NAMA PRAKTIKAN : Genta Dewolono 1406533251 Grace Helen Y. T 1406574106 Muh. Akram Ramadan 1406533346 KELOMPOK : R 11 TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2016 JUDUL PRAKTIKUM : California Bearing Ratio ASISTEN : Danang Setiya R PARAF DAN NILAI : I. PENDAHULUAN 1. Maksud dan Tujuan Percobaan a. Mendapatkan nilai CBR pada kepadatan dan kadar air tertentu b. Mengetahui nilai swelling dari sampel tanah pada kondisi soaked 2. Alat-alat dan Bahan Compaction hammer Mould Sendok pengaduk tanah Wadah untuk mencampur tanah dengan air Pisau baja (straight edge) Timbangan Oven Aluminium can Stopwatch Beban logam berbentuk lingkaran (± 10 lbs) Bak air Piringan berlubang dengan dial pengukur swell Mesin uji CBR Alat Extruder California Bearing Ratio 1
3. Dasar Teori Nilai CBR adalah perbandingan antara kekuatan sampel tanah (dengan kepadatan tertentu dan kadar air tertentu) terhadap kekuatan batu pecah bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100. Untuk mencari nilai CBR dipakai rumus: test unit load( psi) CBR= standard unit loads( psi) x100 Dengan Standard Unit Load pada harga-harga penetrasi: Penetrasi Standard Unit Load 0.1 1000 psi 0.2 1500 psi 0.3 1900 psi 0.4 2300 psi 0.5 2600 psi Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring. Tegangan = Test Unit Load σ = P A = M (LRC) A dengan: A = luas piston (3 in 2 ) P = M. LRC M = dial reading California Bearing Ratio 2
II. PRAKTIKUM LRC= faktor kalibrasi (23,481 lbs) 1. Persiapan Percobaan a. Menyiapkan tiga plastik tanah lolos saringan No.4 ASTM seberat 5 kg. b. Masing-masing kantong direncanakan kadar air yang diinginkan. Kadar air ini divariasikan -2% dari kadar air optimum pada percobaan compaction. Sedangkan kadar air pada kantong yang satunya dibiarkan tetap optimum. Sampel untuk kadar air +2% dari kadar air optimum pada percobaan ini tidak dibuat. Untuk membuat kadar air yang diinginkan, perlu diketahui terlebih dahulu kadar air awal. Kemudian ditambahkan air dengan volume tertentu (V) untuk mencapai kadar air yang diinginkan seperti berikut: Wx Wo V add. w... ml 1 Wo 2. Jalannya Percobaan 1. Memadatkan sampel tanah a. Menyiapkan mould, kemudian menimbang dan mengukur diameter serta tingginya b. Mengolesi bagian dalam mould dengan oli c. Memasukkan tanah ke dalam mould sehingga tingginya 1/3 tinggi mould (1 lapisan) d. Menumbuk setiap lapisan sebanyak 56 kali e. Mengulangi langkah 3 dan 4 hingga lapisan ke-3 f. Menimbang mould yang sudah terisi penuh oleh tanah 2. Melakukan penetrasi sampel pada kondisi unsoaked a. Mould dan tanah ditimbang, kemudian diletakkan pada mesin CBR dan diberikan beban ring di atas permukaan sampel tanah. Piston diletakkan di tengah-tengah beban ring sehingga menyentuh permukaan tanah. b. Coading dan dial diperiksa dan diset nol. California Bearing Ratio 3
c. Penetrasi dilakukan dengan penurunan konstan 0.05 /menit d. Mencatat pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut : 0.025, 0.050, 0.075, 0.100, 0.125, 0.150, 0.175, 0.200, 0.250 3. Penetrasi pada kondisi soaked a. Setelah percobaan pada kondisi unsoaked, contoh tanah tadi direndam ± 96 jam untuk mengetahui kondisi swelling-nya. b. Pencatatan swelling dilakukan setelah 1, 24, 48, 72, dan 96 jam mould dimasukkan ke dalam bak air. c. Setelah ± 96 jam, mould dan tanah diangkat, kemudian