BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah Pengangguran di Indonesia masih belum bisa diatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

Entrepreneurship and Inovation Management

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

Pangestu Furniture & Craft

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berusaha menemukan jati dirinya. Pada masa ini lingkungan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi kedalam kehidupan. Visi ini

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat, mendapat keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan meningkatkan harga dirinya. Secara sosial, individu yang bekerja mendapat status sosial yang lebih terhormat daripada yang tidak bekerja dan individu yang bekerja secara psikologis kompetensi dirinya akan meningkat. Ada berbagai jenis pekerjaan yang dapat dipilih individu, antara lain menjadi Pegawai Negeri (PN), swasta atau berwirausaha. Kasubdit Analis Pasar Kerja Kemenakertrans Sri Indarti menyatakan bahwa peluang kerja sektor pemerintah di Indonesia mencapai 70 persen lebih tinggi daripada sektor berwirausaha (Indarti, 2014). Namun peluang pekerjaan di sektor berwiraysaha yang terbuka kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pencari kerja atau tenaga kerja produktif yang menganggur. Hal ini berimbas pada meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur. Kemenakertrans mencatat, hingga tahun 2013 di Indonesia terdapat sedikitnya 8,7 juta orang tenaga kerja berpendidikan yang menganggur, Depdikbud (2013) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan sebuah negara menjadi maju adalah ketika jumlah wirausahawan yang terdapat di negara tersebut berjumlah 2% dari populasi penduduknya. Saat ini, jumlah wirausaha yang terdapat di Indonesia mencapai 400 ribu jiwa atau kurang dari 1% 1

2 populasi penduduk Indonesia yang berkisar 250 juta jiwa. Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan yang terjadi di Amerika Serikat misalnya yang memiliki jumlah wirausaha sebesar 11,5% dari populasi penduduknya atau negara tetangga yaitu Singapura dengan 7,2% warganya bekerja sebagai wirausaha. Efeknya tidak mengherankan bila kedua negara tersebut menjadi salah satu negara dengan perkembangan ekonomi termaju di dunia. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa orang Indonesia yang bekerja di bidang wirausaha sangat rendah. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Datania, dkk., (2014) pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014, diketahui bahwa masih kurangnya minat berwirausaha mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung, hanya 35% atau 60 mahasiswa dari 200 reponden penelitian. Lebih jelas dalam laporan Direktorat Jenderal Pemuda dan Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas (Silalahi, dalam Yuwono dan Partini, 2008) menyatakan bahwa pada tahun 2005, dari 75,3 juta pemuda Indonesia, 6.6% adalah sarjana. Dari jumlah tersebut, 82% bekerja pada instansi, dan hanya 18% yang berwirausaha. Padahal makin banyak sarjana berwirausaha akan mempercepat pemulihan ekonomi. Dua kutipan di atas dapat dipahami bahwa lulusan sarjana yang berwirausaha termasuk rendah, hanya 18% dari 496,98 ribu sarjana. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan masih banyak lulusan sarjana yang bergantung pada fasilitas orang tua, kurangnya kreativitas lulusan sarjana untuk mengelola modal usaha, kurangnya keberanian untuk mengambil resiko untuk berwirausaha. Dengan kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa minat dan kreativitas lulusan sarjana dalam bidang wirausaha masih rendah. Melihat fenomena tersebut penting bagi universitas untuk

