Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012 ISBN :

dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN BAGI PENGGUNA PROGRAM KOMPUTER JOKO TINGKIR

PANDUAN PRAKTIS PENGUKURAN DURASI RUPTURE GELOMBANG PRIMER SECARA MANUAL MENGGUNAKAN SOFTWARE SEISGRAM2K

ANALISIS PERBEDAAN ESTIMASI PARAMETER TSUNAMI MENGGUNAKAN SOFTWARE EARLY-EST DAN JOKO TINGKIR UNTUK GEMPA BUMI DI INDONESIA

VALIDITAS DAN RELIABILITAS SOFTWARE JOKO TINGKIR UNTUK DETEKSI DINI BENCANA TSUNAMI DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN TAHUN

Integrasi Jaringan InaTEWS Dengan Jaringan Miniregional Untuk Meningkatan Kualitas Hasil Analisa Parameter Gempabumi Wilayah Sumatera Barat

Abstract. Abstrak Pendahuluan Sistem informasi pada monitoring gempa bumi

ESTIMASI KARAKTERISTIK DURASI RUPTURE PADA GEMPA PEMBANGKIT TSUNAMI STUDI KASUS: GEMPA BUMI NIAS, 28 MARET 2005

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

KORELASI MAGNITUDO GEMPA BUMI LOKAL DENGAN PERIODE DOMINAN GELOMBANG P UNTUK PERINGATAN DINI TSUNAMI. Dewi HR, Madlazim

Seminar Nasional Gempabumi dan Tsunami Rangkaian Acara Bulan Kemerdekaan RI ke 72

GEMPABUMI AKIBAT UJICOBA NUKLIR KOREA UTARA AWAL 2016

Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 1 No. 2, Desember 2011 ISSN:

PROTOTYPE EARLY WARNING SYSTEM DAN PEMANTAU KETINGGIAN AIR LAUT

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012 ISBN :

LAPORAN GEMPABUMI Manokwari, 4 Januari Pusdatin Geofisika Tim Penyusun

PENENTUAN ARAH RUPTURE MENGGUNAKAN EVALUASI DURASI RUPTURE DI DAERAH SUMATRA. Abstract

KORELASI ANTARA MAGNITUDO GEMPABUMI LOKAL DENGAN PERIODE DOMINAN GELOMBANG P DI WILAYAH SUMATRA BARAT

LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010

ESTIMASI MAGNITUDO GEMPABUMI LOKAL DENGAN MEMANFAATKAN PERIODE DOMINAN GELOMBANG P DI PROVINSI MALUKU UTARA

Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS Versi Ringkasan Juni 2013

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

Kondisi Kestabilan dan Konsistensi Rencana Evakuasi (Evacuation Plan) Pendekatan Geografi

SISTEM KONTROL KONDISI PERALATAN SEISMOGRAPH JARINGAN INATEWS. Oleh : Bidang Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DEPUTI BIDANG GEOFISIKA

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1

PENENTUAN MODEL KECEPATAN LOKAL 1-D GELOMBANG P DAN S SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN DI WILAYAH SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN METODE INVERSI ALGORITMA GENETIKA

MODEL KECEPATAN 1-D GELOMBANG P DAN RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DI BENGKULU MENGGUNAKAN METODE COUPLED VELOCITY HIPOCENTER

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI JAWA BARAT DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN METODE MJHD

ANALISA TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPABUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT SKRIPSI MELKI ADI KURNIAWAN NIM

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1

RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

Analisis Mekanisme Gempabumi Sorong 25 September 2015 (WIT) (Preliminary Scientific Report)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode Single Event Determination(SED), alur kedua

NEPAL MASIH PUNYA POTENSI GEMPA BESAR

Prosiding Seminar Tahunan Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang BMKG Tahun 2012 ISBN :

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014)

Menuju Indian Ocean Wave 09

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PICKING DATA MIKROSEISMIK

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

FORMULA EMPIRIS PENENTUAN MAGNITUDO MENGGUNAKAN TIGA DETIK PERTAMA GELOMBANG P (STUDI KASUS STASIUN CISI, GARUT JAWA BARAT)

ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)

Peningkatan Kesiap siagaan Bencana Tsunami berbasis Budaya IPTEK

RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DENGAN MAGNITUDO 5,0 DI WILAYAH SUMATERA UTARA PERIODE TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar Gambar Beberapa Gunungapi di Pulau Jawa

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

BAB III METODA PENELITIAN

Layanan Peringatan dari BMKG

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

PEMODELAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT GEMPA BUMI TEKTONIK DASAR LAUT DI DAERAH PULAU NIAS DAN SEKITARNYA SKRIPSI METAR YOSEPLIN HUTAURUK

ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (1): 39 54

ANALISIS RESPONS SPEKTRA GELOMBANG SEISMIK HASIL REKAMAN ACCELEROGRAM DI STASIUN SEISMIK KARANGKATES

*

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini

S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!!