dilakukan penetrasi seperti pada percobaan unsoaked. Namun, permukaan yang digunakan adalah yang sebaliknya. d. Setelah selesai, sampel tanah dikeluarkan dan kemudian diambil sebagian di lapisan atas, sebagian di lapisan tengah, dan sebagian lagi pada lapisan bawah untuk dihitung kadar airnya III. HASIL PERCOBAAN 1. Data Hasil Praktikum (terlampir) 2. Hasil Perhitungan 1. Menghitung Diameter Rata-rata Mould Sam pel Tabel. Diameter Rata-rata Mould Diameter (cm) Diameter rata-rata (cm) A 15,25 15,14 15,175 151,88 B 15,118 15,118 15,118 151,18 C 15,20 15,224 15,245 15,2162 2. Menghitung Tinggi Rata-rata Mould California Bearing Ratio 4
Sam Tabel. Tinggi Rata-rata Mould Tinggi (cm) Tinggi rata- pel rata (cm) A 11,67 11,605 11,55 11,608 B 115,9 115,8 115,85 11,585 C 11,502 11,61 11,834 11,6487 3. Menghitung Volume Mould Sam pel Diameter rata-rata Tabel. Volume Mould Tinggi ratarata (cm) Volume rata-rata (cm) (cm 3 ) A 15,188 11,608 2101,978 B 15,118 11,585 2078,521 C 15,2162 11,6487 2117,189 4. Menghitung Penambahan Air Vadd= W x W 0 1+W 0 w Sam Tabel. Penambahan Air W 0 (%) W x (%) w (g) V add (ml) pel A 15,65 40,5 5000 7462,46 B 15,65 37,5 5000 6561,56 C 15,65 34,5 5000 5660,66 California Bearing Ratio 5
5. Menghitung Kadar Air w= (W wet W dry ) (W dry W can ) x 100 Sam Tabel. Kadar Air Unsoaked w can (g) w wet (g) w dry (g) w (%) pel A 22,24 200 149,23 39,981 B 19,14 200 151,77 37,231 C 20,91 200 155,06 33,835 Sam Tabel. Kadar Air Soaked w can (g) w wet (g) w dry (g) w (%) pel A 19,35 278,71 202,78 41,393 B 22,18 303,44 223,69 39,571 C 18,63 286,73 212,59 38,218 6. Menghitung Tegangan dari Bacaan Dial σ = P A = M (LRC) ( dial ) x 23.481 = Psi A 3 California Bearing Ratio 6
Penetr asi Tabel. Dial dan Tekanan Sampel A Dial Reading Stress (Psi) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked (Inch) 0.025 3,8 2,8 29,74 21,92 0.05 9 6,5 70,44 50,88 0.075 11,7 10 91,58 78,27 0.1 13,8 11,5 108,01 90,01 0.125 15,5 12,5 121,32 97,84 0.15 17 13,5 133,06 105,66 0.175 18,5 14,5 144,80 113,49 0.2 19,5 15,5 152,63 121,32 0,225 20,5 16,3 160,45 127,58 0,25 21,5 17,0 168,28 133,06 Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A Penetrasi vs Stress Sampel A 12 10 Stress 8 6 4 2 0 0 2 4 6 8 10 12 Penetrasi Unsoaked Soaked California Bearing Ratio 7
Penetr asi Tabel. Dial dan Tekanan Sampel B Dial Reading Stress (Psi) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked (Inch) 0.025 1,1 1,3 8,61 10,18 0.05 1,9 2,5 14,87 19,57 0.075 2,4 3,5 18,78 27,39 0.1 3,1 4,3 24,26 33,66 0.125 4 5,2 31,31 40,70 0.15 4,8 5,7 37,57 44,61 0.175 5,5 6,1 43,05 47,74 0.2 6 6,5 46,96 50,88 0,225 6,5 6,8 50,88 53,22 0,250 7 7,3 54,79 57,14 Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel B Grafik Penetrasi vs Stress Sampel B Stress 12 10 8 6 4 2 0 0 2 4 6 8 10 12 Penetrasi Unsoaked Soaked Tabel. Dial dan Tekanan Sampel C California Bearing Ratio 8
Penetr asi Dial Reading Stress (Psi) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked (Inch) 0.025 12,5 0,3 97,84 2,35 0.05 19 0,7 148,71 5,4 0.075 21 0,9 164,37 7,04 0.1 22,5 1,2 176,11 9,39 0.125 25 1,4 195,68 10,96 0.15 27 1,6 211,33 12,52 0.175 29 1,9 226,98 14,87 0.2 30 2 234,81 15,65 0,225 32 2,1 250,46 16,44 0,250 34 2,2 266,12 17,22 Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel C Grafik Penetrasi vs Stress Sampel C Stress 12 10 8 6 4 2 0 0 2 4 6 8 10 12 Penetrasi Unsoaked Soaked California Bearing Ratio 9
