KEBIJAKAN KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN KUMPUL KEBO

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERZINAHAN DALAM PERSPEKTIF KUHP

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Pengaturan Tindak Pidana Perzinahan atau Kumpul Kebo

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

PERSPEKTIF KRIMINOLOGI DALAM MENGKAJI PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI Di INDONESIA

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

1. PENDAHULUAN. dengan meyusun Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Fungsi kepolisian adalah salah satu

URGENSI KRIMINALISASI KUMPUL KEBO DALAM PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

BAB III SANKSI BAGI PELAKU PERZINAAN DALAM PASAL 284 KUHP PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BENTUK GANTI KERUGIAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. rumah lebih dari satu hari keperluan tempat untuk tidur, istirahat, keselamatan,

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

Oleh. I Gusti Ngurah Bayu Pradiva I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan data sekunder untuk menyelidiki permasalahan penelitian.

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

KEKHUSUSAN BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ( MONEY LAUNDERING )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGGUNA BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN PENJUALAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

KONSEKUENSI HUKUM PENGINGKARAN ISI BERITA ACARA PEMERIKSAAN OLEH TERDAKWA DI PERSIDANGAN Oleh :

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

I. PENDAHULUAN. kemakmuran bagi rakyatnya. Namun apabila pengetahuan tidak diimbangi dengan rasa

FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

ANALISA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER TERHADAP KASUS EUTHANASIA DITINJAU DARI KUHP YANG BERTENTANGAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA

ANALISIS YURIDIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA JASA PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF KUHP

BAB II PENGATURAN DAN PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

REORIENTASI KEBIJAKAN FORMULASI SANKSI PIDANA PENJARA TERHADAP PEREMPUAN PELAKU TINDAK PIDANA DALAM RANCANGAN KUHP (RKUHP)

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN SELAMA PROSES PERADILAN PIDANA

Transkripsi:

KEBIJAKAN KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN KUMPUL KEBO Oleh: I Gst Ngr Dwi Wiranata Ibrahim R. Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Perbuatan kumpul kebo merupakan salah satu tindak pidana yang harus dikriminalisasikan dalam konsep KUHP baru, karena kumpul kebo dianggap tidak sesuai dengan adat-istiadat dan norma agama yang ada di Indonesia. Selain itu kumpul kebo juga dianggap sebagai penyakit sosial yang mengganggu masyarakat. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu mengenai dasar pertimbangan perlu adanya kriminalisasi terhadap perbuatan kumpul kebo dan kebijakan hukum pidana dalam menangani kasus kumpul kebo yang terjadi. Kebijakan kriminalisasi kumpul kebo sudah sepatutnya dilakukan, karena perbuatan kumpul kebo tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dan kriminalisasi yang dilakukan harus berpijak pada unsur nilai, keadilan dan kepastian hukum sehingga dapat diimplementasikan dalam suatu bentuk aturan hukum yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, yaitu memusatkan penelitian pada penelitian kepustakaan Kata Kunci : Kebijakan kriminalisasi, kumpul kebo Abtrack The action of cohabitation to be one of criminal to criminalize the thing wich has recently based the concept of penal law, because cohabitation is regarded as the action wich does not agree with the tradition and religius norm applying in Indonesia. Moreever, cohabitation could categorized as social desease. It so happens, the problem wich is being discussed in this short paper seeking the problem on the importance of criminalization toward the cohabitation viewed from the penal law policy and also the use of penal law implementation in anticipacing and resolving the case of cohabitation in Indonesia. It show that the criminalization of cohabitation should be conducted accordingly as the action of cohabitation, because is not compliant agree with the tradition and religius norm applying in Indonesia. Beside, criminalization should stand on the substance/element of value, justice and the law supremacy so that it can be implemented in the form of to reflect the identity of Indonesia. The methodolody used in this research is normative yuridical one wich means to focus on the researc of library research. Keywords : criminalization policy, cohabitation 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang terkenal dengan budayanya yang tinggi serta menjunjung tinggi nilai-nilai kesusilaan dalam kehidupannya sehari-hari kini mulai mempersoalkan timbulnya fenomena baru dalam kehidupan bermasyarakat yaitu berupa penyimpangan kehidupan dibidang kejahatan seksual. Penyimpangan kesusilaan itu salah satunya ialah perbuatan kumpul kebo, yaitu hidup bersama tanpa adanya ikatan suatu perkawinan yang antara seorang pria dan seorang wanita dimana mereka bersama-sama tinggal dalam satu rumah. Secara yuridis hukum pidana yang berlaku di Indonesia sekarang ini tidak dapat mengancam dengan sanksi pidana terhadap orang yang melakukan hubungan badan diluar perkawinan yang sah, apabila dilakukan oleh orang yang sudah dewasa atau kedua belah pihak tidak diikat oleh perkawinan dengan orang lain serta dilakukan tanpa adanya paksaan. 1 Menghadapi permasalahan yang demikian, banyak pihak yang mengusulkan agar keberadaan tindak pidana seksual seperti kumpul kebo dilarang dan diberikan sanksi pidana dan dalam penetapan sanksi pidana terhadap perbuatan kumpul kebo tersebut tetap memperhatikan aspek religius dan aspek sosiokultural bangsa Indonesia. Hal ini dirasa perlu karena selama ini banyak masyarakat yang terganggu karena tidak adanya tindakan dari aparat penegak hukum terhadap pelaku perzinahan khususnya kumpul kebo tersebut. 1.2 Tujuan Berdasarkan uraian diatas, tulisan ini bertujuan untuk mengkriminalisasikan dan memasukkan perbuatan kumpul kebo kedalam konsep KUHP di Indonesia, agar nantinya dapat dijadikan dasar aturan oleh penegak hukum dalam menangani atau menanggulangi masalah perbuatan kumpul kebo yang telah mengganggu ketertiban dimasyarakat. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah jenis penelitian hukum normatif yaitu melakukan kajian yang didasari dari hasil mempelajari kaedah hukum dan peraturan perundang-undangan dengan menggunakan bahan hukum primer dan 1 Sudarto, 1983, Hukum Pidana Dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung. Hal.53 2

