib.uns.ac.id 17 keputusan untuk merujuk, tetapi keputusan itu sudah terlambat. (2) Terlambat mencapai fasilitas rujukan Ini terjadi pada tahap dimana seorang wanita diharapkan untuk mengidentifikasi dan mencapai fasilitas medis. Tahap ini terutama didominasi oleh faktor faktor sosio-ekonomik aktual yang memprediksi apakah seorang wanita akan mengidentifikasi dan menjangkau fasilitas medis pada waktu yang tepat. Diantara hambatan ini meliputi : kurangnya jaringan transportasi, kurangnya ongkos untuk transportasi, transportasi tidak teratur. Dari beberapa hambatan diatas terlihat bahwa transportasi yang baik dan ketersediaan ongkos untuk transportasi adalah faktor sosial ekonomi yang memungkinkan perempuan untuk mengidentifikasi dan menjangkau pelayanan kesehatan. Di negara berkembang, kebutuhan transportasi yang dapat diandalkan untuk mencapai fasilitas kesehatan tidak memadai dan belum merata. Selain itu infrastruktur dan geografis yang jelek menyebabkan tidak adanya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan. (3) Terlambat mendapat pertolongan Keterlambatan ketiga terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kualitas teknis perawatan. Salah satu alasan mengapa wanita tidak menerima perawatan yang mereka butuhkan adalah : ketidak sediaan alat atau rendahnya kualitas pelayanan yang disediakan (WHO, 2009). Komponen keterlambatan ketiga yang mempengaruhi kurangnya kualitas perawatan adalah : keterampilan staf termsuk tenaga kesehatan perempuan, tidak adanya komitmen commit dan motivasi to user staf, lemahnya manajeman dan

digilib.uns.ac.id 18 administrasi pelayanan kesehatan, kekurangan dana, perlengkapan, obat-obatan dan peralatan, kurangnya privasi dan kerahasiaan serta organisasi yang buruk dari pelayanan dan infrastruktur. Sebagian kematian ibu yang terjadi dapat dihindari apabila tersedia tenaga pertolongan persalinan yang terampil. Kompetensi adalah prasyarat untuk praktekpraktek terbaik dan memastikan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu (Ronsmans et al, 2008). Kurangnya keterampilan manajerial dan beban kerja yang tinggi bagi manajer memberikan kontribusi terhadap rendahnya kinerja (Depkes RI, 2014). (b) Akses fasilitas kesehatan dan aspek tiga terlambat : Faktor Geografis dan keberadaan sarana pelayanan kesehatan akan sangat mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau baik dari segi pembiayaan maupun dari segi jarak akan lebih banyak dikunjungi oleh masyarakat khususnya masyarakat ekonomi lemah/miskin. Biaya dan jarak sering berkaitan sebagai bahan pertimbangan seseorang dalam mengakses pelayanan. Di tiga pedesaan di Kabupaten Singada hambatan yang paling sering ditemukan dalam merujuk pasien ke fasilitas kesehatan adalah kurangnya uang dan jarak yang terlalu jauh ke rumah sakit terdekat. Studi lain mencatat bahwa 84 % wanita di pedesaan Tanzania memutuskan untuk melahirkan di rumah karena masalah transportasi dan jarak (Mrisho et al, 2007). Mpembeni et al (2007) menemukan bahwa wanita yang tinggal kurang dari 5 km dari fasilitas kesehatan lebih mungkin untuk merujuk ke fasilitas kesehatan daripada mereka yang tinggal lebih dari 5 km.

digilib.uns.ac.id 19 Akses ke fasilitas sangat berkaitan erat dengan keterlambatan pertama, kedua, dan ketiga dimana sosial ekonomi yang rendah mengakibatkan wanita maupun keluarganya tidak dapat mencapai akses ke pelayanan kesehatan terkait dengan biaya transportasi, ketiadaan biaya juga mengakibatkan ibu dan keluarganya sulit untuk mendapatkan akses terhadap layanan yang berkualitas. (c) Kualitas pelayanan dan aspek tiga terlambat Kematian pada ibu akibat perdarahan terjadi karena salah satu faktor keterlambatan dalam mendapatkan pertolongan kegawatdaruratan karena faktor-faktor personil dan sarana yang tidak memadai, personil yang tidak terlatih dan masalah keuangan (Kemenkes RI, 2014). Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di tingkat daerah-daerah jauh dan terpencil harus mempunyai standar pelayanan kesehatan dan penanganan kasus perdarahan pada wanita hamil dan melahirkan sehingga kematian ibu melahirkan dapat ditekan seminimal mungkin (Kemenkes RI, 2014). Standar pelayanan yang memiliki kriteria dalam hal ini termasuk standar petugas, peralatan dan ruangan serta obat. Standar petugas menggambarkan kualifikasi dan kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh petugas seperti kemampuan melakukan pertolongan pada kasus emergensi dan pertolongan persalinan dengan standar seperti manajemen aktif kala tiga dan penggunaan partograf (Kemenkes RI, 2014). Kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat juga merupakan salah satu aspek pertimbangan dalam keluarga untuk mengambil keputusan dalam mencari pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan yang kurang memadai commit dan tidak to user sesuai standar mengakibatkan

digilib.uns.ac.id 20 masyarakat tidak mengaskes layanan kesehatan tersebut yang mengakibatkan keterlambatan dalam memutuskan penolong persalinan mereka. 2. Pengertian Bidan Bidan merupakan profesi yang diakui oleh internasional maupun nasional yang mana pengertian bidan telah diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM) pada tahun 1972 dan Internasional Federation of International Gynecologist and Obstetritian (FOGI). Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan, dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mermpunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya (PP IBI, 2006). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk di register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menjelaskan bahwa bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai commit persyaratan to user yang berlaku, dicatat (registrasi),

digilib.uns.ac.id 21 diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek. Ciri-ciri Bidan sebagai profesi yaitu : a. Dipersiapkan melalui pendidikan normal b. Memiliki alat dalam menjalankan tugasnya yang disebut : standar pelayanan kebidanan dan kode etik dan etika kebidanan c. Memiliki kelompok ilmu pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya d. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya e. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan masyarakat f. Memiliki wadah organisasi profesi g. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal masyarakat h. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan Selain itu bidan juga mempunyai karakteristik profesionalisme yang berkaitan dengan praktek kebidanan dalam pelayanan sehari-hari. Sifat terbuka atau mampu menerima perubahan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan kebidanan yang mana bidan dituntut harus mampu menguasai dan menggunakan pengetahuan teoritis sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Dan seorang bidan juga harus mengembangkan dirinya dengan pengetahuan terbaru tentang kebidanan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan. Pada saat seorang bidan ingin membuka praktek kebidanan maka harus dilalui dengan beberapa prosedur guna untuk meyakinkan masyarakat bahwa bidan tersebut mampu memberikan pelayanan yang aman, nyaman dan tepat dengan mempunyai surat izin praktek bidan (PP IBI, 2006). Bidan sesuai dengan fungsinya dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya baik sebagai tenaga fungsional yang secara langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak, maupun sebagai tenaga struktural dituntut bekerja secara profesional yaitu bekerja sesuai dengan standar yang ada. Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan, dan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan prakteknya.

digilib.uns.ac.id 22 Kompetensi bidan dalam dokumen ini adalah meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Adapun kompetensi yang dimaksud yaitu ada sembilan dengan penjabaran sebagai berikut : a. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmuilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. b. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. c. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan. d. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. e. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. f. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. g. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun). h. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif kepada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai budaya setempat. i. Bidan melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan reproduksi.