3 memperhatikan dan memberikan binaan kewirausahaan pada mahasiswa sebagai dasar pengetahuan, sehingga dapat memotivasi mahasiswa untuk menekuni bidan wirausaha. Orang yang memiliki jiwa kewirausahaan memiliki ciri antara lain mempunyai visi yang jelas, kreatif dan inovatif, jeli melihat peluang, mampu berorientasi pada kepuasan konsumen, keuntungan finansial, berani menanggung resiko, berjiwa kompetisi secara sehat dan adil, cepat, tanggap dan gerak cepat dan terakhir seorang wirausaha harus memiliki jiwa sosial. Kreativitas individu dalam berwirausaha penting untuk diperhatikan, sebab kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Depdikbud, 2015). Setiyono (2015) menyatakan bahwa pola pikir kreatif penting bagi lulusan sarjana untuk tidak terpaku pada pekerjaan ikut perusahaan atau menjadi pegawai negeri, mahasiswa harus memiliki pola pikir kreatif membuat usaha sendiri. Tapi kenyataan hanya beberapa mahasiswa yang memiliki kreativitas dalam membuka usaha baru. Sebagian besar lulusan sarjana melakukan usaha ikut usaha orang lain yang sudah berhasil atau meniru usaha yang sudah dilakukan orang lain dapat juga membeli license franchise yang banyak ditawarkan di media cetak. Hal ini membuat persaingan bisnis semakin ketat dan usaha tidak berhasil, karena tidak memiliki mental kuat. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa lulusan sarjana memiliki kreativitas rendah dalam berwirausaha, ciri kreativitas berwirausaha rendah ditunjukkan dengan perilaku sebagian besar lulusan sarjana melakukan wirausaha ikut-ikutan usaha

4 orang lain yang sudah berhasil atau meniru usaha yang sudah dilakukan orang lain dapat juga membeli license franchise yang banyak ditawarkan di media cetak. Rendahnya kreativitas dalam berwirausaha dapat dimaklumi mengingat individu menggangur dan membutuhkan pekerjaan, sehingga individu bekerja sebagai wirausaha tidak diimbangi dengan kemampuan. Akibatnya, individu kalah dalam bersaing dan mengalami kegagalan dalam berwirausaha. Oleh sebab itu, kreativitas tinggi diperlukan bagi seseorang yang bekerja di dibidang wirausaha. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa pada kenyataannya, tidak semua sarjana yang bekerja di bidang wirausaha memiliki kreativitas tinggi, sebagian besar lulusan sarjana memiliki kreativitas rendah dalam berwirausaha. Hidayat (2015) dosen Teknik Informatika Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, menjelaskan bahwa mahasiswa sangat potensial menjadi penyumbang sumber daya manusia (SDM) berkualitas, untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Karena itu, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu menjadi pemuda inovatif, pemuda cerdas, dan pemuda kreatif. Kreativitas dalam berwirausaha rendah ditemui di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 30 mahasiswa pskologi, khususnya yang ikut mata kuliah kewirausahaan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) terdiri dari 4 aitem pernyataan diperoleh jawaban: (1) tidak mampu menghasilkan ide dengan jawaban sebesar 66,6% (20 mahasiswa), (2) tidak mempunyai motivasi berwirausaha sebanyak 60% (18 mahasiswa), (3) memiliki rasa takut gagal sebanyak 73,3% (22 mahasiswa), dan (4) kurang mampu berkonsentrasi dalam usaha sebesar 83,3% (25 mahasiswa). Dari hasil penyebaran kuesioner pada

5 tanggal 29 Februari 2016 ini dapat diketahui bahwa mahasiswa psikologi yang ikut mata kuliah kewirausahaan di UMS memiliki kreativitas rendah sebesar 68,25%. Uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa ada permasalahan pada mahasiswa psikologi, khususnya yang ikut mata kuliah kewirausahaan di UMS mengenai rendahnya kreativitas berwirausaha pada mahasiswa. Hal ini dapat diketahui bahwa 50% lebih mahasiswa dari 30 orang memiliki ciri-ciri: (1) tidak mampu menghasilkan ide (2) tidak mempunyai motivasi berwirausaha (3) memiliki rasa takut gagal, dan (4) kurang mampu berkonsentrasi dalam usaha. Ciri-ciri kreativitas dijelaskan oleh Supardi (2004) tentang pemikiran kreatif dalam berwirausaha sebagai berikut: (1) sensitif terhadap masalah-masalah, (2) mampu menghasilkan sejumlah ide besar, (3) fleksibel, (4) mau mendengarkan perasaan, (5) keterbukaan, (6) mempunyai motivasi, (7) bebas dari rasa takut gagal, (8) mampu berkonsentrasi, dan (9) mempunyai kemampuan memilih. Dari data yang diperoleh pra penelitian pada mahasiswa fakultas psikologi, dari 10 mhasiswa yang memiliki usaha yang telah berkembang, terdapat 35 mahasiswa yang memiliki usaha kecil-kecilan. Terdiri dari 33 mahasiswa perempuan dan 12 mahasiswa laki-laki. Jenis produk yang dijual meliputi makanan, sandang, elektronik, dan lain-lain. Berdasar data diatas, dapat diketahui alasan mahasiswa berwirausaha yaitu untuk memperoleh penghasilan sendiri dan dapat meringankan beban orangtua. Apabila usaha yang dilakukan mahasiswa telah berhasil kemudian dapat dikembangkan ide-ide baru dalam kreativitas berwirausaha setelah kuliah selesai sebagai mata pencaharian. Diperjelas oleh Supardi (2004) bahwa dalam mengelola usaha, keberhasilan seorang wirausaha terletak pada sikap dan kemampuan berusaha, serta memiliki