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS RADIO INTERNET

Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami Melalui Pendekatan Finite Difference Method

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PENGGUNAAN METODE FIS MAMDANI DALAM MEMPERKIRAKAN TERJADINYA GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT GEMPA BUMI

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

PENERAPAN METODE POLARISASI SINYAL ULF DALAM PEMISAHAN PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DARI ANOMALI GEOMAGNET TERKAIT GEMPA BUMI

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI

BAB II DASAR TEORI SISTEM PERINGATAN DINI TERHADAP TSUNAMI

RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DI SULAWESI TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEIGER DAN COUPLED VELOCITY-HYPOCENTER

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

5 Mitos Bencana Alam Yang Terbantahkan

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pembuatan Perangkat Lunak Untuk Memodelkan Deformasi Dasar Laut Akibat Sesar Dengan Slip Homogen Atau Bervariasi

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Peringatan Dini Tsunami Dengan Menggunakan Pendeteksian Gelombang Primer dan Pemanfaatan Layanan Pesan Singkat

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung

SISTEM DISEMINASI INFORMASI WRS CLIENT DVB DI SUMATERA BARAT DALAM PERINGATAN DINI BENCANA ALAM

VISUALISASI PENJALARAN GELOMBANG TSUNAMI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT

ANALISIS COULOMB STRESS GEMPA BUMI DELI SERDANG 16 JANUARI 2017

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

Studi Karakterisasi Gempa Pembangkit Tsunami

Transkripsi:

ISBN : 978-979-15549-8-5

PROSIDING SEMINAR TAHUNAN HASIL-HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSLITBANG BMKG TAHUN 2012 JAKARTA, 15 MEI 2013 PENGARAH: Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng KETUA DEWAN REDAKSI: Dr. Masturyono, M.Sc DEWAN REDAKSI: Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA Drs. Suratno. M.Si Ir. Fachrizal, M.Sc REDAKSI PELAKSANA: Roni Kurniawan, S.T, M.Si Muhammad Najib Habibie, S.Kel Drajat Ngadmanto, S.Si Utoyo Ajie Linarka, S.T PANITIA PENYELENGGARA: Ketua: M.S. Yulianti, S.Si, Wakil Ketua: Roni Kurniawan, S.T, M.Si., Sekretaris & Bendahara: Dyah Lukita Sari, M.T, Seksi Persidangan: Welly Fitria, S.Si, Ratna Satyaningsih, M.Si, Angga Setiyo Prayogo, M.Si, Seksi Dokumentasi: Ozwald Rozar Putratama, Boko Nurdiyanto, S.Si, Yuaning Fajariana, S.Kom, Wido Hanggoro, S,Si, Seksi Konsumsi: Titah Sri Rudati, S.E

