BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Kemitraan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

dokumen-dokumen yang mirip
KEMITRAAN PEMERINTAH DESA DENGAN BPD DALAM PEMERINTAHAN DI DES KALASEY I KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA Oleh. Abstrak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATRIK PERUBAHAN UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2008 KE UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUM. Peraturan Perundang-undangan. Penyusunan. Pedoman

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Notulensi Rapat Kerja Pencanangan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemda Birawa Bidakara, 28 Mei 2013


BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

2/1/2008 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI D ================================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

Reposisi Peraturan Desa dalam Kajian Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 & Undang-undang No. 12 Tahun 2011

PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16

HUBUNGAN KERJA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN PEMERINTAH DESA GURAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2014

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III KEDUDUKAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUU- XII/2014

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

BAB I P E N D A H U L U A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.04,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, pembentukan, produk hukum, daerah

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PROSEDUR REVISI UNDANG-UNDANG. Revisi UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA ( BPD ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Indonesia berdasarkan UUD 1945 Pasal 18 ayat (1) terdiri dari

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

Transkripsi:

20 BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Knsep Kemitraan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 1. Teri Kemitraan Secara teritis, Eisler dan Mnturi (1997) membuat pernyataan yang menarik yang berbunyi bahwa memulai dengan mengakui dan memahami kemitraan pada diri sendiri dan rang lain, dan menemukan alternatif yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku dminatr merupakan langkah pertama ke arah membangun sebuah rganisasi kemitraan. Dewasa ini, gaya-gaya seperti perintah dan kntrl kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang dibicarakan rang adalah tentang karyawan yang berdaya, yang praktif, karyawan yang berpengetahuan sehingga dapat menambah nilai dengan menjadi agen perubahan 1. Menurut pendapat Yukl (1991) ada beberapa mdel hubungan rganisasinal, yaitu: Pertama, hubungan dminasi artinya dalam melaksanakan hubungan tersebut pihak pertama menguasai pihak kedua. Kedua, hubungan subrdinasi artinya dalam melaksanakan hubungan tersebut pihak kedua menguasai pihak pertama, atau pihak kedua dengan sengaja menempatkan diri tunduk pada kemauan pihak pertama. Dan ketiga, hubungan kemitraan artinya pihak pertama dan kedua selevel dimana mereka bertumpu pada kepercayaan, kerjasama dan saling menghargai. 1 Irawan Sejit, Hubungan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h 63

21 Sistem kemitraan bertumpu pada kepercayaan, dengan ciri-cirinya antara lain: (a) Persamaan dan rganisasi yang lebih landai, (b) Hirarki aktualisasi yang luwes (dimana kekuasaan dipedmani leh nilainilai seperti caring dan caretaking), (c) Spiritualitas yang berbasis alamiah, (d) Tingkat kekacauan yang rendah yang terbentuk dalam sistem, dan (e) Persamaan dan keadilan gender. 2. Dimensi-dimensi Kemitraan Mengenai kemitraan ini, Butler dan Waldrp mengemukakan beberapa dimensi kemitraan hubungan kerja sebagai berikut 2 : 1. Pengaruh: prfessinal yang menikmati pekerjaan mereka dan senang mengembangkan dan memperluas area pengaruh mereka. Mereka senang dalam hal persuarsi, negsiasi dan memegang infrmasi dan ide-ide penting. Tipikal bagi negsiatr pembuat kebijakan/keputusan. 2. Fasilitas interpersnal; rang-rang yang senang dengan aspek interpersnal dalam situasi pekerjaan. Mereka secara intuitif berfkus pada pengalaman rang lain dan mereka bisa bekerja di belakang layar. Degan cara in mereka membuat rekan-rekan sekerjanya menjadi berkmitmen dan terikat untuk megerjakan pryek dengan lancar. Tipikal bagi manajer SDM. 2 Op cit h 95

