BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENOLAKAN PETUGAS KUA ATAS WALI NIKAH MEMPELAI HASIL HUBUNGAN DI LUAR NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. percampuran pada akad rusak. Ia bukan merupakan pengganti sesuatu, tapi

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai matinya salah seorang suami istri. Inilah sebenarnya yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN. beberapa model kerangka berfikir yang kontradiksi antara Adat dan Hukum Islam.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

BAB IV. Sebagaimana deskripsi pada dua bab terdahulu dapat dipahami. bahwa dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia menjelaskan

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

A. Analisis faktor penyebab nushu>z nya istri karena ketidakmampuan suami. memberi nafkah

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. ulama sepakat bahwa mahar merupakan syarat nikah dan tidak boleh diadakan

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pemahaman Masyarakat Desa Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Mengenai Mahar

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia, Jakarta, Departemen Agama, 2001, hlm. 14.

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para Ulama sepakat bahwa mahar merupakan syarat nikah dan tidak boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma bahwa dalam rukun Islam untuk sahnya pemenuhan menjalankan suatu perbuatan selalu disertai adanya syarat dan rukun. Demikian juga dalam pernikahan, dapat dikatakan sah apabila syarat dan rukun tadi terpenuhi. Dalam rukun Islam tidak disebutkan jenis kualitas dan kuantitas mahar, karena akan ada selalu perbedaan sosial, antara kaya dan miskin, berpangkat dan tidak berpangkat. Karena Islam menyerahkan kualitas (jenis dan mutu) dan kuantitas (jumlah) mahar kepada kesepakatan kedua belah pihak. Sehingga nash yang memberikan ketentuan tentang mahar tidaklah dimaksudkan kecuali untuk menunjukkan betapa pentingnya nilai mahar tersebut (menunjukkan kemuliaan perempuan dalam pandangan Islam) tanpa melihat besar kecilnya jumlah mahar. Didalam al-qur an, As-Sunnah dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengatur tentang pemberian mahar, tetapi tidak ada ketentuan dasar batas minimal atau maksimalnya. Oleh karena itu, Nash-nash tentang pemberian mahar justru memberikan kebebasan pemberian menurut kemampuan yang 1 Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid, penerjemah: M. A. Abdurrahman dan A. Harits Abdullah, (Semarang: CV, Asy-Syifa, 1990), 385. 1

2 bersangkutan disertai kerelaan dan persetujuan masing-masing pihak yang akan menikah untuk menetapkan jumlahnya. 2 Mahar bukanlah untuk menghargai atau menilai, melainkan sebagai bukti bahwa calon suami sebenarnya cinta kepada calon istrinya, sehingga dengan sukarela ia mengorbankan hartanya untuk diserahkan kepada istrinya itu, sebagai tanda suci hati dan sebagai pendahuluan bahwa si suami akan terus menerus memberikan nafkah kepada istrinya. 3 Islam sangat memperhatikan dan menghargai kedudukan wanita dengan memberikan hak kepadanya, yaitu hak untuk menerima mahar (maskawin). Mahar merupakan syarat sahnya nikah, bahkan Imam Malik mengatakan sebagai rukun nikah, maka hukum memberikannya adalah wajib 4. Mahar hanya diberikan oleh calon suami kepada calon istri. Mahar merupakan pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang maupun jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Pemberian tersebut sebagai syarat sahnya pernikahan sehingga hukum mahar adalah wajib 5. Sesuai firman Allah SWT dalam surat an-nisaa ayat 4: 2 A. Tihami, Fikih Munakahat, Kajian Fiqih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 40. 3 Muhammad Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, (Jakarta: Hida Karya Agung, 1983), 82. 4 Ibid. 38. 5 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam, Cet. II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), 24.

3 Artinya: Dan berikan maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati. (Q.S. an- Nisa : 4) 6 Adapun cara pembayaran mahar ada dua cara, yaitu: 1. Pembayaran dilakukan secara tunai 2. Pembayaran dilakukan dihari kemudian Tentang pemberian mahar (maskawin) itu boleh saja dibayarkan tunai atau sebagian dibayarkan kelak. Hal ini diserahkan sebagaimana kebiasaan di dalam masyarakat. Akan tetapi, apabila telah terjadi hubungan seksual antara suami dan istri, atau suami meninggal dan belum terjadi hubungan seksual, maskawin wajib dibayarkan seluruhnya. 7 Menurut KHI pasal 33 ayat 1 dan 2, disebutkan bahwa penyerahan mahar dilakukan dengan tunai. Namun apabila calon mempelai wanita menyetujui, penyerahan mahar boleh ditangguhkan baik seluruhnya atau utang sebagian. Mahar yang belum ditunaikan penyerahannya menjadi utang mempelai pria. Undang-undang perkawinan tidak mengatur mengenai mahar 6 Tim Penyusun Depertemen Agama RI, al-qur an dan Terjemah, (Bandung: CV DiPonerogo), 61. 7 Departemen Agama, Ilmu Fiqh, Cet. II, (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1984), 114.

