TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tentang Retribusi Pasar, maka tugas yang diemban oleh Dinas Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

EVALUASI EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang. perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Negara Indonesia telah sejak lama mencanangkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kebutuhan serta kompleksitas permasalahan yang ada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. mampu membangun prasarana yang sangat dibutuhkan di wilayahnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah dalam menjalankan pemerintahannya.otonomi daerah sendiri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki fungsi dalam. mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

IMPLEMENTASI KEMAUAN POLITIK PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG DEMOKRATIS BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

Transkripsi:

REALISASI PENDAPATAN PAJAK REKLAME DALAM PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 1998 DI KABUPATEN WONOGIRI (Studi Kasus Di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonogiri) TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara Oleh : Setyo Ciptono Nim : R.100030056 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN MAGISTER ILMU HUKUM 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak krisis moneter yang melanda dunia, khususnya di Indonesia, mendorong timbulnya gerakan reformasi yang menuntut perubahan di segala bidang, termasuk reformasi di bidang hukum, Munculnya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan mengedepankan penerapan asas desentralisasi memberikan makna tersendiri terhadap penyelenggaraan otonomi daerah di masa yang akan datang dibanding dengan penerapan asas desentralisasi pada masa Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pemerintah daerah mempunyai hak yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri baik berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian maupun evaluasi, yang didukung oleh pembagian, pengaturan dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Perubahan paradigma sistem pemerintahan mulai terasa sejak berlakunnya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dimana Pemerintah Pusat diharuskan menekankan arti pentingnya otonomi daerah yaitu bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan daerah menurut prakarsa 1

daerah itu sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Kewenangan daerah tersebut mencakup seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Reformasi sistem pemerintahan di daerah pada hakekatnya telah bergulir ketika Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Pemerintahan Di daerah diganti dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Di dalam undang undang yang baru tersebut tampak jelas bahwa peran pemerintah daerah semakin meningkat. Pemerintah daerah dan masyarakat di daerah semakin luas memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan kemampuan sendiri. Pemberian kewenangan yang luas kepada Pemerintah daerah tersebut tentunya akan membawa konsekuensi tertentu bagi daerah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Di antara konsekuensi ini adalah daerah harus mampu membiayai semua kegiatan pemerintah dan pembangunan yang menjadi kewenangannya. Sejalan dengan hal tersebut, Koswara menyatakan bahwa daerah otonomi harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri. 1 Pengelolaan dan penggunaan keuangan sendiri tersebut harus cukup memadai untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. 1 Koswara, Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999, 2000, hal 5 2

Kebiasaan bantuan dana dari Pemerintah pusat dan ketergantungan kepada Pemerintah pusat harus seminim mungkin, Pemerintah daerah diharuskan lebih mengandalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai bagian sumber keuangan terbesar yang didukung perimbangan keuangan pusat dan daerah diharapkan Pendapatan Asli Daerah dapat menjadi modal utama bagi penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan, namun pada saat ini yang terjadi di sebagian besar Daerah kontribusi yang disumbangkan dari Pendapatan Asli Daerah terhadap penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah belum memadai, dan relatif masih sangat kurang, walaupun kondisi semacam ini tidak berlaku untuk daerah-daerah surplus Perbedaan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, dengan Undang- Undang No. 5 Tahun 1974, terletak pada Pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah yaitu pasal yang mengatur sumber-sumber penerimaan keuangan daerah. Dalam Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1974 tersebut disebutkan bahwa Sumber Pendapatan Daerah adalah : 2 a. Pendapatan Asli Daerah Sendiri, yang terdiri dari : 1. Hasil Pajak Daerah; 2. Hasil Retribusi Daerah: 3. Hasil Perusahaan Daerah: 4. Lain lain Usaha Daerah yang sah; b. Pendapatan berasal dari pemberian Pemerintah Pusat yang terdiri dari : 2 Undang-Undang No. 22 tahun 79 dan Undang-Undang No. 5 tahun 74, tentang Pokokpokok Pemerintahan di Daerah 3

