BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah awal yang harus dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan. Ketersediaan dana, menjadi salah satu factor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdiri dari dua kata yakni antos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti Undang-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

Disusun Oleh. Bambang Ali Nurdin PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI ABSTRAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang. menyelenggarakannya adalah pemerintah.

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi daerah diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaaragaman daerah. Undangundang ini memberikan otonomi secara utuh pada daerah untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Saat ini daerah sudah diberi kewenangan yang utuh dan bulat untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan kebijakan daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Pelimpahan tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkaitan serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Daerah otonomi itu sendiri mengandung arti bahwa kepada daerah diberi kewenangan untuk mengurus sendiri rumah tangganya. Salah satunya kewenangan dalam bidang keuangan daerah meliputi pemungutan sumber sumber pendapatan

daerah, menyelenggarakan pengurusan, pertanggung jawaban serta pengawasan dan belanja daerah serta perhitungannya, Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah diantaranya adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (public service) dan memajukan perekonomian daerah. Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah tersebut sejak tahun 2000, pemerintah daerah didorong untuk meningkatkan kemampuan dalam mengumpulkan pendapatan asli daerah dengan maksud agar subsidi dari pemerintah pusat dapat dikurangi dan mengurangi beban APBN. Salah satu caranya adalah dengan mengefektifkan pemungutan semua potensi daerah termasuk pajak daerah yang juga merupakan sumber pendapatan daerah. Sumber sumber pendapatan daerah menurut Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 157 terdiri dari: 1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu: a. Hasil Pajak Daerah b. Hasil Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan d. Lain lain pendapatan hasil daerah yang sah. 2. Dana Perimbangan; dan 3. Lain lain Pendapatan Daerah yang sah. Dari keempat sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang potensial guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk

memantapkan pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Sesuai dengan penetapan Undang-undang No.34 tahun 2000 pasal 2 tentang perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jenis pajak daerah dapat dibedakan dari hak pemungutannya, yaitu: 1. Jenis pajak Propinsi terdiri dari: a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air. b. Bea Balik nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. 2. Jenis Pajak Kota/ Kabupaten, yaitu: a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir Dari jumlah jenis pajak tersebut secara sepintas cukup memadai, akan tetapi dalam kenyataannya banyak jenis pajak yang diserahkan kepada daerah tidak mencerminkan besarnya pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah. Hal ini disebabkan pemerintah daerah sering mengalami kesulitan dalam pengelolaan sumber

pajak yang ada. Banyak sumber sumber pajak tidak dapat dipungut secara efektif karena pemerintah daerah tidak bisa mengantisipasi Fenomena yang mendasari penulis melakukan penelitian terhadap masalah ini adalah adanya kenyataan bahwa pemungutan pajak parkir yang dilaksanakan di wilayah kerja DIPENDA Kota Bandung dianggap kurang memadai. Hal ini terlihat dari perimaan pajak dari sektor parkir nilai realisasinya yang tercapai tidak terlalu besar dibandingkan dengan pajak yang lainnya, walaupun dari total penerimaan target pajak rata rata tercapai setiap tahunnya. Dan dari perkembangan penerimaannya, sektor pajak ini juga pada tahun 2006 mengalami penurunan, walaupun setiap tahun objek Pajak Parkir selalu mengalami penambahan, seperti bertambahnya tempat rekreasi, dan penyediaan jalur transportasi antar kota yang semakin meningkat, terlebih lagi jalur transportasi menuju kota Bandung menjadikan kota Bandung banyak disinggahi para pendatang. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa banyak lahan parkir yang dibutuhkan untuk memarkirkan kendaraan bermotor mereka baik di tempat khusus parkir maupun tempat parkir tepi jalan umum yang disediakan bagi masyarakat Bandung dapat dipastikan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Setiap tahun anggaran target penerimaan Pajak Parkir selalu mengalami kenaikan keberhasilan dalam merealisasikan target penerimaan Pajak Parkir, ini bukan berarti peranan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak mengalami kenaikan. Kenaikan target, kenaikan Pajak Parkir dan keberhasilan merealisasikan target penerimaan Pajak Parkir juga diiringi dengan peningkatan target penerimaan dari sektor lain diluar Pajak Parkir. Hal ini tentu berdampak pada kontribusi Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak.