DESAIN SISTEM PENENTUAN POTENSI TSUNAMI MENGGUNAKAN : RUPTURE DURATION (Tdur), TIME DOMINAN (Td) DAN T50EX SYSTEM DESIGN OF TSUNAMI POTENCY DETERMINATION USING CALCULATIONS OF RUPTURE DURATION (TDUR), DOMINANT PERIOD (TD), AND t50ex Masturyono, Thomas Hardy, Pupung Susilanto, Wiko Setyonegoro, Drajat Ngadmanto, Madlazim Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Jl. Angkasa I/No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 INDONESIA ABSTRAK Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia, adalah suatu sistem yang sangat vital dalam rangka mitigasi bencana alam tsunami. Sistem ini dikembangkan setelah kejadian tsunami Aceh 2004, yang terdiri dari Sistem monitoring gempabumi secara real time dan sistem monitoring perubahan permukaan laut. Monitoring gempa bumi bertujuan untuk mengetahui datangnya potensi ancaman tsunami akibat gempa bumi, sedangkan monitoring perubahan permukaan air laut digunakan untuk konfirmasi apakah tsunami benar-benar terjadi. Salah satu kriteria untuk menentukan potensi tsunami adalah magnitudo gempa bumi. Namun magnitudo gempa bumi bukan merupakan indikator timbulnya tsunami secara umum. Hanya gempa tertentu saja yang indikator timbulnya tsunami dapat dilihat dari besarnya magnitude. Lomax dan Michelini (2009), telah mengusulkan bahwa indikator potensi tsunami dapat dilihat dari rupture duration (Td), Time dominan (Tdom) dan T50EX. Metode ini dikembangkan pula oleh Madlazim untuk studi kasus gempa bumi di Indonesia. Hasil pengembangannya sudah digunakan untuk ujicoba secara offline. Hasil uji coba disimpulkan bahwa system tersebut akurat dan dapat dikembangkan untuk memperkuat InaTEWS dalam penentuan Potensi Tsunami. Dalam penelitian ini disusun rancang bangun sistem yang implementasinya untuk uji coba secara real time menggunakan data jaringan InaTEWS secaralangsung. Dalam pengembangan tersebut perlu membuat tampilan GUI untuk dapat disandingkan dengan tampilan InaTEWS yang telah ada. Kata Kunci : peringatan tsunami, rupture duration, time dominan, T50EX, ujicoba ABSTRACT Tsunami Early Warning System is the most important.system in tsunami hazard mitigation. This system develop after Aceh tsunami 2004 occurred. Its consist of real time earthquake monitoring system and water level monitoring. Earthquake monitoring detectingpotential tsunami hazard, meanwhile water level monitoring used to confirm if tsunami is occurring. Earthquake magnitude is one of criteria to determine tsunami potency, but it is not tsunami indicator generaly. Only certain earthquakes which the onset of tsunami can be seen from the magnitude as indicators. Lomax and Michelini (2009), proposed that potential tsunami indicators can be seen from the rupture duration (Td), Time predominant (Tdom) and T50EX. This method was also developed by Madlazim to study earthquakes in Indonesia. Offline test has been done and the results concluded that the system is accurate and can be developed to strengthen the Potential Tsunami determination on InaTEWS. This research is built system design that be able to test in real time using InaTEWS data network directly. GUI are needed on system develoment to get along with InaTEWS. Keywords: tsunami early warning, rupture duration, dominant period, T50EX, 154

PENDAHULUAN Sistem peringatan dini tsunami indonesia (InaTEWS) mulai dibangun sejak tahun 2005, saat ini telah dapat berfungsi memberikan informasi Potensi Tsunami dalam waktu 5 menit setelah gempa bumi terjadi. Penentuan potensi tsunami, ditentukan bersarkan pada paramater gempa bumi yaitu kedalaman < 70 km, magnitude > 7, sumber gempa dilautan (P.J.Prih Harjadi, 2008). Pembangunan dilakukan secara bertahap dan kriterian potensi tsunami juga diperbaruhi sesuai dengan hasil evaluasi terhadap warning yang telah dikeluarkan. InaTEWS secara resmi beroperasi setelah dilakukan peresmian oleh Presiden SBY pada tanggal 11 Nopember 2008. Hasil analisa potensi tsunami ini diteruskan ke sistim DSS (Decision Support System), yang akan memberikan rincian warning, sesuai hasil perhitungan parameter gempa bumi tersebut. Dalam penerapannya menunjukan bahwa akurasinya kriteria ini masih perlu sempurnakan. Matlazim (2011a, 2011b,2011c, 2012b, 2012b)telah mengembangkan program komputer yang berfungsi untuk menghitung estimasi parameter sumber gempa bumi : durasi rupture (Tdur), periode dominan (Td), durasi lebih dari 50 detik (T50Ex) dari gelombang P yang terekam oleh stasiun seismik lokal. Parameter ini merupakan parameter sumber gempa bumi yang dapat digunakan memberikan deskripsi tentang luas rupture dari suatu gempa bumi. Software ini juga dapat menghitung perkalian antara Tdur dengan Td dan perkalian antara Td dengan T50Ex, dimana hasil perkalian ini menjadi indikator kuat untuk potensi timbulnya tsunami. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua hasil perkalian tersebut, maka perkalian antara T50Ex dengan Td yang bisa digunakan untuk mengambil keputusan untuk menentukan Potensi tsunami. Software ini telah di ujicoba secara off line dengan menggunakan data wave form secara langsung format miniseed, sehingga software ini lebih cepat membaca seismogram secara real time, tanpa perlu mengkonversi lebih dahulu ke dalam format SAC atau lainnya. Kecepatan komputasi terhadap parameter-parameter gempa bumi tersebut bergantung pada jumlah data yang diproses. Sebagai contoh jika jumlah data seismogram yang diproses ada 20 stasiun, maka waktu yang diperlukan oleh oleh software tersebut hanya sekitar 18 detik, sehingga software ini dapat dikembangkan untuk menyempurnakan indikator potensi tsunami di InaTEWS. Untuk menuju ke implementasi software tersebut dapat digunakan dalam InaTEWS, maka perlu dilakukan uji coba, dengan data real time dari jaringan gempa bumi InaTEWS. Ujicoba akan dilakukan di Lab Komputasi Litbang Geofisika BMKG secara rutin, untuk mendapatkan hasil validasi baik dari segi waktu proses maupun akurasi dari prediksi Potensi Tsunami. Dalam paper ini dipresentasikan Desain Sistem Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan : Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX, yang akan diimplementasikan tahun 2013. METODE PENGEMBANGAN Untuk pengembangan Desain (Rancang Bangun) Sistem Penentuan Potensi Tsunami menggunakan : Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX, dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : a. Kajian pustaka untuk konsep dan implentasi dari InaTEWS. b. Kajian pustaka untuk pengembangan metode Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX c. Penyusunan diagram blok Sistem Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan : Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX d. Kebutuhan dan Spesifikasi Perangkat Keras HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN a. Kajian pustaka untuk grand design dan implentasi dari InaTEWS (Harjadi, 2008). Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia, yang dikenal dengan InaTEWS (indonesia Tsunami Early Warning System), adalah suatu sistem yang produknya berupa peringatan dini akan adanya potensi tsunami. Sistem ini tidak dapat memastikan apakah tsunami benar-benar terjadi dalam waktu 5 menit setelah gempa bumi terjadi, tetapi hanya dapat memberikan informasi 155

