BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara progresif dan ireversibel, saat ini angka kejadian gagal ginjal kronik

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).


BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada fungsi ginjal, dimana tubuh tidak mampu untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Brunner & Suddarth, 2013). Menurut Suharyanto (2009), gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya untuk mengangkut sampah metabolik. Penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik antara lain mempertahankan keseimbangan cairan dan garam, diet tinggi kalori dan rendah protein, kontrol hipertensi, mengontrol ketidakseimbangan elektrolit, mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal, deteksi dini dan terapi infeksi serta dialisis dan transplantasi ginjal (Rendy, 2012). Hemodialisis merupakan salah satu terapi yang dilakukan pada penyakit gagal ginjal kronik selain dari pengaturan diet dan cairan serta transplantasi ginjal (Brunner & Suddarth, 2013). Hemodialisis adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh pada saat ginjal sudah tidak mampu lagi melaksanakan proses tersebut (Suharyanto, 2009).

Data Indonesian Renal Registry (IRR) dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), diketahui jumlah pasien yang menjalani hemodialisis dari tahun ketahun semakin meningkat yaitu pada tahun 2008 jumlah pasien baru sebanyak 5392, pada tahun 2010 jumlah pasien baru sebanyak 9649 (terjadi peningkatan sebanyak 43%) dan pada tahun 2012 jumlah pasien baru sebanyak 1962 (meningkat sebanyak 99,72%). Di RSUD Raden Mattaher Jambi juga terjadi peningkatan jumlah kunjungan pasien yang menjalani hemodialisis setiap tahunnya yaitu pada tahun 2013 sebanyak 860 pasien, tahun 2014 sebanyak 1039 dan pada tahun 2015 sebanyak 1547. Tindakan hemodialisis dapat menimbulkan keterbatasan fisik seperti kelelahan, kelemahan yang disebabkan oleh karena kurangnya energi akibat pembatasan diet makanan dan pengaturan cairan (Hatthalit, 2012). Menurut Patel (2012), hemodialisis dapat mempengaruhi kehidupan pasien baik secara fisik maupun psikologis. Leung (2003), menyatakan bahwa integrasi perawatan pasien dengan hemodialisis dapat mempengaruhi aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu dalam memberikan perawatan kepada pasien hemodialisis tidak hanya berfokus pada intervensi secara fisik tetapi juga mengurangi dampak psikososial pada kehidupan sehari-hari yang disebabkan karena ketidakpastian tentang harapan hidup, takut dan emosional. Penyakit apapun yang terjadi didalam kehidupan manusia cenderung dipersepsikan sebagai suatu penderitaan dan mempengaruhi kondisi psikologis dan sosial seseorang, akan tetapi petugas kesehatan seringkali cenderung memisahkan aspek

biologis dari aspek psikologis yang dialami pasien. Aspek psikososial pada penyakit gagal ginjal dapat menimbulkan masalah pada semua aspek kehidupan seseorang, dimana masalah yang sering ditimbulkan antara lain: perubahan emosi, rasa takut dan marah, putus asa dan kehilangan harapan (Andri, 2012). Pasien yang menjalani hemodialisis cenderung mengalami masalah dalam mengontrol aktivitas kehidupan sehari-hari dan sosialnya, seperti kehilangan kebebasan, pensiun dini, masalah finansial, gangguan dalam kehidupan keluarga, perubahan citra diri, dan harga diri rendah. Hal ini mengakibatkan masalah dalam psikososial, seperti kecemasan, depresi, isolasi sosial, kesepian, tidak berdaya, dan putus asa (Tezel, 2011). Menurut Gerogianni (2014), dalam penelitiannya ditemukan bahwa dampak dari tindakan hemodialisis adalah dampak fisik (anemia, nyeri, gangguan tulang) sedangkan dampak psikososial (depresi, penolakan penyakit, kecemasan, harga diri rendah, isolasi sosial, persepsi negatif dari tubuh image/body image, takut kecacatan dan kematian, kehilangan pekerjaan, kesulitan keuangan). Kioses (2012), mengatakan depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang paling umum terjadi pada pasien dengan hemodialisis dengan prevalensi antara 5-58 %. Hasil penelitian Kizilcik di Turkey (2012), dari 294 responden didapat 82 (27,9 %) mengalami depresi. Tanvir (2013), mengungkapkan bahwa kecemasan dan depresi merupakan masalah yang paling umum terjadi pada pasien dengan hemodalisis. Kecemasan dan depresi terjadi seiring dengan perjalanan penyakit kronis dan