Grafik Hubungan Penetrasi Vs Stress pada sampel A, B, dan C pada Unsoaked Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A, B, C pada Unsoaked Hubungan Stress Vs Penetrasi ketiga sampel 300 Stress 250 200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Unsoaked A Unsoaked B Unsoaked C Grafik Hubungan Penetrasi Vs Stress pada sampel A, B, dan C pada Soaked Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A, B dan C pada Soaked Hubungan Stress Vs Penetrasi Ketiga Sampel 140 Stress 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Soaked A Soaked B Soaked C California Bearing Ratio 10
7. Menghitung Nilai CBR Penetrasi0.1)= {dial 23.481} over {3 1000} 100% CBR Penetrasi0.2)= {dial 23.481} over {3 1500} 100% CBR Sam Penetras Tabel Nilai CBR Dial Reading CBR (%) pel i (Inch) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked A 0.1 13,8 11,5 10,80 9,00 0.2 19,5 15,5 10,18 8,09 B 0.1 3,1 4,3 2,43 3,37 0.2 6 6,5 3,13 3,39 C 0.1 22,5 1,2 17,61 0,94 0.2 30 2,0 15,65 1,04 8. Menghitung Kerapatan Kering γ wet = m tanah V tanah γ dry = γ wet 1+w Sam V tanah Tabel Kerapatan Kering Unsoaked M mould M total M tanah w (%) pel (cm 3 ) (g) (g) (g) A 2101,978 4018 7742 3724 39,981 1,77 1,26 B 2078,521 4036 7777 3741 37,231 1,80 1,31 C 2117,189 3762 7528 3766 33,835 1,78 1,33 wet dry Tabel Kerapatan Kering Soaked California Bearing Ratio 11
Sam V tanah M mould M total M tanah w (%) pel (cm 3 ) (g) (g) (g) A 2101,978 4018 7763 3745 41,393 1,78 1,26 B 2078,521 4036 7782 3746 39,571 1,80 1,29 C 2117,189 3762 7551 3789 38,218 1,79 1,30 wet dry 9. Menghitung Nilai Swelling Test dial (96 jam ) x2.54 x 0.001 Swell= x100 tinggi mould Tabel Swelling Sampel A t Dial Swelli (hour) ng 1 3,2 0,672 2 1 0,210 24 13,5 2,836 48 14 2,940 72 14 2,940 96 17 3,571 Tabel Swelling Sampel B t Dial Swellin (hour) g 1-4 -0,842 2-5 -1,052 24 2,2 0,463 48 5,5 1,158 72 4 0,842 96 4,2 0,884 Tabel Swelling Sampel C California Bearing Ratio 12
t Dial Swellin (hour) g 1 5,8 1,214 2 14 2,931 24 21,7 4,542 48 30 6,280 72 42 8,792 96 44 9,210 IV. ANALISIS 1. Analisis Percobaan Praktikum California Bearing Ratio yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2016, bertujuan untuk mendapatkan nilai CBR pada kepadatan dan kadar air tertentu, serta untuk mengetahui nilai swelling dari sampel tanah pada kondisi soaked. Nilai CBR merupakan perbandingan antara kekuatan sampel tanah terhadap kekuatan batu pecah bergradasi rapat sebagai standar material dimana nilai CBR ini akan digunakan dalam mengetahui kualitas dan kekuatan terutama yang digunakan sebagai lapisan base dan subgrade dibawah perkerasan jalan atau lapangan terbang. Hal yang pertama dilakukan sebelum melakukan praktikum adalah menyiapkan tiga plastik tanah lolos saringan No. 4 ASTM seberat 5 kg dimana masing-masing kantong tersebut direncanakan kadar air yang diinginkan. Kadar air tersebut divariasikan ±3% dari kadar air optimum pada percobaan compaction yaitu 37,5%, dengan variasi kadar air untuk praktikum ini adalah 34,5%, 37,5% dan 40,5%, kemudian mempersiapkan dan menimbang alat yang akan digunakan. Setelah semua dipersiapkan, mengambil mould untuk ditimbang kemudian mengukur diameter dan tingginya untuk memperoleh volume mould. Tanah dimasukkan ke dalam mould yang telah diolesi dengan oli setinggi 1/3 mould untuk lapisan pertama dan kemudian ditumbuk sebanyak 56 kali, megulang langkah lapisan pertama untuk lapisan kedua dan ketiga. Mould yang sudah terisi penuh kemudian ditimbang sebelum melakukan penentrasi. California Bearing Ratio 13
