I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan

SOP Bidang Kemahasiswaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan sudah dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini akan membahas tentang kendala pelaksanaan program bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang. 20 tahun 2003 terdapat tujuan pendidikan nasional yaitu untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Menurut UU No. 20 Pasal 1 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju dalam persaingan global. Berbagai perbaikan terus dilakukan

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan jalan efektif bagi upaya pengembangan sumber daya manusia, karena melalui pendidikan siswa dibina untuk menjadi dirinya sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan mengarahkan siswa menjadi manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan. Peran ini dapat dilihat dari UU Pendidikan No.20/2003 pasal 1 ayat 1 tentang pendidikan nasional yang menyatakan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu, pendidikan seharusnya dapat memberikan sumbangan berarti dalam mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam pasal tersebut. Undang- Undang yang menegaskan cita-cita pendidikan tercantum dalam Undang-

2 Undang No.2/1989 (dalam Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2007:59) disebutkan bahwa: pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Usaha dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa harus dapat berkembang secara optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab, dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Optimalisasi siswa merupakan tujuan dari keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan agar siswa dapat memahami dan menyesuaikan diri guna mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rahman (2003:20) bahwa inti dari layanan bimbingan dan konseling adalah pengembangan diri. Mengatasi masalah hanyalah bagian kecil. Dengan demikian seluruh siswa berhak mendapatkan layanan guna optimalisasi potensi. Ketika siswa mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki, diharapkan siswa dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya sehingga tujuan bimbingan dan konseling akan tercapai. Surya (dalam Sukardi, 2002:20) menyatakan bahwa pengertian bimbingan yaitu : "bimbingan adalah suatu proses pemberi bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dalam mencapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

3 Pengertian konseling yang diungkapkan oleh McDaniel (dalam Amti dan Prayitno, 1999:100) menyatakan bahwa : konseling merupakan suatu rangkaian pertemuan langsung kepada individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada yang dibimbing (siswa) yang dilakukan secara terus menerus, agar siswa mampu memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu ada di sekolah. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin berbeda pula perkembangan siswa, maka perlu adanya bimbingan dan konseling di sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh Partowisastro (dalam Soetjipto dan Kosasi, 2007:65) sebagai berikut: a. sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, di mana anak dalam waktu sekian jam (kurang lebih 6 jam) hidupnya berada di sekolah. b. para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai kesulitan. Berdasarkan pendapat tersebut, maka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi suatu bagian yang terkait dalam proses pendidikan di sekolah. Secara garis besar penyelengaraan kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam bentuk layanan yang diberikan. Upaya dalam mendukung kelancaran pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah maka setiap guru bimbingan dan konseling harus membuat suatu program bimbingan dan

4 konseling. Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rincian kegiatan yang berisi seluruh layanan yang akan diberikan dalam suatu periode waktu tertentu. Hal ini didukung oleh Winkel (1991:105) yang menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Oleh sebab itu, program inilah yang menjadi dasar pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, termasuk di SMP Negeri 1 Gadingrejo. SMP Negeri 1 Gadingrejo adalah sekolah menengah pertama yang ada di tingkat Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Gadingrejo belum sesuai dengan rencana. Ketika evaluasi dilakukan setiap akhir periode tertentu, maka selalu ada program-program yang belum terlaksana dan belum mencapai sasaran yang diinginkan, sehingga sampai saat ini perlu dilakukaan perbaikan-perbaikan kembali untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Gunawan (2001:209) juga mengemukakan bahwa Program bimbingan di indonesia masih sangat muda. Penyebabnya adalah banyaknya hambatan dalam pelaksanaannya baik di sekolah menengah. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada kendala dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling sehingga hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Kendala tersebut menghambat pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dan tentunya akan menghambat pelaksanaan bimbingan dan konseling secara keseluruhan.

5 Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan mendeskripsikan tentang: Kendala Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Fokus Penelitian Penelitian ini memerlukan fokus agar penelitian lebih jelas dan terarah, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Fokus penelitian ini diarahkan pada kendala pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah ditetapkan, maka masalah dalam penelitian ini adalah pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah belum berjalan sebagaimana mestinya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kendala pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Gadingrejo? B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kendala pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Gadingrejo.

6 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh mengenai kendala pelaksanaan program bimbingan dan konseling yaitu: a. Kegunaan Teoritis a) Hasil penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep ilmu bimbingan dan konseling khususnya dalam pengembangan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. b) Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan penulis dalam bidang penelitian. b. Kegunaan Praktis a) Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kendala pelaksanaan program bimbingan dan konseling. b) Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dan sumber data bagi guru pembimbing guna perbaikan dalam peningkatan pelaksanaan program bimbingan dan konseling serta bagi pihak sekolah dalam mengoptimalkan keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah.