22 3. Kreativitas hubungan: rang-rang yang bagus dalam membina hubungan dengan sekelmpk rang melalui penggambaran visual dan verbal. Tipikal bagi rang-rang pemasaran dan manajer. 4. Kepemimpinan tim: rang-rang ini ingin melihat rang lain dan berinteraksi dengan mereka. Mereka menyukai pekerjaan manajemen dan bekerja dalam tim berenergi tinggi dalam situasi yang padat. Tipikal bagi manajer prgram dan manajer delivery. 3. Kemitraan Antara Pemerintah Desa dengan BPD Pada awalnya sering terjadi ketidakharmnisan antara Pemerintah Desa dan BPD karena 3 : (a) Cara pemahaman peraturan yang kurang menyeluruh dan kurang baik yang disebabkan leh tingkat pengetahuan dan pendidikan yang relatif rendah sehingga pemahaman terhadap UU hanya septng-septng, (b) Banyak terjadi ketidak-disiplinan terhadap tata tertib yang dibuat leh mereka sendiri, (c) Kesalahpahaman terhadap hak dan kewajiban mereka. Sekarang hubungan Pemerintah Desa dan BPD menjadi lebih baik karena beberapa alasan : (a) Mulai tumbuhnya kesadaran, pengertian tentang hak dan kewajiban mereka, (b) BPD sudah dilibatkan dari awal-sampai akhir setiap kegiatan-kegiatan yang menyangkut tugas kemasyarakatan dan pembangunan, 3 Bayu Surianingrat, Pemerintahan Administrasi Desa & Kelurahan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1985), h 79

23 (c) Mereka menyadari bahwa mitra adalah saling mengisi, memahami dan memecahkan masalah bersama-sama. Sekalipun hubungan Pemerintah Desa-BPD dapat dikatakan berjalan dengan baik dan cukup harmnis bukan berarti berjalan tanpa hambatan. Hubungan antara Pemerintah Desa dan Badan perwakilan Desa, 4 pertama: hubungan dminasi artinya dalam melaksanakan hubungan tersebut pihak pertama (Pemdes) menguasai pihak kedua (BPD), kedua: hubungan sub krdinasi artinya dalam melaksanakan hubungan tersebut pihak kedua menguasai pihak pertama, atau pihak kedua dengan sengaja menempatkan diri tunduk pada kemauan pihak pertama, Ketiga: hubungan kemitraan artinya pihak pertama dan kedua setingkat dimana mereka bertumpu pada kepercayaan, kerjasama dan saling menghargai. B. Pemerintahan Desa Pemerintah berasal dari kata perintah yang berarti menyuruh melakukan sesuatu. Istilah pemerintahan diartikan sebagai perbuatan dalam artian bahwa cara, hal urusan dan sebagainya dalam memerintah sehingga secara etimlgi, dapat diartikan sebagai tindakan yang terus menerus ( Cntinue) atau kebijaksanaan dengan menggunakan suatu rencana maupun akal ( rasi) dan tata cara tertentu untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki. Sedangkan definisi lain mengartikan bahwa pemerintah ialah jawatan atau aparatur dalam susunan plitik. 5 4 Bayu Surianingrat, Pemerintahan Administrasi Desa & Kelurahan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1985) h. 65 5 Hanif Nurchlis, Pertumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintah Desa, (Jakarta, Balai Pustaka, 2011), h 67

24 Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti sempit adalah segala kegiatan dalam badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif. Pemerintahan dalam arti luas dari definisi di atas mengungkapkan bahwa segala urusan yang dilakukan leh Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara itu sendiri, jadi tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legislatif dan yudikatif. Pemerintah dalam hal ini melingkupi semua urusan negara. Sejak berlakunya tnmi daerah desa memiliki kewengang sendiri untuk mejalankan pemerintahannya sendiri. Desa bukan merupakn bagian dari perangkat desa dan berneda dengan kelurahan namun sebuah desa bisa diubah statusnya menjadi kelurahan, namun desa dan kelurahan adalah dua satuan pemerintahan dengan status berbeda. Desa adalah satuan pemerintahan yang diberi hak tnmi adat sehingga merupakan badan hukum sedangkan kelurahan adalah satuan pemerintahan administrasi yang hanya merupakan kepanjangan tangan pemerintah kabupaten/kta. Pemerintah Desa merupakan bagian dari pemerintah nasinal, yang penyelenggaraanya ditujukan kepada desa. Pemerintahan desa adalah suatu

25 prses dimana usaha-usaha masyarakat desa yang bersangkutan dipadukan dengan usaha- usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat 6. Otnmi berdasarkan asal-usul dan adat istiadat adalah tnmi yang telah dimiliki sejak dulu kala dan telah menjadi adat istiadat yang melekat dalam masyarakat desa. Desa memang mempunyai urusan - urusan yang secara adat diatur dan diurus, maka maka urusan itu diakui leh undang undang. Menurut Penjelasan Umum Undang - Undang N. 32 Tahun 2004, tentang pengertian desa sebagai berikut: Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasan - batasan wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal - usul dan adat istiadat setempat yang diakui, sebagaimana dimaksud dalam Undang - undang Dasar Negara Republik Indnesia Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, tnmi asli, demkratisasi dan pemberdayaan masyarakat desa. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat 5 Peraturan Pemerintah N. 72 Tahun 2005 tentang Desa, dinyatakan bahwa kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas - batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal - usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihrmati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indnesia. Pengertian desa adalah wadah kebersamaan masyarakat setempat dalam mengella kepentingan bersama. 23 6 Maria Eni Surasih, Pemerintah Desa dan Implementasinya, (Jakarta:Erlangga, 2006), h