adanya potensi kejadian tsunami akibat terjadinya gempa bumi tektonik. Tetapi secara konseptual, sistem ini dapat memberikan informasi yang lebih lengkap seiring berjalannya waktu, karena selain berdasarkan parameter gempa bumi, InaTEWS juga dilengkapi dengan sistem monitoring perubahan permukaan laut, yaitu dengan menggunakan tsunami buoy, dan tide gauge. Tsunami buoy dirancang untuk dapat memberikan informasi perubahan ketinggian permukaan laut di tengah lautan, idealnya di dekat sumber tsunami. Sehingga konfirmasi terjadinya tsunami dapat diperoleh setelah atau bahkan bisa lebih dulu dari potensi tsunami yang dihasilkan dari analisa gempa bumi. Sistem ini dikembangkan dan dioperasikan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Sedangkan tide gauge, adalah sistem monitoring pasang sursut, yang umumnya dipasang di tepi pantai. Selain fungsi utamanya untuk monitor pasang surut, sistem ini dapat digunakan untuk memonitor kejadian tsunami setelah gelombangnya sampai di pantai. Secara konseptual, informasi ini memang terlambat untuk wilayah dimana alat itu di pasang, tetapi informasi dari alat ini sangat berguna untuk wilayah lain yang lebih jauh dari lokasi tide gauge. Untuk wilayah yang lebih jauh itu, informasi dari tide gauge merupakan peringatan tsunami yang paling dapat dipercaya untuk memperkirakan tingkat ancamannya. Sesuai dengan kesepakatan Nasional dalam pembangunan InaTEWS, sistem monitoring pasang surut merupakan tupoksi dari BIG (badan Informasi Geospasial). Untuk menyampaikan peringatan dini tsunami, dibangun juga sistem desiminasi, sehingga peringatan dini dapat sampai kepada aparatur yang berwenang dan masyarakat tepat waktu. Sistem diseminasi peringatan dini ini dibantu dengan DSS (Desicion Support System). DSS dirancang untuk dapat memberikan informasi lengkap tingkat ancaman tsunami di wilayah yang terancam oleh suatu kejadian tsunami tertentu. Paling tidak informasi waktu tiba dan perkiraan tinggi gelombang tsunami yang akan terjadi di sepanjang pantai dapat disajikan dari sistem ini. InaTEWS juga dilengkapi dengan alat bantu yang langsung sampai di lokasi pantai, yaitu sirine. Sirine ini dapat diaktifkan pada saat terjadi ancaman tsunami untuk wilayah tertentu. Penyebaran peringatan dini tsunami juga menggunakan alat komunikasi lain, misalnya SMS, Media massa : TV, radio, media elektronik (email), dan lain sebagainya. Semua peralatan tersebut digunakan untuk membantu penyampaian peringatan dini tsunami kepada masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. b. Kajian pustaka untuk pengembangan metode Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX Peringatan dini tsunami yang efektif untuk gempabumi yang terjadi di dekat garis pantai membutuhkan waktu sekitar 3 5 menit setelah origin time (OT) gempabumi untuk memastikan apakah gempabumi tersebut berpotensi terjadi tsunami atau tidak. Beberapa lembaga seismologi dunia seperti Japan Meteorology Agency (JMA), the Indonesian tsunami early warning system(ina-tews) dan West Coast and Alaska (WCATWC),Pasific Tsunami Warning Centres(PTWC) pertama kali mengidentifikasi gempabumi-gempabumi yang berpotensi menimbulkan tsunami berdasarkan parameterparameter gempabumi seperti lokasi, kedalaman dan magnitudo yang ditentukan secara cepat. Ina-TEWS menentukan kriteria gempabumi yang menimbulkan tsunami adalah magnitudo 7, episenter di laut, dan kedalaman < 100 km. Fakta telah menunjukkan bahwa walaupun kriteria tersebut sudah terpenuhi, tetapi tidak semua gempabumi tersebut dapat menimbulkan tsunami yang signifikan, contohnya gempa bumi Padang 30 September 2009 Mw= 7.6. Sementara itu gempabumi dengan magnitudo kurang dari 7 bisa menimbulkan tsunami, contohnya gempa bumi Flores 14 Mei 1995 dengan Mw= 6.9. Oleh karena itu kinerja peringatan dini tsunami perlu terus diperbaiki (Kumar et al., 2010). Besar dan dampak tsunami sangat terpengaruh oleh pergeseran lantai dasar laut yang berhubungan dengan panjang (L), lebar (W), mean slip (D), dan kedalaman (z), dari rupture gempabumi. Lomax dan Michelini (2009b; 156