4 ini. Hal ini karena mahar bukan merupakan rukun dalam perkawinan. (pasal 34 ayat 6) 8 Penyebutan mahar, jumlah serta bentuknya termasuk didalamnya tunai atau utang sebagian, diucapkan pada saat akad nikah. Oleh karena itu, sifatnya yang bukan merupakan rukun dalam perkawinan, maka kelalaian menyebut jenis dan jumlah mahar pada waktu akan nikah tidak menyebabkan batalnya pernikahan. Begitu pula halnya dalam keadaan masih berutang, tidak mengurangi sahnya suatu perkawinan (pasal 34 ayat 2) 9. Jadi pembayaran mahar yang ditangguhkan tersebut tergantung pada persetuajuan istri. Apabila mempelai laki-laki belum menyerahkan mahar, mempelai perempuan mempunyai hak untuk menolak berhubungan suami istri, sampai dengan dipenuhinya mahar tersebut. 10 Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqh Sunnah mengatakan bahwa pelaksanaan mahar dengan kontan atau hutang sebagian. Hal ini terserah kepada adat masyarakat dan kebiasaan yang berlaku. Tetapi sunnah membayar kontan sebagian. 11 Hal ini didasarkan pada hadits Nabi SAW: ع ن اب ن ع ب ا س ا ن ال ن ب ي ص ل اهلل ع ل يه و س ل م م ن ع ع ل ي ا ا ن ي د خ ل ب ف ا ط م ة ح ت ى ي ع ط ي ه ا ي ا ا : م ا ع ن د ي ي ئ ا : ا ي ن د ر ع ك الح ط م ي ة ا ع ط ا ه ا ي ا ه ا )رواه ابو داود و ال نسا ئ والحاكم و صححه( 8 Tim Redaksi Nusantara, Kompilasi Hukum Islam, Hukum Perkawinan, Kewarisan, dan Perwakafan, (Bandung: Nusantara Aulia, 2008), 10. 9 Ibid. 10. 10 Slamet Abidin, Fikih Munakahat, Jilid I, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 115. 11 Sayyiq Sabiq, Fiqh Sunnah 7, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1981), 62.

5 Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Nabi SAW melarang Ali mengumpuli Fatimah sampai ia memberikan sesuatu kepadanya. Lalu jawabannya: saya tidak memiliki apa-apa. Maka Nabi bersabda: dimanakah baju besi huthamiyahmu? Lalu berikanlah barang itu kepada Fatimah. (H.R. Abu Daud, Nasa i dan Hakim dan di sahkan olehnya) Apabila telah terjadi hubungan seksual antara suami dan istri, atau suami meninggal dan belum terjadi hubungan seksual, maskawin wajib bayar seluruhnya. Tetapi Imam Malik berpendapat, apabila suami meninggal sebelum terjadinya hubungan seksual tidak wajib membayar maskawin. Dalam keadaan begini menurut Imam Malik, istrinya menerima warisan saja 12. Sedangkan Imam Al-Auza i berpendapat bahwa menunda pembayaran mahar dibolehkan meskipun sampai kematian atau terjadinya perceraian. Penundaan pembayaran mahar tidak terbatas sebagaimana dalam jual beli karena penundaan pembayaran mahar bersifat ibadah. Yang penting, suami tetap wajib membayar. 13 Dari uraian diatas jelaslah bahwa mahar pemberian pria kepada wanita sebagai pemberian wajib, bukan sebagai pemberian atau ganti rugi. Mahar itu untuk memperkuat hubungan dan menumbuhkan tali kasih sayang dan saling mencintai antara kedua suami istri. 12 Departemen Agama, Ilmu Fiqih, Jilid II, (Jakarta: 1984), 114. 13 Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid, penerjemah: M. A. Abdurrahman dan A. Harits Abdullah,... 394.