26 Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa desa merupakan suatu wilayah tertentu yang mempunyai dasar hukum serta memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam Pemerintahan Negara Repubilik Indnesia. Selain itu desa juga mempunyai unsur-unsur sebagaimana halnya sebuah negara. Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah N. 72 Tahun 2005 tentang Desa, unsur-unsur yang ada pada desa sebagai berikut 7 : 1. Wilayah, Pengertian wilayah adalah suatu letak gegrafis suatu desa yang dalam hal ini desa mempunyai kekuasaan penuh atas daerah dalam garis batas tersebut. Jadi wilayah adalah segala kegiatan pemerintahan desa. 2. Penduduk, Pengertian penduduk adalah rang-rang yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dan mempunyai hubungan secara sah menurut aturan yang ada. Dalam hal untuk dapat disebut sebagai suatu daerah atau desa harus mempunyai penduduk 750 jiwa atau 75 kepala keluarga 3. Pemerintah, Pemerintah berfungsi untuk mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan desa, segala kegiatan yang dilakukan di desa tersebut dalam hal ini dikrdinir leh kepala desa. 1. Administrasi Desa Administrasi dalam arti sempit berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda) yaitu meliputi kegiatan catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan 7 Pasal 2 Peraturan Pemerintah N. 72 Tahun 2005 tentang Desa

27 ringan, ketik-mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang meliputi kegiatan catatmencatat, surat- menyurat, pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk menyediakan infrmasi serta mempermudah memperleh infrmasi kembali jika dibutuhkan 8. Administrasi dalam arti luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan leh sekelmpk rang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Administrasi secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya semua mengandung unsur pkk yang sama yaitu adanya kegiatan tertentu, adanya manusia yang melakukan kerjasama serta mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat lain mengenai administrasi adalah keseluruhan prses kerjasama antara 2 rang atau lebih yang didasarkan atas rasinalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan uraian dan definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa administrasi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan melalui kerjasama dalam suatu rganisasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan. a. Tugas bidang pemerintahan Pencatatan Register Tugas Umum b. Tugas bidang pelayanan umum 8 Bayu Surianingrat, Pemerintahan Administrasi Desa & Kelurahan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1985), h 86

28 c. Tugas bidang tata usaha Tata Usaha Umum Tata Usaha Pemerintah Desa Menurut Peraturan Mendagri N. 32 Tahun 2006 tentang Pedman Administrasi Desa, standarisasi jenis dan bentuk administrasi pemerintahan terdiri dari empat jenis, yaitu sebagai berikut 9 : a. Administrasi Umum Buku Data Peraturan Desa Buku Data Keputusan Kepala Desa Buku Data Aparat Pemerintah Desa Buku Data Inventaris Desa Buku Data Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa Buku Data Tanah Di Desa Buku Agenda Buku Ekspedisi b. Administrasi Penduduk Buku Data Induk Penduduk Buku Data Mutasi Penduduk Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan Buku Data Penduduk Sementara c. Administrasi Keuangan Buku Anggaran Penerimaan Buku Pengeluaran Rutin 9 Peraturan Mendagri N. 32 Tahun 2006 tentang Pedman Administrasi Desa

29 Buku Anggaran Pengeluaran Pembangunan Buku Kas Umum Buku Kas Pembantu Penerimaan Buku Kas Pembantu Pengeluaran Rutin Buku Kas Pengeluaran Pembangunan d. Administrasi Pembangunan Buku Rencana Pembangunan Buku Kegiatan Pembangunan Buku Inventaris Pryek Buku Kader Kader Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat 2. Knsep Desa Menurut Kamus Bahasa Indnesia, desa diartikan sebagai: (a) Sekelmpk rumah di luar kta yang merupakan kesatuan kampung/dusun, (b) Udik atau dusun (dalam arti daerah pedalam sebagai lawan kta), (c) Tempat, tanah, dan daerah. Pengertian desa dalam Undang-Undang Nmr 32 Tahun 2004 sebagaimana perubahannya dalam Undang-Undang Nmr 12 Tahun 2008 memiliki arti bahwa: Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah dan berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