1. Sumbangan dari Pemerintah Pusat; 2. Sumbangan sumbangan lain, yang diatur dengan peraturan perundangan-undangan; c. Lain lain pendapatan yang sah. Sementara itu menurut Pasal 79 Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Sumber Pendapatan Daerah adalah : 3 a. Pendapatan Asli Daerah : 1. Hasil Pajak Daerah; 2. Hasil Retribusi Daerah; 3. Hasil Perusahaan milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah lainnya yang dipisahkan; 4. Lain lain pendapatan asli daerah yang sah; b. Dana perimbangan; c. Pinjaman Daerah; d. Lain lain Pendapatan Daerah yang sah; Pendapatan sektor pajak dan retribusi merupakan sumber utama penerimaan negara yang perlu ditingkatkan terus sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara materiil maupun spirituil. Hal ini dilakukan dengan cara melaksanakan pembangunan di segala bidang, yang sebagian besar pembiayaannya diperoleh dari pendapatan pajak. Daerah 3 Undang-Undang No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, Sumber Pendapatan 4

Di samping pajak-pajak lain, pajak reklame merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Wonogiri. Pajak ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah. Hal ini yang mendorong Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonogiri menerapkan aturan-aturan dalam penarikan pembayaran pajak reklame sesuai dengan Perda Nomor 3 Tahun 1998. Penerbitan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1998 tersebut merupakan langkah Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari sektor pajak, sehingga pemerintah memiliki landasan hukum yang pasti dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah. Tentunya dalam melaksanakan Perda No. 3 Tahun 1998 ini tidak semudah yang diharapkan permasalahan akan selalu timbul. Permasalahanpermasalahan tersebut dilatarbelakangi oleh sistem dan prosedur, perencanaan, koordinasi, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri dan kondisi masyarakat saat ini. Tugas Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonogiri khususnya Sub Dinas Pajak dan Retribusi dalam rangka pelaksanaan otonomi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 merupakan tugas terpadu untuk diselesaikan secara sektoral di bidang Pendapatan Daerah dan merupakan suatu proses kerja yang terpadu. Artinya, antara faktor penggerak dan sumber daya yang digunakan dilaksanakan 5

secara seimbang dan dinamis dengan demikian tujuan pengelolaan dapat tercapai secara optimal. Salah satu tugas pokok Sub Dinas Pajak dan Retribusi Dinas Pendapatan Daerah adalah pengelolaan keuangan daerah yang diperoleh dari pendapatan Pajak Reklame. Agar pengelolaan sumber pendapatan dan retribusi Reklame dapat berjalan dengan efektif, maka diperlukan perangkat hukum yang memberi kewenangan kepada Dinas Pendapatan Daerah khususnya kepada Sub Dinas Pajak dan Retribusi untuk menjalankan fungsinya, selanjutnya diperlukan kinerja yang baik dari aparat Dinas sesuai dengan rencana dan program kerja yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tugas pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh Sub Dinas Pajak dan Retribusi Kabupaten Wonogiri selalu berpegang pada Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1998 yang di dalamnya diatur tentang beberapa jenis pajak reklame, serta mekanisme pemungutan pajak reklame Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1998, pemerintah Kabupaten Wonogiri sejak diberlakukannya Peraturan Daerah tersebut menetapkan kebijakan publik untuk menjalankan tugas-tugas operasional melalui kepala Kantor Dinas Pendapatan Daerah, yang dalam menjalankan tugas tersebut diperlukan upaya yang serasi sehingga Dinas Pendapatan Daerah khususnya Sub Dinas Pajak dan Retribusi kabupaten Wonogiri dapat menjalankan tugasnya seoptimal mungkin dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 6

Dari uraian di atas terlihat bahwa Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam melaksanakan tugas guna peningkatan Pendapatan Asli Daerah menaruh perhatian yang besar pada peningkatan pendapatan dari sektor Pajak, sebagaimana dikatakan oleh Ismid Hadad bahwa: 4 Daerah otonom bukan saja tulang punggung wilayah bahkan tulang punggung perekonomian. Karena itu membahas masalah kemandirian dalam rangka otonomi daerah dan hari depan Indonesia perlu mengetahui dan memperhitungkan pendapatan Daerah sebagai dasar berpijak dan orientasi yang tepat. Sementara ini semua sumber dana/pendapatan yang ada jika dibandingkan dengan kebutuhan Pemerintah Daerah untuk mengadakan berbagai macam usaha pembangunan dan pelayanan masyarakat masih sangat terbatas. Untuk itu salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan melakukan pengelolaan pendapatan Daerah seefisien mungkin. Mengenai keterbatasan dana untuk membiayai kegiatan pembangunan, S.P. Siagian mengemukakan pendapatnya bahwa: 5 Adalah suatu kenyataan, bahwa biaya yang tersedia bagi suatu negara yang sedang giat melakukan pembangunan seperti Indonesia, selain terbatas bila dibanding semua usaha harus bersumber pada pendapatan di dalam negeri berupa pajak, tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan pendapatan negara dari luar negeri baik dalam bentuk bantuan maupun yang berupa pinjaman, maka harus dikelola penggunaannya sehingga dengan biaya yang terbatas itu diperoleh hasil yang maksimal. Hal ini berlaku pula untuk kabupaten Wonogiri yang dalam mewujudkan pembangunan dan pelayanan masyarakat diperlukan sumber 4 Ismid Hadad, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, Fakultas Hukum UII, 1973, hal 2 5 Sondang P. Siagian, Analysis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, Jakarta : Gunung Agung, 1985, hal 25 7

