KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang

dokumen-dokumen yang mirip
KODE ETIK PROFESI KONSELING BAB I PENDAHULUAN

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH

INDONESIAN HYPNOSIS ASSOCIATION (ASOSIASI HIPNOSIS INDONESIA)

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

KODE ETIK PUBLIC RELATIONS (HUMAS RUMAH SAKIT)

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

Kode Etik Guru Indonesia

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

TATA LAKU KEPROFESIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : PER 02/BAKTI/ TENTANG KODE ETIK ARBITER

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

KODE ETIK GURU INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur.

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi mem

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 005 TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

BUKU KODE ETIK DOSEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 001/ PP.IAI/1418/IX/2016. Tentang

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI NOMOR : II TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

AIBI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (Indonesian Business Incubator Association)

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ETIKA PERILAKU (CODE OF CONDUCT) ARBITER/MEDIATOR BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

DEWAN KEHORMATAN DAN PROSEDUR OPERASIONAL KODE ETIK GURU INDONESIA

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASOSIASI PENGUSAHA DAN PEMILIK ALAT KONSTRUKSI INDONESIA ( APPAKSI ) ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB. I UMUM. Pasal. 1 LANDASAN PENYUSUN. Pasal.

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ED SPM 1: PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

ANGGARAN RUMAH TANGGA

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN KONSULTAN HUKUM PASAR MODAL BAB 1 KEANGGOTAAN

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

DPN APPEKNAS KODE ETIK ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KONGRES XXI PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA Nomor : VI /KONGRES/XXI/PGRI/2013. Tentang KODE ETIK GURU INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGGO

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006

BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PEDOMAN ETIKA, TATA TERTIB, SISTEM PENGHARGAAN DAN SANKSI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN OLEH: TIM PENYUSUN

Transkripsi:

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang PENETAPAN KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (ABKIN) Menimbang : 1. Bahwa untuk mengatur perilaku professional dan melindungi kesejahteraan public diperlukan suatu perangkat aturan dalam bentuk Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling 2. Bahwa Kongres X Asosiasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN) Tanggal 15-16 April 2005 telah mengesahkan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia 3. Bahwa dipandang peru untuk menetapkan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) melalui keputusan PB ABKIN Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) Memperhatikan : 1. Kongres X ABKIN tanggal 15-16 April 2005 di Semarang 2. Hasil Rapat Kerja PB ABKIN Tanggal 20 Agustus 2005 di Universitas Pendidikan Indonesia 324 Pemahaman Individu Teknik Testing

MEMUTUSKAN Pertama : Menetapkan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling yang naskah selengkapnya terlampir dalam keputusan ini. Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan Ketiga : Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan ditentukan kemudian dan apabila ada kekeliruan akan segera diperbaiki Ditetapkan di: Bandung Pada Tanggal:25 Agustus 2005 Ketua Umum Sekretaris Jenderal, Prof.Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. Drs. Muh. Farozin, M.Pd. NA. 001/PB-ABKIN/2001 NA. M-0001/PB-ABKIN/2003 Lampiran 325

KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN Dasar Dasar Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling di Indonesia adalah (a) Pancasila, mengingat bahwa profesi bimbingan dan konseling merupakan usaha pelayanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara Indonesia yang bertanggung jawab, dan (b) tuntuan profesi, mengacu kepada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku. BAB II KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR A. Kualifikasi Konselor wajib (1) memiliki nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan wawasan dalam bidang profesi bimbingan dan konseling, dan (2) memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai konselor. 1. Nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan wawasan a. konselor wajib terus menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia wajib mengerti kekurangankekurangann dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan profesional serta merugikan klien. b. konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib, dan hormat c. konselor wajib memiliki rasa tangung jawab terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan kepadanya, 326 Pemahaman Individu Teknik Testing

khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam Kode Etika ini. d. konselor wajib mengusahakan mutu kerja yang setinggi mungkin dan tidak mengutamakan prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah. 2. Pengakuan Kewenangan Untuk dapat bekerja sebagai konselor diperlukan pengakuan keahlian dan kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya. B. Informasi, Testing, dan Riset 1. Penyimpanan dan Penggunaan Informasi a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat-menyurat, perekaman, dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya b oleh digunakan untuk kepentingan klien. Pengunaan data/informasi untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor dimungkinkan, sepanjang identitas klien dirahasiakan. b. Penyampaian informasi mengenai klien kepada keluarga atau kepada anggota lain membutuhkan persetujuan klien. c. Penggunaan informasi tentang klien dalam rangka konsultasi dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak merugikan klien. d. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya. 2. Testing Suatu jenis tes hanya diberikan oleh konselor yang berwewenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Konselor wajib selalu memeriksa dirinya apakah mempunyai wewenang yang dimaksud. Lampiran 327

1) Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang sifat atau ciri kepribadian subjek untuk kepentingan pelayanan. 2) Konselor wajib memberikan orientasi yang tepat kepada klien dan orang tua mengenai alasan digunakannya tes disamping arti dan kegunaannya. 3) Penggunaan suatu jenis tes wajib mengikuti secara ketat pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes tersebut. 4) Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini data hasil testing wajib diperlakukan setara dengan data dan informasi lain tentang klien. 5) Hasil testing hanya diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien. 3. Riset a. Dalam melakukan riset dengan menggunakan manusia sebagai subjek wajib dihindarkan dari hal-hal yang dapat merugikan subjek. b. Dalam melaporkan hasil riset, klien sebagai subjek identitasnya harus dijaga kerahasiaannya. C. Proses Pada Pelayanan 1. Hubungan dalm Pemberian pada Pelayanan a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam hubungan antara klien dengan konselor b. Klien sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkret. Sebaliknya konselor tidak akan melanjutkan hubungan bila klien ternyata tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu. 2. Hubungan dengan Klien a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas, dan kewajiban klien. 328 Pemahaman Individu Teknik Testing