hasil pengobatan pasien. Kemampuan pasien hemodialisis dalam mengatasi kecemasan dan depresi dipengaruhi oleh kepribadian, fungsi psikologis, sumber daya/dukungan, dan budaya (Cukor, 2007). Kecemasan merupakan masalah psikologis umum yang mungkin muncul selama periode awal pelaksanaan hemodialisis. Kecemasan adalah suatu ketakutan yang tidak jelas berkaitan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (Townsend, 2011). Kecemasan yang berkelanjutan dengan waktu yang lama serta tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan kelelahan dan kematian (Stuart, 2007). Penelitian Tanvir (2013), ditemukan kecemasan pada pasien dengan hemodialisis yaitu (47,36% ) kecemasan ringan diikuti kecemasan sedang (28,96%) dan kecemasan berat (23,68%). Menurut hasil penelitian Cukor (2008), diketahui 45,7 % mengalami kecemasan. Luana (2012), dalam penelitiannya juga menemukan kecemasan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS. Universitas Kristen Indonesia sebanyak 77,78%. Menurut Oxtavia (2013), dalam penelitiannya pada pasien dengan hemodialisis didapatkan 46,7 % pasien mengalami gangguan citra tubuh. Berbagai masalah yang dihadapi pada pasien gagal ginjal kronik dapat menimbulkan stres, dimana stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi perubahan dalam kehidupan sehari-hari sehingga pasien memerlukan penyelesaian masalah atau mekanisme koping dalam menghadapi masalah tersebut (Kozier, 2010). Menurut Romani (2012), dalam penelitiannya

ditemukan koping yang digunakan pasien yang menjalani hemodialisis yaitu mekanisme koping adaptif (71,4%) diikuti dengan mekanisme koping maladaptif (28,6 %). Berdasarkan hasil literatur, belum banyaknya penelitian yang membahas aspek psikososial lain seperti keputusasaan atau ketidakberdayaan, perubahan peran yang belum diteliti. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui dampak psikososial pada pasien yang menjalani hemodialisis diantaranya penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Salmiyah (2011), tentang analisis fenomenologi pengalaman pada pasien yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan didapatkan tema; perasaan marah, ingin selalu diperhatikan, merasa takut akan kematian, pasrah dan mengembalikan semua kepada Tuhan YME, merasa hilang kemerdekaannya, serta keluarga sebagai pendorong semangat hidup. Penelitian kualitatif lainnya yaitu tentang pengalaman pasien hemodialisis terhadap kualitas hidup yang dilakukan oleh Farida (2010) dari hasil penelitian didapatkan tema; perubahan pemenuhan kebutuhan dasar klien, kualitas spiritual meningkat, kualitas fisik dan psikososial menurun, puas terhadap pelayanan keperawatan, serta kebutuhan memperoleh dukungan sosial. Ikhsan (2015), dalam penelitiannya didapatkan hasil bahwa gambaran konsep diri klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis sebagai berikut; 1) Citra tubuh pasien terganggu dikarenakan penurunan fisik, perubahan kulit, kerontokan, edema, merasa minder, sedih, stres, tidak nyaman, meskipun akhirnya menerima. 2) Harga diri pasien terganggu karena