Berdasarkan hal tersebut diatas untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dituangkan kedalam skripsi dengan judul: PENGARUH EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PAJAK (Studi kasus pada Dinas Pendapatan Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas maka penulis mencoba mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pemungutan Pajak Daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kota Bandung khususnya pada sektor Pajak Parkir. 2. Bagaimana pengaruh efektivitas pelaksanaan pemungutan Pajak Parkir terhadap tingkat penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan penjelasan mengenai efektivitas penetapan pajak parkir guna meningkatkan pendapatan pajak daerah. Sedangkan tujuan peneliatian adalah untuk mengetahui: 1. Prosedur pemungutan Pajak Daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kota Bandung khususnya pada sektor Pajak Parkir. 2. Pengaruh efektivitas pelaksanaan pemungutan Pajak Parkir terhadap tingkat penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain: 1. Kegunaan akademis a. Bagi penelitian Dapat menambah pengetahuan tentang Pemerintah Daerah terutama mengenai bagaimana prosedur pemungutan pajak daerah khususnya pajak parkir yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dan apakah efektivitas pelaksanaan pemungutan ini telah berjalan dengan baik. b. Bagi pihak DIPENDA Kota Bandung Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam mengambil langkahlangkah dalam upaya meningkatkan efektivitas pelaksanaan pemungutan Pajak Parkir yang lebih baik. c. Bagi pihak lain Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi dalam penelitian sejenis. 2. Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai tambahan pengetahuan di bidang pemerintahan khususnya tentang efektivitas penetapan pajak parkir guna meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor pajak.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Latar belakang perubahan peraturan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah di Indonesia dewasa ini tidak terlepas dari pemberlakuan Undang undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru, yaitu Undang undang Nomor 18 Tahun1997 dan Undang undang Nomor 34 Tahun 2000. Undang undang Nomor 18 Tahun1997 lahir sebagai upaya untuk mengubah sistem perpajakan daerah dan retribusi daerah yang berlangsung di Indonesia, dimana timbul banyak kendala, baik dalam hal penetapan maupun pelaksanaan pemungutannya. Oleh karena itu, lahirnya Undang undang Nomor 18 Tahun 1997 cukup membawa pengaruh dalam pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Dalam pengembangan penerapan undang undang tersebut, perubahan dan penyempurnaan dianggap perlu dilakukan oleh pemerintah dan DPR sejalan dengan perkembangan kondisi perekonomian serta perubahan keadaan politik, yang ditandai dengan semangat otonomi daerah yang semakin besar. Hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah tidak hanya memperhatikan sektor penerimaan negara dari pajak pusat saja tetapi juga dari pajak dan retribusi daerah. Dengan demikian, Undang undang Nomor 34 Tahun 2000 lahir sebagai penyempurnaan terhadap Undangundang Nomor 18 Tahun 1997. adalah: Definisi pemungutan berdasarkan Undang undang Nomor 34 Tahun 2000 Suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada wajib pajak/ wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya.

Pajak Parkir. Dari definisi diatas terdapat hal-hal yang perlu dijelaskan khususnya untuk Pengertian Pajak menurut Soemitro, yang kemudian dikutip oleh Mardiasmo (2006;1) mengatakan bahwa: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Meskipun jenis pajak daerah untuk Kabupaten/ Kota telah ditetapkan oleh Undang Undang daerah Kabupaten/ Kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber keuangan dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria kriteria sebagai berikut : a. Bersifat pajak dan bukan retibusi. b. Objek pajak terletak atau tedapat di wilayah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan dan mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah Daerah kabupaten/ kota yang bersangkutan. c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Hal ini berarti bahwa pajak tersebut dipungut untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek ketentraman, dan kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi / objek pajak pusat. e. Potensinya memadai

Pajak yang dipungut ini cukup besar sebagi salah satu sumber Pendapatan Daerah dan laju pertumbuhannya diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi Daerah. f. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Yang dimaksud pada aspek ini adalah objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat diawasi pemungutannya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, dan tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan Wajib Pajak. g. Menjaga kelestarian lingkungan. Pajak harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berati bahwa pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada Pemerintah daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan yang akan menjadi beban bagi Pemerintah daerah dan masyarakat. Pengertian pajak daerah menurut pasal 1 angka 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah: Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, ialah iuran yang wajib dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Dalam Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 05 tahun 2004 tentang pajak parkir dikemukakan bahwa;