dana yang digali dari masyarakat itu sangat terbatas jumlahnya dan harus digunakan secara efisien. Sehubungan dengan pelaksanaan kewenangan hukum, yakni hak dan kewajiban yang diterima Dinas Pendapatan Daerah khususnya Sub Dinas Pajak dan Retribusi untuk mengelola Pajak Reklame, maka disusun rencana kegiatan dan pengelolaan pajak reklame sebagai sumber keuangan Daerah, dalam hubungan dengan kewenangan hukum tentang pengelolaan keuangan daerah itu. Dalam kutipan ini M. Hadi menyatakan bahwa: 6 Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikikan pula segala sesuatu baik uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban yang diterima secara hukum oleh suatu lembaga yang secara sah menjalankan pengelolaan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dan membahas lebih lanjut tentang Pendapatan Pajak Reklame Kabupaten Wonogiri dalam Perda No. 3 Tahun 1998 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan : 1. Bagaimana peran dan kontribusi Pendapatan Pajak Reklame dalam Perda No. 3 Tahun 1998 di Kabupaten Wonogiri dalam peningkatan PAD? 2. Faktor apa yang menjadi penyebab rendahnya realisasi pajak reklame? 3. Bagaimana aspek hubungan hukum Perda No. 3 Tahun 1998, dengan Subjek dan Objek reklame di Kabupaten Wonogiri? 6 Munawir, Perpajakan, Andi, Yogyakarta, 1999, hal 51 8

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan deskripsi pendapatan Pajak Reklame berdasarkan Perda No. 3 Tahun 1998 2. Untuk mencari dan mengungkapkan faktor-faktor penyebab rendahnya realisasi Pajak reklame di Kabupaten Wonogiri. 3. Untuk memberikan ekplanasi/penjelasan tentang dampak Peraturan Daerah no. 3 Tahun 1998 tersebut terhadap Subjek dan Objek Pajak Reklame di Kabupaten Wonogiri D. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai pendapatan pajak reklame dalam Perda No. 3 Tahun 1998 Kabupaten Wonogiri, diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran guna pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan Pemerintah daerah pada khususnya yang langsung mengikat dengan penerimaan pendapatan asli daerah, khususnya pendapatan pajak reklame. 2. Memberikan masukan kepada para pelaksana pemerintah daerah khususnya Kabupaten Wonogiri dalam membuat kebijakan dalam 9

melaksanakan pembangunan yang dapat meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah khususnya penerimaan dari pajak reklame. 3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada para pelaksana pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri dalam melakukan revisi/pembaruan aturan hukum Perda No. 3 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame. E. Kerangka Teoretik Untuk mempermudah arah penelitian diperlukan kerangka teoretis. Uraian skematis kerangka teoretis adalah sebagai berikut: Gambar 1 Kerangka Pemikiran Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Otonomi Daerah Secara Luas Sub Dinas Pajak dan Retribusi Dipenda Kab. Wonogiri Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1998 Pajak Reklame Pendapatan Asli Daerah 10

Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah daerah, Pemerintah dan masyarakat di daerah diisyaratkan untuk lebih responsif dan berkompetensi tinggi untuk berhadapan langsung dengan tantangan dan peluang yang ditawarkan arus globalisasi. Salah satu faktor utama dalam kondisi itu adalah lembaga legislatif, yang oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 diberi peranan untuk mengupayakan terwujudnya daerah yang maju serta masyarakat yang sejahtera dan berdaulat. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Undangundang ini mengatur tentang seluruh penyelenggaraan pemerintahan di daerah, salah satunya mengenai aparatur Pemerintah daerah. Aparatur Pemerintah Daerah itu sendiri terdiri dari Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Sekretariat Daerah, Dinas-dinas Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Jabatan-jabatan biasanya dikumpulkan dalam suatu organisasi yang menjalankan tugas daerah dari suatu sektor tertentu dari kehidupan masyarakat. Organisasi itu dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 disebut Dinas Daerah. Dinas Daerah merupakan salah satu unsur pelaksana Daerah. Urusan-Urusan yang diselenggarakan oleh Dinas-dinas Daerah adalah urusan-urusan yang telah menjadi urusan rumah tangga Daerah. 11