efek terapi hemodialisis dan hubungan dengan orang sekitar kurang baik akan tetapi dukungan keluarga membuat klien kuat menjalani, 3) Peran pasien terganggu karena tidak mampu menjalankan secara maksimal dalam pekerjaan dan keluarga. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 Maret 2016, berdasarkan hasil wawancara dengan 3 perawat pelaksana diruang hemodialisis, didapatkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis memiliki masalah psikososial dan belum mendapatkan perhatian yang optimal. Hal ini dapat dilihat bahwa pasien dengan hemodialisis lebih mudah terpancing emosi, lebih sensitif baik terhadap perawat maupun keluarga, cemas dirasakan pada periode awal menjalani hemodialisis, pasien merasa tidak berguna dan minder dengan penyakit yang dialami. Besarnya biaya juga mempengaruhi kecemasan pasien dalam menjalani hemodialisis, pasien tidak mampu menjalankan aktivitas seperti biasanya. Perawat menilai masalah psikososial pada pasien melalui wawancara dan observasi. Berdasarkan masalah tersebut belum tergalinya secara mendalam masalah psikososial pasien dengan hemodialisis. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas, diketahui bahwa tindakan hemodialisis dapat mempengaruhi psikososial pasien yang menjalaninya. Penelitian tentang psikososial pada pasien dengan hemodialisis di Indonesia pada umumnya dilakukan dengan metode kuantitatif, sehingga perlu dilakukan penelitian secara kualitatif untuk menggali dan mengetahui aspek psikososial pasien dengan hemodialisis. Dengan demikian peneliti tertarik

untuk melakukan penelitan dengan metode kualitatif untuk menggali lebih dalam tentang pengalaman pasien hemodialisis dari aspek psikososial. 1.2 Rumusan Masalah Penyakit gagal ginjal kronik dengan hemodialisis dapat memberikan dampak pada pasien maupun keluarganya. Dampak psikologis dapat berupa perasaan takut kehilangan pekerjaan, peningkatan biaya hidup, serta ketergantungan dengan keluarga dalam pengobatan. Jika hal ini dirasakan secara berkelanjutan, dapat meningkatkan kelelahan dan kehilangan kontrol, sehingga timbul kecemasan dan depresi. Masalah psikososial merupakan hal yang penting diperhatikan dalam perawatan kesehatan pasien dengan hemodialisis. Perawat yang bekerja khususnya diruang hemodialisis dihadapkan pada masalah psikososial dan perilaku pasien. Oleh karena itu diharapkan perawat khususnya yang bekerja diruang hemodialisis memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk memberikan informasi yang jelas, tepat dan terstruktur, membantu mengidentifikasi masalah dan mencari pemecahan masalah yang dialami pasien hemodialisis. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dari aspek psikososial di RSUD Raden Mattaher Jambi.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a. Teridentifikasi gambaran karakteristik pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. b. Eksplorasi pengalaman pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis terkait perubahan fisik, psikologis dan sosial. c. Eksplorasi pengalaman pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis terkait mekanisme koping yang digunakan. d. Eksplorasi pengalaman tentang dukungan yang diterima pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. e. Eksplorasi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis memiliki harapan terhadap masyarakat dan pada pelayanan kesehatan. f. Eksplorasi pengalaman pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis terkait manfaat hemodialisis. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang masalah psikososial yang dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisis sehingga perawat dapat memberikan dukungan terhadap masalah psikologis. Adanya kebijakan pihak Institusi pelayanan untuk meningkatkan pemahaman tentang masalah psikososial khusus pada perawat yang bekerja di ruang hemodialisis sehingga perawat dapat

memberikan asuhan keperawatan tentang masalah psikososial yang optimal pada pasien hemodialisis. 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kepustakaan dalam mengembangkan kurikulum khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada masalah psikososial, sehingga peserta didik mampu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dengan masalah psikososial sehingga dapat meningkatkan koping pasien dengan hemodialisis. 1.4.3 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat menjadi data dasar dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa terkait dengan aspek psikososial.