Pajak Parkir adalah Pungutan Daerah atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh pribadi atau badan yang disediakan sebagai suatu usaha atau merupakan sarana penunjang suatu usaha. Tempat Parkir merupakan tempat parkir di luar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau adan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2004, Bab 2 pasal 2, yaitu: 1. Objek Pajak adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut pajak. 2. Klasifikasi tempat parkir sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, yaitu: a. Gedung Parkir, b. Peralatan Parkir, c. Garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran, d. Tempat penitipan kendaraan bermotor. 3. Tidak termasuk Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah: a. Penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintahan pusat, Pemerintahan Propinsi, dan Pemerintahan Daerah; b. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan konsulat, perwakilan Negara asing, dan perwakilan lembaga lembaga internasional dengan asas timbal balik; c. Penyelenggaraan tempat parkir di tempat peribadatan dan sekolah serta tempat tempat lainnya yang diatur lebih lanjut oleh Walikota. Menurut pasal 3 Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2004 Kota Bandung mengenai Subjek dan Wajib Pajak, yaitu:

(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. (2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir. Dasar perhitungan dan penetapan pajak berdasarkan tarif pajak, sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2004, dimana pengenaan pajak sebesar 20% setiap bulan dari penerimaan penyelenggaraan, pengusahaan tempat parkir. Efektivitas penungutan pajak daerah harus dapat dilakukan dengan baik agar jumlah penerimaan dari pajak daerah ini dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak. Efektivitas merupakan salah satu aspek penelitian terhadap prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Oleh karena itu efektivitas mendapatkan perhatian khusus dari manajemen. Efektivitas itu sendiri berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi. Pengertian efektivitas tersebut dijelaskan oleh Mardiasmo (2002:4) sebagai berikut: Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome (akibat dan dampak) dengan output (suatu keluaran/hasil). Jadi, efektivitas dalam garis besarnya dapat dirumuskan sebagai derajat keberhasilan suatu organisasi (sampai seberapa jauh suatu organisasi dapat dinyatakan berhasil) dalam usaha untuk mencapai apa yang telah menjadi tujuannya. Dapat dikatakan pula, efektivitas merupakan pencapaian sasaran yang telah dipilih sesudah mempertimbangkan alternatif.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pemungutan khususnya untuk pajak parkir merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus direncanakan, dilaksanakan dan dikoordinasi sedemikian rupa kareana besarnya realisasi penerimaan pajak daerah khususnya pajak parkir tergantung pada efektivitas pelaksanaan pemungutan pajak itu sendiri. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Mirra Karsana Y (B1X98104) Universitas Padjadjaran lulusan tahun 2001, dengan judul Pengaruh Efektivitas Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal Terhadap Pendapatan Pajak Daerah (survei pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/ Kota di Propinsi Jambi). Pada judul terdahulu dikatakan bahwa efektivitas pelaksanaan desentralisasi fiskal tidak berpengaruh terhadap pendapatan pajak daerah. Dari kerangka pemikiran tersebut peneliti menarik hipotesis bahwa Efektivitas Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak. 1.6 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Pengertian metode deskriptif menurut Moh. Nazir (2003;54) adalah sebagai berikut: Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Karena penelitian ini dilakukan pada satu perusahaan saja dan masalah yang diteliti khusus, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data time series selama 5 tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. 1.6.1 Langkah langkah Penelitian langkah langkah penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah: 1. Untuk memperoleh data kualitatif, penulis akan membuat kuesioner dengan langkah langkah sebagai berikut: a. Penentuan unit analisis. b. Pembuatan kuesioner. c. Penyebaran kuesioner. d. Analisis jawaban kuesioner. 2. Untuk memperoleh data kuantitatif, penulis akan melakukan langkah langkah sebagai berikut: a. Memperoleh data dari Dinas Pendapatan Daerah, berupa laporan keuangan Pendapatan Pajak Daerah periode tahun anggaran 2003 2007. b. Menghitung tingkat realisasi pendapatan pajak daerah yang diukur melalui rasio yang merupakan perbandingan antara target dengan realisasi pendapatan pajak daerah setiap bulannya dari periode tahun 2003 2007. c. Melakukan uji statistik. d. Pengujian hipotesis. e. Penarikan kesimpulan.