7 C. Kerangka Pikir Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas dari sejumlah kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan tersebut terselenggara dalam rangka suatu program bimbingan dan konseling. Soetjipto dan Kosasi (2007:90) menyatakan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bila dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik. Program bimbingan dan konseling merupakan suatu kumpulan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1991:105) yang menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Kegiatan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah perlu dipersiapkan dengan baik. Sukardi (1995:28) mengungkapkan bahwa: persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survei untuk menginventaris tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling. Jadi, guru bimbingan dan konseling perlu memperhatikan tujuan yang ingin dicapai, kebutuhan dan kemampuan sekolah dalam menjalankan program, dengan demikian diharapkan pelaksanaan bimbingan dan konseling akan berhasil dan berjalan lancar. Sesuai dengan pendapat Soetjipto dan Kosasi (2007:92) menyatakan bahwa keberhasilan dalam merumuskan program,

8 merupakan titik awal keberhasilan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Setelah penyusunan program telah sempurna maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Sukardi (1995:77) menyatakan bahwa: pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah mencakup, diantaranya: layanan pengumpulan data, layanan bimbingan dan konseling, layanan bantuan kesulitan belajar, layanan penempatan, dan layanan rujukan atau alih tangan. Hal ini didukung oleh Rahman (2003:69) yang menyatakan bahwa pelaksanaan program terdiri dari pengumpulan data dan layanan bimbingan konseling. Jadi, berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program bimbingan dan konseling berarti melaksanakan semua layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan cara atau strategi kegiatan bimbingan dan konseling dalam membantu siswa untuk memahami diri dan lingkungannya, sehingga siswa diharapkan dapat menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Prayitno (1999:253) mengemukakan bahwa jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling terdiri dari layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok. Selanjutnya Rahman (2003:88) menjelaskan bahwa: dalam melaksanakan berbagai jenis layanan agar lancar dan berhasil didukung dengan lima macam kegiatan pendukung, yaitu instrumen data, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. Dengan demikian diharapkan program-program kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

9 Program bimbingan yang baik merupakan program bimbingan dan konseling dikembangkan secara bertahap dan melibatkan semua pihak dan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah. Inilah yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya kerja sama guru bimbingan dan konseling dengan pihak-pihak yang terkait baik di dalam maupun di luar sekolah. Sesuai dengan pendapat Winkel (1991:150) yang menyatakan bahwa: program bimbingan dan konseling di sekolah menegah tingkat pertama hanya akan efisien dan efektif bila program tersebut mendapat dukungan dari pemimpin sekolah dan tenaga pengajar serta terdapat kerja sama yang erat antara koordinator bimbingan dan konseling dengan anggota staf bimbingan dan konseling, perlu semua tenaga di bidang pembinaan siswa mengarahkan usaha-usaha ke tujuan yang sama yaitu perkembangan siswa seoptimal mungkin. Mendukung pendapat di atas, Sukardi dan Sumiati (1990:1) menyatakan bahwa: pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan berhasil apabila dilaksanakan dan dilakukan oleh satu tim di dalam tim petugas yang terlibat dalam kegiatan bimbingan akan dapat saling bantumembantu, tolong menolong, bertukar pikiran, pandangan, pengalaman, dan bekerja secara bersama-sama. Jadi, dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling guru bimbingan dan konseling bekerja sama dengan pihak-pihak yang ada di sekolah yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, wali kelas, dan guru mata pelajaran. Fenomena yang terjadi di sekolah memberi gambaran bahwa masih ada kekurangan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling,

10 diantaranya masih ada layanan bimbingan dan konseling yang telah diprogramkan belum berjalan dengan baik dan masih ada kegiatan pendukung yang belum dapat dilaksanakan. Hal ini menunjukkan masih ada yang menghambat pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Guru bimbingan dan konseling perlu mengetahui kendala yang menyebabkan program bimbingan dan konseling belum berjalan dengan baik. Apabila guru bimbingan dan konseling tidak mengetahui kendala tersebut maka guru bimbingan dan konseling tidak dapat melakukan perbaikan atas program bimbingan dan konseling yang sebelumnya. Akibatnya, hasil dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling tetap tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut tentunya akan menghambat pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Jika kendala telah diketahui maka guru bimbingan dan konseling akan mengetahui penyebabnya dan bisa melakukan tindak lanjut dan perbaikan atas penyusunan program bimbingan dan konseling, sehingga program bimbingan dan konseling akan berjalan dengan baik, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan pada akhirnya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling juga akan berjalan lancar dan sesuai yang diharapkan.