Dalam praktikum ini dilakukan dua kali penetrasi yaitu penetrasi pada kondisi unsoaked dan penentrasi pada kondisi soaked. Pada kondisi unsoaked, pertama menimbang mould dan tanah yang kemudian diletakkan pada mesin CBR dan diberikan beban miring di atas permukaan sampel tanah dengan piston diletakkan di tengahtengah sehingga menyentuh permukaan tanah, setelah itu melakukan penetrasi dengan penurunan konstan 0.05 /menit. Perbedaan mendasar penetrasi unsoaked dan soaked adalah pada kondisi soaked, penetrasi dilakukan setelah sampel tanah direndam dalam bak berisi air. Tujuan penetrasi soaked ini untuk mendapatkan nilai CBR asli lapangan pada keadaan jenuh air, dan tanah mengalami pengembangan maksimum. Untuk melakukan penetrasi pada kondisi soaked, yang pertama dilakukan adalah tanah pada percobaan unsoaked direndam ±96 jam dengan tujuan untuk mengetahui kondisi swelling-nya. Penghitungan swelling dilakukan setelah 1, 2, 24, 48, 72, dan 96 jam tanah dan mould direndam. Setelah ±96 jam tanah dipenetrasi seperti pada kondisi unsoaked namun bedanya permukaan tanah yang digunakan sebaliknya. Setelah itu tanah dikeluarkan dari mould dan kemudian dipotong menjadi 3 segmen yaitu lapisan atas, tengah dan bawah. Setiap segmen tersebut dipotong dan diambil bagian tengahnya sebagai sampel yang mewakili setiap segmennya untuk dihitung kadar airnya. Alasan bagian tengah tanah yang digunakan karena tanah pada bagian tengah tersebut dipastikan kadar airnya tidak terganggu dan tidak tercampur dengan kadar oli yang menempel pada bagian pinggir mould. Tanah yang sudah dipotong kemudian diletakkan ke dalam can dan dimasukkan ke dalam oven dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam tanah tersebut dikeluarkan dan ditimbang untuk memperoleh kadar air yang dimiliki sampel tanah dimana kadar air tersebut digunakan untuk menentukan kerapatan kering dan basah tanah. 2. Analisis Hasil Setelah melakukan percobaan maka diperoleh beberapa data yang kemudian diolah untuk memperoleh kadar air pada sampel tanah, kerapatan kiring dan basah, besar nilai California Bearing Ratio 14
CBR pada kepadatan dan nilai swelling dari sampel tanah soaked. Berikut hasil data pengolahan yang diperoleh : Sam Tabel. Kadar Air Unsoaked w can (g) w wet (g) w dry (g) w (%) pel A 22,24 200 149,23 39,981 B 19,14 200 151,77 37,231 C 20,91 200 155,06 33,835 Sam Tabel. Kadar Air Soaked w can (g) w wet (g) w dry (g) w (%) pel A 19,35 278,71 202,78 41,393 B 22,18 303,44 223,69 39,571 C 18,63 286,73 212,59 38,218 Pada kedua data tersebut diperoleh kadar air setiap sampel pada kondisi unsoaked dan soaked. Pada kondisi unsoaked diperoleh 39,98%, 37,231%, dan 33,835% dan pada kondisi soaked diperoleh 41,393%, 39,571% dan 38,218% dimana kadar air yang diperoleh tersebut digunakan untuk menentukan nilai kerapatan kering dan kerapatan basah setiap sampel. Besar nilai kerapatan basah yang diperoleh adalah 1,77; 1,80; dan1,78 dalam satuan, sedangkan kerapatan kering 1,26; 1,31 dan 1,33 dalam satuan. Tabel Nilai CBR Samp Penetrasi Dial Reading CBR (%) el (Inch) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked A 0.1 13,8 11,5 10,80 9,00 0.2 19,5 15,5 10,18 8,09 B 0.1 3,1 4,3 2,43 3,37 0.2 6 6,5 3,13 3,39 C 0.1 22,5 1,2 17,61 0,94 0.2 30 2,0 15,65 1,04 California Bearing Ratio 15