2011) telah menemukan bahwa parameter panjang rupture dari suatu gempa bumi merupakan parameter yang paling dominan sebagai penyebab tsunami. Untuk mengukur panjang rupture diperlukan metode yang komplek dan membutuhkan waktu komputasi yang lebih lama, sehingga tidak layak digunakan untuk peringatan dini tsunami. Lomax and Michelini (2009b; 2011) juga telah menemukan hubungan antara L dan durasi rupture yang bisa dinyatakan bahwa durasi rupture sebanding dengan panjang rupture. Untuk mengestimasi durasi rupture (To atau Tdur) bisa dilakukan dengan cara menganalisis seismogramseismogram grup gelombang P yang dominan dari seismogram frekuensi tinggi dari gempa bumi, sehingga durasi rupture gempa bumi bisa digunakan untuk peringatan dini dari tsunami (Geist dan Yoshioka, 1996; Geist and Parsons, 2005; Olson and Allen, 2005). Parameter lain yang bisa dijadikan parameter peringatan dini tsunami adalah periode dominan dari gelombang P, yang merupakan nilai puncak dari Time Domain (τc). (2) T50 Exceedance (T50EX) adalah nilai perbandingan RMS ampiltudo saat durasi rupture (Tdur) mencapai 50-60s dengan rms amplitude saat durasi rupture 0 25 s. Software perhitungan Td, Tdur dan T50Ex ditulis menggunakan bahasa pemrograman BASH yang bisa running pada sistem operasi LINUX (UNIX). Software ini bisa di compile dan dijalankan dalam satu perintah (commandline) shell pada semua system LINUX (UNIX). Kompilasi ini membutuhkan software SeisGram2K60_20111209.jar yang bisa didownload di website: http://alomax.free.fr/seisgram/ver60/seisgram2 K_install.html. Software perhitungan Td, Tdur dan T50Ex merupakan program komputer yang berfungsi untuk mengestimasi parameter sumber gempa bumi; durasi rupture (Tdur), periode dominan (Td), durasi lebih dari 50 detik (T50Ex) dari gelombang P yang terekam oleh stasiun seismik lokal dengan menggunakan metode prosedur langsung. Software ini juga mengkomputasi perkalian antara Tdur dengan Td (Tdur * Td) dan perkalian antara Td dengan T50Ex (Td * T50Ex). Kedua hasil perkalian ini memberikan deskripsi tentang luas rupture. Oleh karena itu, hasil perkalian ini menjadi indikator kuat terjadi/tidaknya tsunami. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua hasil perkalian tersebut, maka perkalian antara T50Ex dengan Td yang diprioritaskan untuk digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan apakah gempa bumi tersebut menimbulkan tsunami atau tidak. Indikator potensi tsunami dari masing-masing parameter adalah jika: Tdur > 65, Td > 10, T50Ex > 1, Tdur * Td > 650, Td * T50Ex > 10. Gelombang P adalah bagian dari gelombang seismik gempa bumi yang merambat dengan kecepatan paling besar dibandingkan gelombang S dan gelombang L maupun R, sehingga dalam waktu kurang dari 2 menit data gelombang P sudah terekam di stasiun seismik lokal dan selanjutnya diproses untuk menentukan Tdur, Td, T50Ex, perkalian Tdur dengan Td (Tdur * Td) dan perkalian T50Ex dengan Td (Td * T50Ex). Matlazim (2012), telah mengembangkan software perhitungan Td, Tdur dan T50Ex bisa secara langsung membaca data seismogram dalam format miniseed, sehingga software ini lebih cepat membaca seismogram secara real time, tanpa perlu mengkonversi lebih dahulu ke dalam format SAC atau lainnya. Kecepatan komputasi terhadap parameterparameter gempa bumi tersebut bergantung pada jumlah data yang diproses. Sebagai contoh jika jumlah data seismogram komponen vertikal yang diproses ada 20 yang direkam oleh 20 stasiun, maka waktu yang diperlukan oleh software ini untuk komputasi parameterparameter tersebut sekitar 18 detik. Hasil uji coba offline dari software ini seperti terlihat pada tabel 1. c. Penyusunan Diagram Alir Sistem Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan : Rupture Duration (Tdur), Time Dominan (Td ) dan T50EX Untuk memudahkan penyusunan Rancang bangun Sistem Penentuan Potensi Tsunami menggunakan Tdur, Td, dan T50EX, terlebih dahulu dibuat diagram alirnya, seperti terlihat pada gambar 1. 157