Pembentukan, susunan organisasi dan formasi Dinas Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Peraturan Daerah itu untuk dapat berlaku memerlukan pengesahan lebih dahulu dari pejabat yang berwenang. Berbagai sumber pendapatan Daerah seperti pajak reklame yang dipungut kepada semua pengusaha maupun perorangan yang menyelenggarakan promosi dalam bentuk apapun dikenakan pajak yang mana pajak reklame tersebut telah diatur dalam Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1998 Kabupaten Wonogiri. Pajak reklame merupakan kewajiban hukum bagi semua pihak yang menyelenggarakan promosi baik berbentuk reklame papan, reklame bersinar, reklame film, reklame slide kaca, reklame suara, reklame kendaraan, reklame peragaan, reklame tempel maupun selebaran. Pajak reklame memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Pendapatan reklame menjadi salah satu indikator yang mendukung pendapatan asli daerah, karena pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber yang harus diusahakan oleh daerah untuk membiayai kegiatan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan pembangunan. Pemerintah diharuskan menggali sumber-sumber yang ada di daerah tersebut sesuai dengan kewenangan, hak dan kewajiban yang dimiliki secara hukum semua prakarsa sepenuhnya diserahkan kepada daerah untuk menentukan kebijakan, pelaksanaannya maupun pembiayaannya. Pendapatan Asli Daerah diperoleh dari sumber-sumber keuangan daerah yang pengelolaannya ditetapkan 12

berdasar Peraturan Daerah dan Undang-undang yang mengatur masalah tersebut. F. Metode Penelitian Untuk dapat menghasilkan kajian terhadap permasalahan yang ada sehingga tercapai tujuan dan manfaat yang diharapkan maka diperlukan adanya data-data yang akurat yaitu sesuai dengan kebutuhan secara validitas (dipercaya) maupun reliabilitasnya (keajegan). Data yang akurat tersebut hanya dapat diperoleh dengan penelitian yang benar dan sesuai dengan kebutuhan. Dalam sub bab metode penelitian ini dapat dijelaskan berbagai hal yang meliputi: 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri tepatnya pada Dinas Pendapatan Daerah Wonogiri. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan ini adalah deskriptif analisis, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran selengkapnya tentang implementasi Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1998 tentang pajak reklame, yang ditinjau dari sudut penelitian hukum, penelitian ini merupakan penelitian sosiologis, yakni penelitian tentang berlakunya hukum positif, dengan pendekatan interaksional menggunakan analisis yang kualitatif. 3. Objek Penelitian 13

Semua penyelenggara reklame baik orang pribadi maupun badan yang menyelenggarakan atau memesan reklame. 4. Sumber Data a. Data Primer Yaitu data yang didapat secara langsung dari sumbernya baik dari responden objek pajak maupun subjek pajak yang digunakan sebagai subjek penelitian. b. Data Hukum Sekunder 1. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri No. 3 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame. 2. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 3. Undang Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. c. Data Hukum Tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun sekunder. 5. Metode tehnik pengumpulan data Untuk mengumpulkan data, penulis mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi 14

Penulis mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap objek penelitian yaitu Kantor Dipenda Kabupaten Wonogiri dan Wajib Pajak Reklame di Kabupaten Wonogiri tentang keadaan sebenarnya dari masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh sebanyak mungkin data yang akan dipergunakan dalam penyusunan tesis ini. b. Kuesioner Dilakukan dengan teknik random sampling terhadap objek pajak dan subjek pajak sebanyak 30 responden dengan tujuan untuk mengetahui faktor penyebab tingginya pelanggaran pajak reklame. c. Wawancara wawancara dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang penulis perlukan, maka penulis mengadakan wawancara dengan pejabat/petugas pajak di lingkungan Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonogiri. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan : 1. Subjek Pajak 2. Objek Pajak 3. Petugas Pajak 15