1.6.2 Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi variabel ini diperlukan untuk menentukan jenis yang terkait dalam penelitian ini. Sesuai dengan judul skripsi yang penulis ajukan yaitu Pengaruh efektivitas pelaksanaan pemungutan pajak parkir terhadap penerimaan pendapatan asli daerah dari sektor pajak, maka penulis menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel bebas, disebut juga variabel berpengaruh (Independent Variable), adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang tidak terbatas, dengan kata lain variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel tidak bebasnya. Variabel bebas dalam skripsi ini adalah efektivitas pelaksanaan pemungutan pajak parkir, karena variabel ini dapat berdiri sendiri dan dapat mempengaruhi penerimaan pendapatan asli daerah dari sektor pajak. Variabel ini menggunakan data kualitatif dengan menggunakan skala pengukuran ordinal, yang kemudian data tersebut diubah menjadi data kuantitatif dengan menaikan skala ordinal ke dalam skala interval dengan menggunakan method of successive interval (MSI). 2. Variabel tidak bebas, disebut juga variabel terikat (Dependent Variable), adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lainnya. Variabel tidak bebas dalam skripsi ini adalah penerimaan pendapatan asli daerah dari sektor pajak, karena variabel ini dapat dipengaruhi oleh variabel efektivitas pelaksanaan pemungutan pajak parkir. Variabel ini menggunakan data kuantitatif dengan skala pengukuran rasio.

1.6.3 Rancangan Pengujian Hipotesis Tujuan pengujian hipotesis ini adalah untuk menentukan apakah jawaban teoritis yang terkandung dalam pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang dikumpulkan dan dianalisis dalam proses pengujian data. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Dalam penelitian ini, statistik yang digunakan untuk analisis data adalah statistik desktiptif dimana statistik ini berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu suatu teknik yang memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, dan termasuk kepada jenis proportionate stratified random sampling dimana teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota tidak homogeny dan berstrata secara proporsional. 1.6.4 Penetapan Hipotesis Pengujian Hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan atas efektivitas pelaksanaan pemungutan pajak parkir terhadap tingkat penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak. Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H O : r = 0, artinya efektivitas pelaksanaan pajak parkir tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak.

H 1 : r > 0, artinya efektivitas pelaksanaan pajak parkir memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak. 1.6.4.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji validitas dapat diartikan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur nya yang diukur. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrument yang telah disusun memiliki keandalan (mengukur apa yang seharusnya diukur) atau tidak. Setelah ditemukan bahwa pernyataan-pernyataan (butir) yang digunakan dalam penelitian ini valid maka selanjutnya diuji reliabilitasnya. Dalam penelitian ini menggunakan metode teknik Korelasi Item Total melalui Koefisien Korelasi Pearson. Maksud metode ini adalah dengan mengkorelasikan antara skor setiap item pertanyaan dengan skor total pertanyaan. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan instrument yang digunakan dalam mengukur variabel penelitian, artinya hasil pengukuran tetap konsisten, meskipun diujicobakan pada objek yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Dalam penelitian uji reliability ini menggunakan Teknik Belah Dua (Split Half) melalui Koefisien Reliabilitas Spearman Brown.

1.6.4.2 Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi dimaksudkan untuk melakukan prediksi seberapa jauh nilai dependent variable bila nilai independent variable dirubah. Persamaan garis regresi yang digunakan penulis adalah persamaan garis regresi linier sederhana. 1.6.4.3 Analisis Koefisien Korelasi Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis Koefisien Korelasi Pearson (Product moment coefficient of correlation). Dalam penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis umumnya merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil perhitungan koefisien korelasinya. Untuk melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Penelitian lapangan (Field Research) a. Pengamatan Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti. b. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pemimpin atau pihak yang berwenang atau bagian lain yang berhubungan langsung dengan objek penelitian. c. Kuesioner (angket) Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan yang diisi oleh pejabat yang bersangkutan, untuk mendapatkan data mengenai masalah yang diteliti yaitu bagaimana efektivitas

pelaksanaan pemungutan pajak parkir. Penulis membuat pertanyaan yang mengacu pada indikator masing-masing variabel. 2. Penelitian Kepustakan (Library Research) Yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dengan cara membaca buku serta referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini diperlukan sebagai bahan panduan untuk melakukan penelitian di lapangan, sebagai pedoman yang dapat dipertanggung jawabkan dalam pembahasan masalah dan sebagai dasar perbandingan praktek di lapangan. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantor Pemerintahan Daerah Kota Bandung yang khususnya dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung yang berlokasi di jalan Wastukencana N0.2 Bandung. Sedangkan penelitian akan dilaksanakan mei 2008 sampai dengan selesai.