Tabel 1. Hasil Uji coba offline program aplikasi penentuan potensi tsunami menggunakan perhitungan Tdur, Td dan T50Ex terhadap beberapa gempabumi yang berpotensi tsunami Origin time Kota/Tsunami? Lintang Bujur d Sesar M w T d T 50Ex T dt 50Ex ( ) ( ) (km) 1994/06/02-18:17 Banyuwangi/T -10,48 112,84 6 Tr 7,7 21,9 1,6 35,0 1994/10/08-21:44 Halmahera/tT -1,26 127,98 20 Tr 6,8 4,4 0,5 2,2 1994/11/14-19:15 Filipina/tT 13,52 121,07 14 Tr 7,1 5,3 0,7 3,7 1996/01/01-08:05 Sulawesi/T 0,73 119,93 14 Tr 7,9 25,7 0,7 17,9 1996/02/17-05:59 Papua/T -0,89 136,95 11 Tr 8,2 14,9 1,5 22,4 1998/07/17-08:49 PN_Guinnea/T -2,96 141,93 7 Tr 7,0 10,8 0,9 9,7 2000/05/04-04:21 Sulawesi/tT -1,105 123,57 6 Tr 7,5 5,2 0,9 4,9 2002/03/05-21:16 Filipina/T 6,03 124,24 31 Tr 7,5 10,7 1,1 11,8 2002/09/08-18:44 PNGuinea/T -3,23 142,87 33 Tr 7,6 13,5 0,7 9,5 2002/10/10-10:50 Papua/T -1,71 134,17 10 Tr 7,5 10,1 1,2 12,1 2004/11/11-21:26 Timor/tT -8,17 124,86 10 Tr 7,5 8,7 0,8 6,9 2004/12/26-00:58 Sumatra-Andaman/T 3,30 95,98 39 Tr 9,0 18,8 2,0 37,6 2005/03/28-16:09 Nias/T 2,09 97,11 21 Tr 8,6 13,7 3,4 46,9 2006/01/27-16:58 Laut Banda/tT -5,48 128,09 397 N 7,6 2,1 0,3 0,63 2006/03/14-06:57 Laut Seram/tT -3,59 127,21 31 N 6,7 4,6 0,5 2,3 2006/07/17-08:19 Pangandaran/T -9,25 107,41 34 Tr 7,7 9,1 1,6 14,6 2007/09/12-11:10 Sumatra Selatan/T -4,52 101,38 30 Tr 8,4 13,2 2,9 38,3 2007/09/12-23:49 Sumatra Selatan/T -2,53 100,96 10 Tr 7,9 13,9 1,4 19,5 2007/09/13-03:25 Sumatra Selatan/nT -2,22 99,56 10 Tr 7,0 6,4 0,6 3,8 2007/10/24-21:02 Sumatra Selatan/nT -3,84 100,91 30 Tr 6,8 7,9 0,7 5,5 2008/02/20-08:08 Sumatra Utara/nT 2,75 95,97 34 Tr 7,4 6,4 0,9 5,8 2008/02/25-08:36 Sumatra Selatan/nT -2,35 100,02 35 Tr 6,9 7,2 0,7 5,0 2008/11/16-17:02 Sulawesi/nT 1,29 122,10 26 Tr 7,3 8,7 0,8 7,0 2009/01/03-19:43 Papua/nT -0,51 132,78 35 Tr 7,6 10,3 0,7 7,2 2009/01/03-22:33 Papua/nT -0,70 133,28 35 Tr 7,4 12,7 0,5 6,4 2009/02/11-17:34 Talaud/nT 3,90 126,40 20 Tr 7,1 8,1 0,4 3,2 2009/09/02-07:55 Tasikmalaya/nT -7,77 107,32 50 Tr 7,0 6,0 0,6 3,6 2009/09/30-10:16 Padang/nT -0,79 99,96 80 Tr 7,5 7,9 0,7 5,5 2009/11/08-19:41 Sumbawa/nT -8,27 118,63 33 Tr 6,6 6,9 0,7 4,8 2010/04/06-22:15 Sumatra Utara/T 2,38 97,05 31 Tr 7,8 13,4 1,5 20,1 2010/05/09-05:59 Sumatra Utara/nT 3,75 96,02 38 Tr 7,2 7,1 0,6 4,3 2010/10/25-14:42 Mentawai/T -3,48 100,11 21 Tr 7,8 8,7 1,5 13,1 2012/04/11-08:38 Sumatra Utara/T 2,31 93,06 23 Tr 8,6 4,9 2,7 13,2 2007/09/12-23:49 Sumatra Selatan/T -2,53 100,96 10 Tr 7,9 13,9 1,4 19,5 158