d. Studi kepustakaan Teknik pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku leteratur, majalah, koran dan peraturan-peraturan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 6. Analisis Data Langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah: a. Inventarisasi Peraturan Inventarisasi peraturan yang dilakukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1) Inventarisasi hukum perundang-undangan yang berlaku 2) Inventarisasi hukum dalam praktik administrasi Penafsiran hukum yang peneliti pakai adalah: 1) Penafsiran gramatikal Penafsiran didasarkan pada tata bahasa dalam hukum primer maupun hukum sekender 2) Penafsiran historis Penafsiran historis adalah penafsiran berdasarkan urutan waktu sejarah yang melatarbelakangi terhadap adanya hukum primer, sekunder dan tersier. 3) Penafsiran sistematik Penafsiran sistematik adalah penafsiran secara struktural dan fungsional terhadap hukum primer, sekunder dan tersier 16

b. Analisis Untuk menganalisis data ini penulis menggunakan teknik analisis normatif kualitatif, yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan norma hukum, doktrin dengan data-data yang telah diolah dan untuk selanjutnya simpulan akan ditarik secara deduktif. Kualitatif yang dimaksudkan di sini adalah mempertimbangkan antara hasil penelitian lapangan dengan hasil kajian kepustakaan. Penelitian kepustakaan yang dilakukan adalah membandingkan antara peraturanperaturan mengenai masalah implementasi peraturan Daeah Nomor 3 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame. G. Sistematika Penulisan Tesis Di dalam bab I Pendahuluan, Penulis membicarakan masalahmasalah yang berkaitan dengan isi keseluruhan dari tesis. Yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, perumusan masalah, Tujuan Penelitian, manfaat penelitian, Kerangka Teoretik, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Sementara itu bab II dalam penelitian ini membahas Tinjauan Pustaka, yang berisi Pengertian Implementasi Hukum yang menjabarkan tentang pengertian implementasi hukum menurut beberapa ahli, pengertian kebijakan publik menjabarkan berbagai pengertian tentang kebijakan publik, serta gaya perumusan kebijakan. Sub Bab selanjutnya yaitu tentang Pengertian Pajak, Dasar Hukum, Syarat Pemungutan Pajak, Fungsi Pajak, Asas Pemungutan Pajak, Tarif Pajak dan Jenis Pajak, pengertian tentang 17

Pajak, Dasar Hukum, Syarat Pemungutan Pajak, Fungsi Pajak, Asas Pemungutan Pajak, Tarif Pajak dan Jenis Pajak. Bab III dalam Tesis ini berisi tentang gambaran umum daerah penelitian yang terdiri dari Sub Bab keadaan wilayah Wonogiri yang menyajikan gambaran umum kondisi wilayah Wonogiri termasuk batas-batas wilayah, luas wilayah, dan jumlah penduduk, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah menyajikan tugas pokok, dan fungsi dari Dinas Pendapatan Daerah, sedangkan sub Bab berikutnya yaitu Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah, dalam sub Bab ini disajikan gambaran secara global Tentang Struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah, dan Job Discription dari masing-masing bagian. Bab IV Pada penulisan Tesis ini merupakan analisa data dan pembahasan yang terdiri dari sub Bab Hasil Penelitian, pada bagian ini terasji hasil penelitian yang dilakukan, meliputi Reklame di Kabupaten Wonogiri, objek pengenaan pajak reklame, prosedur pendaftaran wajib pajak reklame yang telah terdaftar, prosedur pembayaran pajak reklame, tarif pajak reklame, lokasi pemasangan reklame, dan ketentuan isi reklame. Selanjutnya Sub Bab Pembahasan penulis manyajikan data-data hasil survey di lapangan dan analisa tentang pendapatan pajak reklame dalam peraturan daerah Nomor 3 Tahun 1998, faktor-faktor penyebab rendahnya realisasi pajak reklame dan aspek peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1998 terhadap subjek dan objek pajak. 18

Bagian terakhir dari Tesis ini adalah Bab V yang merupakan Bagian Penutup, Bab V Tesis ini berisi tentang Simpulan yaitu memuat kesimpulankesimpulan yang diperoleh dari analisa dan pembahasan sebelumnya. Sedangkan Sub Bab terakhir adalah saran, pada Sub Bab ini penulis menyajikan beberapa saran dan pendapat-pendapat yang berguna pada penelitian selanjutnya dan berguna dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan Pajak reklame. 19