6 Dalam hal penundaan mahar (diutang), terdapat dua perbedaan dikalangan ahli fikih. segolongan ahli fikih berpendapat bahwa mahar itu tidak boleh diberikan dengan cara diutang keseluruhan. segolongan ahli fikih lainnya mengatakan bahwa mahar boleh ditunda pembayarannya, tetapi menganjurkan agar membayar sebagian mahar di muka manakala hendak menggauli istri. Di antara fuqaha yang membolehkan penundaan mahar, ada yang membolehkannya hanya untuk tenggang waktu yang terbatas dan ia menetapkan batas waktu tersebut, tetapi dengan menganjurkan pembayaran sebagian mahar di muka manakala hendak menggauli (dukhul). Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Malik. Dan ada pula yang membolehkannya karena kematian atau perceraian. Ini adalah pendapat al-auza i. 14 Silang pendapat ini disebabkan, apakah perkawinan itu dapat disamakan dengan jual beli dalam hal penundaan, ataukah tidak dapat disamakan dengannya.? Bagi Imam Malik yang mengatakan dapat disamakan dengan jual beli, maka beliau berpendapat bahwa penundaan mahar tersebut tidak boleh sampai terjadinya kematian atau penceraian, sedangkan bagi Imam Al-Auza i mengatakan tidak dapat disamakan dengannya, maka beliau membolehkan penundaan kematian dan perceraian. 15 Berangkat dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut ke dalam karya skripsi. Kemudian penulis akan membahas lebih 14 Ibid. 15 Ibid.

7 spesifik ke dalam skripsi yang berjudul Studi Perbandingan Pendapat Imam Malik dan Imam Al-Auza i tentang penundaan pembayaran mahar. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi permasalah-permasalah yang berkaitan dengan penundaan pembayaran mahar, yaitu: a. Imam Malik berpendapat bahwa ia membolehkan penundaan pembayaran mahar, tetapi beliau menganjurkan membayar sebagian mahar manakala hendak menggauli dan beliau menetapkan batas waktu b. Imam Al-Auza i berpendapat bahwa ia membolehkan penundaan pembayaran mahar di antara kematian dan perceraian. c. sekelompok ulama tidak membolehkan sama sekali berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis membatasi masalah pada pokok pembahasan, yakni: a. Imam Malik berpendapat bahwa ia membolehkan penundaan pembayaran mahar, tetapi beliau menganjurkan membayar sebagian mahar manakala hendak menggauli dan beliau menetapkan batas waktu. b. Imam Al-Auza i berpendapat bahwa ia membolehkan penundaan pembayaran mahar di antara kematian dan perceraian. C. Rumusan Masalah

8 Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pendapat Imam Malik dan Imam Al-Auza i tentang penundaan pembayaran mahar? 2. Apa persamaan dan perbedaan pendapat Imam Malik dan Imam Al-Auza i tentang penundaan pembayaran mahar? D. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan/duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada. 16 Penelitian yang mengangkat topik tentang studi perbandingan Imam Malik dan Imam Al- Auza i tentang penundaan pembayaran mahar dikatakan masih belum banyak ditemukan. Adapun peneliti yang sudah membahas tentang mahar diantaranya: Nur kholis (2008) 17 dalam skripsinya Studi Komparatif Tentang Mahar Nikah Tafwid Antara Ulama Hanafiyah dan Malikiyah. Di sini ia memaparkan pendapat kedua ulama tersebut mengenai mahar nikah tafwid dan istinbath hukum yang digunakan oleh kedua ulama tersebut kaitannya dengan mahar nikah tafwid. 16 Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi,(Surabaya, 2012), 9. 17 Nur Kholis, Studi Komparatif Tentang Mahar Nikah Tafwid Antara Ulama Hanafiyah dan Malikiyah, (Skripsi Pada Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyah, Fakultas Syari ah, IAIN Walisongo, Semarang, 2008)

9 Umi Masrurah (2006) 18 Studi Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Batas Minimal Mahar Kaitannya dengan KHI Pasal 31. Disini ia memaparkan bahwa batas minimal pemberian mahar menurut Imam Malik dalam suatu pernikahan adalah seperempat dinar. Ini diqiaskan dengan adanya batasan hukum potong tangan dalam kasus pidana pencurian sebagai ketentuan yang sama bagi pembatasan minimal mahar. Sedangkan KHI tidak memberikan ketentuan tentang batas minimal atau maksimal mahar. Nash-nash tentang pemberian mahar justru memberikan kebebasan pemberian menurut kemampuan masingmasing dalam memberikan harta. Dalam skripsi ini, penulis akan memfokuskan lebih spesifik mengenai perbandingan pendapat Imam Malik dan Imam Al-Auza i tentang penundaan pembayaran mahar. E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pendapat Imam Malik dan Imam Al-Auza i tentang penundaan pembayaran mahar 2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pendapat Imam Malik dan Imam Al-Auza i tentang penundaan pembayaran mahar. F. Kegunaan Hasil Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa kegunaan yang dapat diambil baik secara teoritis maupun praktis, yakni sebagai berikut: 18 Umi Masruroh, Studi Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Batas Minimal Mahar Kaitannya Dengan KHI Pasal 13, (Skripsi pada jurusan Ahwal As-Syakhsiyah, Fakultas Syari ah, IAIN Walisongo, Semarang, 2006)