Gambar 1: Diagram alir Sistem Penentuan Potensi Tsunami menggunakan Tdur, Td, dan T50EX Data wave form dialirkan secara kontinyu (terus menerus) dan real time dalam sistem ini dari jaringan InaTEWS. Bila tidak ada indikator adanya gempa bumi, sistem terus mengalirkan data waveform sesuai dengan time serinya. Bila suatu saat mendapatnya indikator adanya gempabumi, maka akan di evaluasi apakah informasi dari sistem InaTEWS atau dari atau dari sumber lain. Bila dari Ina TEWS maka akan diperoleh flag secara otomatis, tapai bila dari jaringan lain akan dibuat flag manual. Selanjutnnya dilakukan parsing data dalam format sbagai berikut : Stasiun Tanggal Jam......... Untuk 12 stasiun Pengambilan data untuk proses perhitungan Td, Tdur, dan T50EX, dilakukan dengan logika sebagai berikut : Apakah jumlah baris > 0. Bila jawaban ya, maka akan dilakukan pemotongan data digital berdasarkan sebagai berikut: Ambil data waktu tiba gelombang P (t P ) Waktu awal pemotongan : waktu tiba gelombang P (t P ) 30 detik Waktu akhir pemotongan : waktu tiba gelombang P (t P ) + 180 detik Ambil data digital ke data bank Pemotongan data Mseed Identifikasi jumlah baris 159