Pada tabel tersebut diperoleh data nilai CBR di penentrasi 0,1 inch dan 0,2 inch pada kondisi unsoaked dan soaked. Pada sampel A diperoleh CBR di penetrasi 0,1 inch sebesar 10,80% kondisi unsoaked dan soaked 9,00%, sedangkan di penetrasi 0,2 inch diperoleh CBR 10,18% kondisi unsoaked dan soaked 8,09%. Pada sampel B diperoleh CBR di penetrasi 0,1 inch sebesar 2,43% kondisi unsoaked dan 3,37% kondisi soaked, dan di penetrasi 0,2 inch diperoleh 3,13% kondisi unsoaked dan soaked 3,39%. Pada sampel C CBR diperoleh sebesar 17,61% kondisi unsoaked dan 0,94% kondisi soaked di penetrasi 0,1 inch. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa nilai CBR pada unsoaked cenderung lebih besar dibandingkan nilai CBR pada kondisi soaked, hal tersebut dikarenakan sampel tanah pada kondisi soaked sangat lunak akibat pori-pori tanah mengembang terisi oleh air pada proses perendaman. Percobaan California Bearing Ratio ini juga digunakan untuk mengkalsifikasikan jenis tanah yang cocok pada proses perkerasan tanah. Dari nilai CBR yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk menentukan kualitas tanah dan kegunaannya dengan membandingkannya dengan tabel berikut ini : Dari tabel tersebut dan nilai CBR yang diperoleh dapat disimpulakan bahwa CBR kondisi unsoaked pada sampel A dengan CBR berada di range 7-20 sehingga memiliki kualitas cukup baik untuk subbase, pada sampel B nilai CBR berada di range 0-3 sehingga memiliki kualitas sangat rendah dan digunakan untuk subgrade, pada samapel C berada pada range 7-20 sehingga memiliki kualitas cukup baik dan digunakan untuk subbase, sedangkan pada kondisi soaked CBR sampel A dan B di range 3-7 sehingga California Bearing Ratio 16
berkualitas rendah/cukup baik dan digunakan untuk subgrade, dan CBR pada sampel C di range 0-3 sehingga berkualitas sangat rendah dan digunakan untuk subgrade. Selain itu dalam praktikum CBR juga diperoleh nilai swelling yang merupakan ukuran mengembangnya tanah pada saat proses perendaman, ada pun nilai swelling yang diperoleh sebagai berikut : Tabel Swelling Sampel A t (hour) Dial Swellin g 1 3,2 0,672 2 1 0,210 24 13,5 2,836 48 14 2,940 72 14 2,940 96 17 3,571 Tabel Swelling Sampel B t Dial Swelli (hour) ng 1-4 -0,842 2-5 -1,052 24 2,2 0,463 48 5,5 1,158 72 4 0,842 96 4,2 0,884 Tabel Swelling Sampel C t Dial Swellin (hour) g 1 5,8 1,214 2 14 2,931 24 21,7 4,542 California Bearing Ratio 17
48 30 6,280 72 42 8,792 96 44 9,210 Pada pembacaan tabel nilai swelling tersebut terdapat nilai swelling yang bernilai negatif pada sampel B yaitu terlihat pada jam ke 1 dan jam ke 2 dengan nilai swelling sebesar -0,842 dan -1,052, hal tersebut disebabkan karena pada saat pembacaan jarum, sampel tanah telah mengembang di dalam air akibat beban logam yang diberikan. Dari tabel tersebut juga dapat disimpulkan bahwa semakin lama tanah direndam (swell) maka nilai swelling-nya cenderung lebih tinggi dan semakin tinggi nilai swelling suatu tanah maka resiko kerusakan suatu gedung maupun jalan raya akan semakin tinggi pula. California Bearing Ratio 18