bahan hukum sekunder. 2 Jenis pendeketan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan fakta. 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Dasar Pertimbangan Kriminalisasi Terhadap Perbuatan Kumpul Kebo Dasar-dasar pertimbangan kriminalisasi terhadap perbuatan kumpul kebo, yang termasuk didalamnya pemberian sanksi pidana merupakan salah satu masalah sentral dalam politik kriminal. Berkenaan dengan masalah kriminalisasi tersebut, menurut Sudarto harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material maupun sepiritual berdasarkan Pancasila. b. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan hukum pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki, yaitu perbuatan yang mendatangkan kerugian baik secara material dan sepiritual atas warga masyarakat. c. Penggunaan hukum pidana harus memperhitungkan prinsip biaya dan hasil. d. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas dan kemampuan daya kerja dari badan-badan penegak hukum, yaitu jangan sampai ada kelampauan beban tugas 3. Selain itu, dalam membuat pengaturan mengenai kumpul kebo, pembuat Undangundang harus mempertimbangkan berbagai unsur yang menyangkut perbuatan kumpul kebo tersebut seperti norma agama, norma adat dan kemauan masyarakat itu sendiri, karena kumpul kebo merupakan salah satu penyakit sosial yang tidak hanya membawa dampak negatif bagi masyarakat tetapi kumpul kebo juga bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. 2.2.2 Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menangani Kasus Kumpul Kebo Yang Terjadi di Indonesia 2 Rony Hernitijo Soetmiko, 1982, Metodelogi Penelitian Hukum, Grafika Indonesia, Jakarta, Hal.24. 3 Sudarto, 1977, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, Hal.44-48 3