Setelah Jumlah baris = 0, berati tidak memenuhi jumlah baris > 0, dilakukan proses berikutnya yaitu : Dimulai proses perhitungan Td, Tdur dan T50EX, Td*Tdur, dan Td*T50EX, berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Matlazim (2011). Pembuatan Peta berdasarkan data parameter gempa dari InaTEWS Tabel 2. Kriteria Potensi tsunami No Parameter Kriteria Ya Tidak 1 T Dominan (Td) > 10 V 2 Rupture Duration (Tdur) detik > 650 detik 3 T50EX > 1 v detik 4 Td * Tdur >650 v 5 Td * T50EX >10 v KESIMPULAN POTENSI TSUNAMI d. Kebutuhan dan Spesifikasi Perangkat Keras. Untuk mengembangkan sistem ini diperlukan beberapa perangkat keras. Kebituhan tersebut paling tidak terdiri dari : Satu set computer sekelas work station atau server dengan memori minimal 8 gb, yang dilengkapi dengan sistem operasi linux dan monitor serta speaker aktive Perangkat software yang mengakomodir diagram logika diatas. Untuk operasional sistem ini didesign berjalan otomatis, dimana input yang diperlukan berupa sinyal gempa dan trigger event di intergrasikan atau diperoleh dari system processing yang ada, yang ada dan secara fisik di letakan di meja operator InaTEWS. KESIMPULAN Hasil kajian terhadap sistem Penentuan Potensi Tsunami yang telah dikembangkan oleh Matlazim (2012) secara offline, dengan menggunakan data-data gempa bumi Indonesia disimpulkan bahwa system tersebut akurat dan dapat dikembangkan untuk memperkuat InaTEWS dalam penentuan Potensi Tsunami. v Dilakukan tes logika, untuk menentukan Potensi tsunami. Kriteria Potensi tsunami diambil berdasarkan hasil studi Madlazim (2012), dapat dilihat pada tabel 2. Untuk itu dibuat rancang bangun implementasinya untuk dapat melakukan uji coba secara real-time menggunakan langsung data jaringan InaTEWS, seperti yang telah dibahas dalam paper ini. Dalam pengembangan tersebut perlu membuat tampilan GUI untuk dapat disandingkan dengan tampilan InaTEWS yang telah ada. DAFTAR PUSTAKA Lomax, A dan Michelini, A, 2009, Tsunami Early Warning Using Earthquake Rupture Duration,Geophysical Research Letter,Vol. 36. Lomax, A dan Michelini, A, 2010, Tsunami Early Warning Using Earthquake Rupture Duration and P- Wave Dominant period: the important of length and depth of faulting, Geophysical Journal International. Lomax, A dan Michelini, A, 2012, Tsunami Early Warning Within 5 minutes, Pure and Applied Geophysics. Madlazim (2011), Toward Indonesian Tsunami Early Warning System by Using Rapid Rupture Duration Calculation, Science of Tsunami Hazards, Vol 30, No. 4, Tsunami Society International, USA. Madlazim (2011), Menuju Sistem Peringatan Dini Tsunami Menggunakan Perhitungan Durasi Rupture Gempabumi secara Cepat dan Tepat, Edisi 3, 2011, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI). Madlazim, (2011), Estimasi Durasi, Arah dan Panjang Rupture, serta Lokasilokasi Gempabumi Susulan Menggunakan Perhitungan Cepat, Jurnal 160

Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA), Vol 2, No. 2. Madlazim (2011) Toward tsunami early warning system in Indonesia 3 minuts, Seminar Ilmiah Bulanan BMKG "Scientific Journal Club", Jakarta 28 Nopember 2011. Madlazim (2012), Toward tsunami early warning system in Indonesia by using rapid rupture durations estimation, AIP Conf. Proc. 1454, pp. 142-145; doi:http://dx.doi.org/10.1063/1.4730707 (4 pages) INTERNATIONAL CONFERENCE ON PHYSICS AND ITS APPLICATIONS: (ICPAP 2011) Madlazim (2012),Menuju Peringatan Dini Tsunami Menggunakan Perhitungan Cepat Periode Dominan dant50 Exceeds, Seminar Ilmiah Bulanan BMKG "Scientific Journal Club" Kerjasama BMKG-ITS, Surabaya, Kamis, 27 September 2012. P.J. Prih Harjadi (Editor), 2008, Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) : Konsep dan Implementasi, BMKG. DISKUSI 1. Rahmat Triyono: Kriteria di operasional untuk tsunami M 7 dengan kedalaman <100 km, bukan <70 km. Sulit untuk menemukan kriteria yang tepat. Batas-batas penentuan potensi tsunami dari data gempabumi memang sulit karena digunakan untuk tujuan praktis (operasional) dan diseminasi yang seharusnya didasari oleh ilmiah. Harus ada sense ilmiah dari para operator dalam menjalankan SOP di operasional. Apakah duration rupture sama dengan durasi gempa? Rupture duration yang digunakan bukan signal duration (durasi gempa), karena kalau signal duration sudah merupakan gabungan dari banyak fase sehingga menjadi panjang, sedang rupture duration adalah berapa lama patahan itu bergerak yang mengindikasikan panjang rupture pada sumbernya. 2. Bambang SP: Tdom yang digunakan apakah dari ambient noise atau dari mana? Tdom yang dimaksud disini adalah T dominan atau T terbesar dalam sinyal gempa tersebut yang menggambarkan lebar rupture sumber gempa. Jadi bukan T dominan yang dihitung dari ambient noise atau biasa disebut periode dominan yang menggambarkan periode natural dari tanah di lokasi sensor. 3. Taufik Gunawan: Berapa waktu yang dibutuhkan oleh sistem tersebut untuk menentukan potensi tsunami? Waktu yang digunakan untuk menghitung potensi tsunami menggunakan duration rapture masih sulit dijawab secara pasti karena belum diaplikasikan pada data real time. Selama ini dilakukan pada data offline, dan untuk proses perhitungannya hanya perlu beberapa detik. 161