10 1. kegunaan teoritis: a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media untuk membuktikan kesesuaian antara teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktik di lapangan, terutama yang berkenaan dengan penundaan pembayaran mahar. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi khazanah kepustakaan di UIN Sunan Ampel, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya. 2. kegunaan praktis: a. Sebagai upaya penyadaran kepada masyarakat (dalam hal ini pasangan yang hendak menikah) tentang penundaan pembayaran mahar sehingga dalam menuntukan mahar tidak menyulitkan pihak laki-laki. b. Untuk memberikan pertimbangan kepada pihak yang hendak menikah agar dalam menetapkan mahar harus berdasarkan kemampuan masingmasing orang sesuai dengan adat dan tradisi yang berlaku di masyarakat. G. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya mis-understanding, maka istilah pokok yang ada dalam penelitian ini akan didefenisikan secara operasional: 1. Studi Perbandingan pendapat adalah: ilmu pengetahuan yang membahas persamaan dan perbedaan pendapat fuqaha dengan cara membandingkan dalil masing-masing.

11 2. Mahar (mas kawin) adalah secara terminologi artinya pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa kasih bagi sang istri kepada calon suami. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa maksud dari defenisi operasional adalah untuk mengetahui bagaimana pendapat Imam Malik dan Imam Al- Auza i tentang penundaan pembayaran mahar. H. Metode Penelitian Dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu, serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengelolah bahan penelitian 19, yaitu dengan mengumpulkan teori-teori dalam kitab-kitab, pendapat para ahli dan karangan ilmiah lainnya yang ada relevansinya dengan pembahasan dengan karya skripsi ini. 2. Sumber Data Mengingat penelitian ini menggunakan metode Library Research, maka diambil data dari berbagai sumber tertulis sebgai berikut: 19 Mestika Zed, Metodologi Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), 3.

12 a. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli yang memuat informasi atau data tersebut 20. Adapun sumber skunder penlitian dalam penulisan skripsi ini adalah kitab Terjemah Bidayatul Mujtahid, al-fiqh ala madzhahib al-arba a, fiqh lima madzhab dan kitab lain yang membahas tentang mahar. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka mendapatkan data yang akurat untuk mendukung penelitian ini, maka penulis akan menggunakan metode pengumpulan data, yaitu metode dokumen (Documentation). Metode dokumen adalah metode yang dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari data dari catatan, transkrip, berkas, majalah, surat kabar, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini 21. Studi dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data-data dari kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd yang berkaitan dengan pembahasan ini. 4. Teknik Analisis Data Konsep dasar adanya analisis data adalah peroses mengatur urutan-urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian data. 22 Untuk memenuhi konsep dasar analisis data ini, peneliti melakukan 20 Tatang M. Amrin, Menyususn Rencana Penelitian, Cet. III, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), 133. 21 Suharsimi Arikanto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 202. 22 Lexy. J Moleong, MetodelogiPenelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. 26, 2009), 248.

13 analisis secara komprehensip dan lengkap, yakni secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian sehingga tidak ada yang terlupakan. 23 Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan menggunakan metode berikut ini: 5. Metode Komparatif Penelitian Komparatif merupakan penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objeknya yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi sampelnya yang lebih dari datu atau dalam waktu yang berbeda. Jadi, penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. Dalam hal ini penulis membandingkan pendapat Imam Malik dan Imam Al-Auza i tentang penundaan pembayaran mahar. I. Sistematika Pembahasan Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, dimana dalam setiap bab terdapat sub-sub bab pembahasan, yaitu: Pada Bab pertama memuat tentang latar belakang permasalahan, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan 23 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), 127.

14 penelitian, kegunaan hasil penelitian, defenisi oprasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Pada Bab kedua akan dijelaskan tentang pengertian mahar, dasar hukum, kadar mahar, macam-macam mahar, bentuk dan syarat mahar serta hikmah adanya mahar. Pada Bab ketiga berisi tentang biografi Imam Malik, pendapat Imam Malik tentang penundaan pembayaran mahar, metode ijtihadnya dan biografi Imam Al-Auza i, pendapatnya tentang penundaan pembayaran mahar, serta metode ijtihadnya. Selanjutnya pada Bab keempat, dibahas perbandingan pendapat Imam Malik dan Imam Al-Auza i tentang penundaan pembayaran mahar. Terakhir, Bab kelima sebagai penutup, yang meliputi kesimpulan, dan saran-saran dan penutup.