3. Analisis Grafik Pada data yang telah diperoleh kemudian dihubungkan pada sebuah grafik seperti hubungan penetrasi dan stress pada ketiga sampel pada kondisi unsoaked berikut ini : Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A, B, C pada Unsoaked Hubungan Stress Vs Penetrasi ketiga sampel 300 Stress 250 200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Unsoaked A Unsoaked B Unsoaked C Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai stress tertinggi pada kondisi unsoaked, yaitu sampel C dengan kadar air asumsi 40,5%, kemudian nilai stress pada sampel A yaitu kadar air 34,5% dan terakhir sampel B yaitu kadar air optimum 37,5%. Sedangkan pada kondisi soaked stress tertinggi terlihat pada sampel A yaitu 40,5%, kemudian sampel B kadar air 37,5% dan terakhir pada sampel C kadar air 37,5%, lebih jelasnya terlihat paa grafik berikut : California Bearing Ratio 19
Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A, B dan C pada Soaked Hubungan Stress Vs Penetrasi Ketiga Sampel 140 120 Stress 100 80 60 40 Soaked A Soaked B Soaked C 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4. Analisis Kesalahan Kesalahan yang terjadi pada praktikum CBR yang telah dilakukan, disebabkan oleh beberapa faktor-faktor berikut ini : a. Pada saat proses pencampuran tanah dengan air tidak terjadi secara homogen yang berakibat kadar air tanah tidak merata pula b. Ketidaktelitian praktikan saat membaca alat timbangan saat sampel ditimbang dan saat pembacaan jarum saat membaca alat CBR dan saat pembacaan hasil swelling c. Pada proses compaction, penumbukkan tidak merata secara merata yang mengakibatkan udara yang terkandung tidak berkurang secara merata pada lapisan tanah d. Keterlambatan praktikan dalam pembacaan swelling yang seharusnya dilakukan 1, 2, 24, 48, 72, dan 96 jam California Bearing Ratio 20
V. Aplikasi Nilai CBR digunakan dalam mengetahui kualitas dan kekuatan terutama yang digunakan sebagai lapisan base dan subgrade dibawah perkerasan jalan atau lapangan terbang. Di Indonesia, metode CBR digunakan untuk menentukan daya dukung tanah dasar untuk kebutuhan perencanaan tebal perkerasan jalan dan juga dalam perawatannya. VI. Kesimpulan 1. kondisi unsoaked pada sampel A dengan CBR berada di range 7-20 memiliki kualitas cukup baik untuk subbase, pada sampel B nilai CBR berada di range 0-3 memiliki kualitas sangat rendah dan digunakan untuk subgrade, pada samapel C berada pada range 7-20 memiliki kualitas cukup baik dan digunakan untuk subbase, 2. Pada kondisi soaked CBR sampel A dan B di range 3-7 sehingga berkualitas rendah/cukup baik dan digunakan untuk subgrade, dan CBR pada sampel C di range 0-3 sehingga berkualitas sangat rendah dan digunakan untuk subgrade. 3. Semakin lama tanah direndam (swell) maka nilai swelling-nya cenderung lebih tinggi dan semakin tinggi nilai swelling suatu tanah maka resiko kerusakan suatu gedung maupun jalan raya akan semakin tinggi pula 4. Nilai CBR pada unsoaked cenderung lebih besar dibandingkan nilai CBR pada kondisi soaked VII. Referensi : - ASTM D 1883 Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Laboratory Compacted Soils - Buku panduan Praktikum Mekanika Tanah, Laboratorium Mekanika Tanah, Depok. California Bearing Ratio 21
VIII. LAMPIRAN California Bearing Ratio 22