b. Konsleor wajib menempatkan kepentingan kliennya di atas kepentingan pribadinya. c. Dalam menjalankan tugasnya, konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi. d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang tanpa izin dari orang yang bersangkutan. e. Konselor wajib memberikan pelayanan kepada siapapun lebih-lebih dalam keadaan darurat atau apabila banyak orang yang menghendaki. f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas, sepanjang dikehendaki klien. g. Konselor wajib menjelaskna kepada klien sifat hubungan yang sedang dibina dan batas-batas tangung jawab masing-masing dalam hubungan profesional. h. Konsleor wajib mengutamakan perhatian terhadap klien, apabila timbul masalah dalam soal kesetiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai konselor. i. Konselor tidak dapat memberikan bantuan profesional kepada sanak keluarga, teman-teman karibnya, sepanjang hubungannya profesional. D. Konsultasi dan Hubungan dengan Rekan Sejawat atau Ahli Lain 1. Konsultasi dengan Rekan Sejawat Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau konselor merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi dengan rekan-rekan sejawat se lingkungan profesi. Untuk itu ia wajib mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya. 2. Alih Tangan Kasus a. Konselor wajib mengakhiri hubungan konseling sengan Lampiran 329

seorang klien bila pada akhirnya dia menyadari tidak dapat memberikan bantuan kepada klien tersebut. b. Bila pengiriman ke ahli lain disetujui klien, maka menjadi tanggung jawab konselor menyarankan kepada klien dengan bantuan konselor untuk berkonsultasi kepada orang atau badan yang mempunyai keahlian yang relevan. c. Bila konselor berpendapat bahwa klien perlu dikirim ke ahli lain, akan tetapi klien menolak pergi kepada ahli yang disarankan oleh konselor, maka konselor mempertimbangkan apa baik-buruknya. BAB III HUBUNGAN KELEMBAGAAN A. Prinsip Umum 1. Prinsip yang berlaku dalam pelayanan individual, khususnya tentang penyimpanan serta penyebaran informasi tentang klien dan hubungan konfidensial antara konselor dengan klien, berlaku juga bila konselor bekerja dalam hubungan kelembagaan. 2. Jikalau konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu lembaga, maka wajib ada pengertian dan kesepakatan yang jelas antara dia dengan pihak lembaga dan dengan klien yang mengubungi konselor di tempat lembaga itu. Sebagai seorang konsultan, konselor wajib tetap mengikuti dasar-dasar pokok profesi Bimbingan dan Konseling konselor dan tidak bekerja atas dasar komersial. B. Keterkaitan Kelembagaan 1. Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan peraturan kerja sama dengan pihak atasan atau bawahannya, terutama dalam rangka pelayanan konseling dengan menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya. 330 Pemahaman Individu Teknik Testing

2. Peraturan-peraturan kelembagaan yang diikuti oleh semua petugas dalam lembaga wajib dianggap mencerminkan kebijaksanaan lembaga itu dan bukan pertimbangan pribadi. Konselor wajib mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada atasannya. Sebaliknya dia berhak pula mendapat perlindungan dari lembaga itu dalam menjalankan profesinya. 3. Setiap konselor yang menjadi anggota staf suatu lembaga wajib mengetahui program-program yang berorientasi kepada kegiatan-kegiatan dari lebaga itu; pekerjaan konselor wajib dianggap sebagai sumbangan khas dalam mencapai tujuan lembaga itu. 4. Jika dalam rangka pekerjaan dalam suatu lembaga, konselor tidak cocok dengan ketentuan-ketentuan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berlaku di lembaga itu, maka ia wajib mengundurkan diri dari lembaga tersebut. BAB IV PRAKTIK MANDIRI DAN LAPORAN KEPADA PIHAK LAIN A. Konselor Praktik Mandiri 1. Konselor yang berpraktik mandiri (privat) dan tidak bekerja dalam hubungan kelembagaan tertentu, tetap mentaati kode etik jabatannya sebagai konselor, dan berhak untuk mendapat dukungan serta perlindungan dari rekan-rekan seprofesi. 2. konselor yang berpraktik mandiri wajib memperoleh izin praktik dari organisasi profesi yaitu Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). B. Laporan kepada Pihak Lain Jika konselor perlu melaporkan sesuatu hal tentang klien kepada pihak lain (misalnya: pimpinan badan tempat ia bekerja), atau kalau ia diminta keterangan tentang klien oleh Lampiran 331

petugas suatu badan di luar profesinya, dan ia wajib juga memberikan informasi itu, maka dalam memberikan informasi itu wajib sebijaksana mungkin dengan berpedoman pada pegangan bahwa dengan berbuat begitu klien tetap dilindungi dan tidak dirugikan. BAB V KETAATAN KEPADA PROFESI A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban 1. Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai konselor, konselor wajib mengaitkannya dengan tugas dan kewajibannya terhadap klien dan profesi sebagaimana dicantumkan dalam kode etik ini, dan semuanya itu sepenuhnya untuk kepentingan dan kebahagiaan klien. 2. Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konsleor untuk maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud-maksud lain yang dapat merugikan klien, ataupun menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang tidak wajar. B. Pelanggaran terhadap Kode Etik 1. Konselor wajib selalu mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya bahwa ia mentaati kode etik. 2. Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa pelanggaran terhadap kode etik akan merugikan diri sendiri, klien, lembaga dan pihak lain yang terkait. 3. Pelanggaran terhadap kode etik akan mendapatkan sanksi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 332 Pemahaman Individu Teknik Testing