Dalam beberapa kasus kumpul kebo yang terjadi di Indonesia, sebenarnya aparat penegak hukum dalam hal penyidik agak sulit mencari penyelesaiannya, karena tidak ada satu pasal pun dalam KUHP yang mengatur tentang hal ini. Namun ada kalanya penyidik menggunakan pasal 284 KUHP mengenai zina dalam menjerat pelaku kumpul kebo apabila salah satu pelakunya sudah berkeluarga, seperti kasus yang terjadi di Depok : Seorang Satpol PP Pemkab Tulang Bawang yang bernama Yessi Ratna Wati kepergok oleh beberapa warga Depok sedang melakukan kumpul kebo dengan seorang laki-laki yang telah beristri. Mereka melakukan kumpul kebo sejak 13 Maret sampai 19 Maret 2013. Oknum Satpol PP yang bernama Yessi Ratna Wati tersebut sebelumnya sudah sering ditegur oleh istri dari si laki-laki, namun Yessi justru tidak memperdulikan dan malah pergi bersama ke Depok untuk kumpul kebo. Terhadap kejadian tersebut, para warga di Depok tempat kejadian kumpul kebo ini, meminta agar aparat penegak hukum segera menindak dan memberikan sanksi tegas kepada oknum Satpol PP Pemkab Tulang Bawang yang telah mencoreng nama baik pemerintahan dan lingkungan warga setempat. 4 Terhadap kejadian tersebut, kedua pasangan kumpul kebo tersebut dapat dikenakan pasal 284 KUHP mengenai zina, yang berbunyi : 1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan a. seorang pria telah melakukan kawin yang melakukan zina, padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan zina c. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal telah diketahui yang turut bersalah telah kawin d. seorang wanita yang tidak kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan Pasal 27 BW berlaku baginya 2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar dan bilamana bagi mereka berlaku Pasal 27 BW, dalam tempo tiga bulan disertai permintaan bercerai atau pisah meja atau tempat tidur, karena alasan itu juga. 3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku Pasal 72, 73 dan 75 4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai. 4 http://m.depokinteraktif.com/headline/2013/04/oknum-satpol-pp-kabupaten-tulangbawang-kepergok-kumpul-kebo-dengan-suami-orang-di-depok.html. Diakses tanggal 25 Mei 2013 4

5) Jika bagi suami istri berlaku Pasal 27 BW, pengaduan tidak dapat diindahkan selama perkawinan belum diutus karena perceraian atau sebelum keputusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadia tetap. Pasal 284 KUHP sebenarnya juga sangat sulit diterapkan, karena dalam proses peradilan pembuktiannya sangat sulit. Sebagai contoh adalah keterangan saksi, untuk mendapatkan saksi yang melihat secara langsung kejadian tersebut jarang sekali ada, karena peristiwa kumpul kebo tersebut terjadi ditempat tertutup. Selain penggunaan pasal 284 KUHP, untuk beberapa kasus kumpul kebo di Indonesia aparat penegak hukum juga menerapkan peraturan yang mengatur tindak pidana ringan ( Tipiring ), seperti Perda tentang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat ataupun Perda tentang Perbuatan Asusila. III. KESIMPULAN Dalam mengkriminalisasi perbuatan yang berkaitan dengan kumpul kebo kedalam konsep KUHP, perlu diperhatikan dasar-dasar pertimbangannya seperti tujuan dilakukannya kriminalisasi tersebut, biaya dan mempertimbangkan berbagai unsur yang menyangkut perbuatan kumpul kebo tersebut seperti norma agama, norma adat dan kemauan masyarakat itu sendiri. Selain itu dalam menangani suatu kasus kumpul kebo, aparat penegak hukum dapat menggunakan peraturan yang mengatur tindak pidana ringan ( Tipiring ), seperti Perda tentang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat ataupun Perda tentang Perbuatan Asusila. DAFTAR PUSTAKA Kitab Undang-undang Hukum Pidana ( KUHP ). Rony Hernitijo Soetmiko, 1982, Metodelogi Penelitian Hukum, Grafika Indonesia, Jakarta. Sudarto, 1977, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung Sudarto, 1983, Hukum Pidana Dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung. http://m.depokinteraktif.com/headline/2013/04/oknum-satpol-pp-kabupaten-tulangbawang-kepergok-kumpul-kebo-dengan-suami-orang-di-depok.html. Diakses tanggal 25 Mei 2013 5