6 semangat kerja yang tinggi. Seorang wirausaha memerlukan kreativitas dan rasa percaya pada diri sendiri untuk maju dalam berwirausaha. Seorang Wirausaha yang kreatif dapat menciptakan hal-hal yang baru untuk mengembangkan usahanya. Kreativitas dapat menyalurkan inspirasi terhadap gagasan-gagasan baru untuk kemajuan dalam bidang usahanya. Dalam hubungan ini, berpikir kreatifnya seorang wirausaha dapat merombak dan kemudian mendorongnya dalam pengembangan lingkungan menjadi berhasil. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kreativitas berwirausaha dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Hal ini sesuai pendapat As ad (2001) yang menyatakan bahwa keberhasilan seorang wirausaha apabila ditinjau dari karakteristik psikologi dipengaruhi oleh personal orang tersebut salah satunya adalah kepercayaan diri. Percaya terhadap kemampuan diri sendiri untuk bekerja dengan ide kreatif, bersikap optimis dan dinamis, dan mempunyai kemampuan untuk menjadi pemimpin. Kepercayaan diri adalah sikap dan keyakinan seseorang dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Dengan adanya kepercayaan diri akan berpengaruh pada individu pada gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, dan kegairahan berkarya. Percaya diri merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan wirausahawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2013) menyimpulkan bahwa faktor yang menentukan keberhasilan wirausaha antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kepercayaan diri, motivasi yang timbul dari dalam diri pelaku usaha, pengalaman dan pendidikan yang dimiliki wirausaha serta kepribadian wirausaha tersebut. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan kerja.

7 Permasalahan tentang rendahnya kreativitas kerja seseorang yang terjun dalam bidang berwirausaha. Hal tersebut dapat dipahami mengingat individu bekerja di bidang wirausaha hanya ikut-ikut orang lain yang telah berhasil tanpa memahami kemampuan diri sendiri atau kurang memiliki kepercayaan diri. Mahasiswa yang kurang memahami kemampuan diri sendiri berdampak pada kepercayaan diri rendah. Kepercayaan diri merupakan salah satu faktor kreativitas berwirausaha. Salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas berwirausaha yaitu kepercayaan diri. Atas dasar temuan di lapangan tersebut, peneliti mangajukan pertanyaan yaitu apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kreativitas berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Guna menjawab pertanyaan tersebut, maka dalam penelitian ini berjudul: Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kreativitas Berwirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan dan pertanyaan di latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan: 1. Ingin mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan kreativitas berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi di UMS. 2. Ingin mengetahui tingkat kepercayaan diri dan kreativitas berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi di UMS. 3. Mengetahui besar sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap kreativitas berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi di UMS.

8 C. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menambah khasanah keilmuan dalam bidang psikologi khususnya psikologi industri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa apabila hipotesis penelitian ini terbukti, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa agar memahami pentingnya hubungan antara kepercayaan diri dengan kreativitas berwirausaha. b. Bagi pimpinan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta dapat dijadikan sebagai infomasi mengenai pentingnya hubungan antara kepercayaan diri dengan kreativitas berwirausaha, sehubungan dengan mata kuliah kewirausahaan. c. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan penelitian ini memberikan referensi dan tambahan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang sama.