30 dihrmati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik. Dari pengertian menunjukkan bahwa desa memiliki kekuasaan yang tnm untuk mengatur dam mengurus kepentingan masyarakat 10. 2. Badan Perwakilan Desa (BPD) Peraturan Pemerintah Republik Indnesia Nmr 72 Tahun 2005 tentang Desa menyebutkan Badan Perwakilan Desa adalah lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa dan keputusan kepala Desa.(Wijaya HAW, 2008). BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah desa. BPD merupakan lembaga perwujudan demkrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD dapat dianggap sebagai "parlemen"-nya desa. BPD merupakan lembaga baru di desa pada era tnmi daerah di Indnesia. Anggta BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. 2. Tinjauan Undang-Undang Nmr 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan merupakan pelaksanaan dari perintah Pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan undang - undang diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Namun, ruang lingkup materi muatan Undang-Undang ini diperluas tidak saja Undang- Undang tetapi mencakup pula Peraturan Perundang- 10 Hanif Nurchlis, Pertumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintah Desa, (Jakarta: Balai Pustaka, 2011), h 40

31 undangan lainnya, selain Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat 11. Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan didasarkan pada pemikiran bahwa Negara Indnesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasinal. Sistem hukum nasinal merupakan hukum yang berlaku di Indnesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia Tahun 1945. Undang-Undang ini merupakan penyempurnaan terhadap kelemahankelemahan dalam Undang-Undang Nmr 10 Tahun 2004, yaitu antara lain: a. materi dari Undang-Undang Nmr 10 Tahun 2004 banyak yang menimbulkan kerancuan atau multitafsir sehingga tidak memberikan suatu kepastian hukum; b. teknik penulisan rumusan banyak yang tidak knsisten; c. terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan perkembangan atau kebutuhan hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundangundangan; dan d. penguraian materi sesuai dengan yang diatur dalam tiap bab sesuai dengan sistematika. 11 Penjelasan UU N. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan

32 Sebagai penyempurnaan terhadap Undang-Undang sebelumnya, terdapat materi muatan baru yang ditambahkan dalam Undang-Undang ini, yaitu antara lain: a. penambahan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai salah satu jenis Peraturan Perundang-undangan dan hierarkinya ditempatkan setelah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia Tahun 1945; b. perluasan cakupan perencanaan Peraturan Perundang-undangan yang tidak hanya untuk Prlegnas dan Prlegda melainkan juga perencanaan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Perundang-undangan lainnya; c. pengaturan mekanisme pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. pengaturan Naskah Akademik sebagai suatu persyaratan dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah Prvinsi dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kta; e. pengaturan mengenai keikutsertaan Perancang Peraturan Perundangundangan, peneliti, dan tenaga ahli dalam tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; dan f. penambahan teknik penyusunan Naskah Akademik dalam Lampiran I Undang-Undang ini. Secara umum Undang-Undang ini memuat materi-materi pkk yang disusun secara sistematis sebagai berikut: asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan; jenis, hierarki, dan materi muatan Peraturan Perundang-

33 undangan; perencanaan Peraturan Perundangundangan; penyusunan Peraturan Perundang-undangan; teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan; pembahasan dan pengesahan Rancangan Undang-Undang; pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah Prvinsi dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kta; pengundangan Peraturan Perundang-undangan; penyebarluasan; partisipasi masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Perundangundangan; dan ketentuan lain-lain yang memuat mengenai pembentukan Keputusan Presiden dan lembaga negara serta pemerintah lainnya. Tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapan, serta pengundangan merupakan langkah-langkah yang pada dasarnya harus ditempuh dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Namun, tahapan tersebut tentu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan atau kndisi serta jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan tertentu yang pembentukannya tidak diatur dengan Undang-Undang ini, seperti pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden, atau pembahasan Rancangan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). Undang-Undang ini mengatur tentang Hirarki Peraturan perundangundangan termuat dalam pasal 7 sebagai berikut 12. (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 12 Pasal 7 UU N. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

34 d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Prvinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kta. (2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 97 berbunyi: Teknik penyusunan dan/atau bentuk yang diatur dalam Undang-Undang ini berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik penyusunan dan/atau bentuk Keputusan Presiden, Keputusan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Keputusan Pimpinan DPR, Keputusan Pimpinan DPD, Keputusan Ketua Mahkamah Agung, Keputusan Ketua Mahkamah Knstitusi, Keputusan Ketua Kmisi Yudisial, Keputusan Kepala Badan Pemeriksa Keuangan, Keputusan Gubernur Bank Indnesia, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Badan, Keputusan Kepala Lembaga, atau Keputusan Ketua Kmisi yang setingkat, Keputusan Pimpinan DPRD Prvinsi, Keputusan Gubernur, Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kta, Keputusan Bupati/Walikta, Keputusan Kepala Desa atau yang setingkat.