II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan. Pendidikan mengarahkan kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan dan lebih bertakwa kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi matematika masih menjadi sebuah permasalahan bagi banyak

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran matematika. Menurut NCTM (Kesumawati, 2008: 231) matematik dalam konteks di luar matematika.

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan pelajaran yang terdiri dari berbagai konsep yang tersusun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 12 YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang ada dalam pendidikan kita yaitu rendahnya mutu

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SQUARE (TPS) DAN JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

Dedi Kurniawan ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2011). Hakekat IPA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu, tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Menurut Djaafar (2001:82), belajar adalah suatu perilaku aktif dari pembelajaran itu sendiri sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Aktivitas belajar sendiri menghasilkan perubahan berupa sesuatu yang baru, baik yang segera nampak atau tersembunyi atau penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari. Perubahan yang bersifat konstan itu dapat meliputi perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai sikap. Teori Vygotsky dalam Slavin (2000:17), belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman hasil interaksi antar siswa, proses membangun makna tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang lain. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan yang berperilaku aktif dari pembelajaran itu sendiri sebagai hasil karena

8 adanya interaksi antar siswa maupun dengan lingkungannya karena adanya suatu usaha sehingga menghasilkan pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi yang diberikan kepada peserta didik kemudian diterima dan digunakan sehingga bermanfaat. 2. Efektivitas pembelajaran Menurut Uno (2011:29), pada dasarnya efektivitas ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk mengukur efektivitas dari suatu tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan menentukan seberapa jauh konsep-konsep yang telah dipelajari dapat dipindahkan ke dalam mata pelajaran selanjutnya atau penerapan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Artinya bahwa untuk mengukur pembelajaran efektif matematika dapat dilakukan dengan menentukan seberapa jauh konsep matematika yang sudah dipelajari siswa dapat digunakan oleh siswa itu sendiri dalam memecahkan suatu masalah. Mulyasa (2006:193) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Sementara Sutikno (2005:32) mengungkapkan bahwa efektivitas pembelajaran berarti kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Simanjuntak dalam Arifin (2010 juga menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang

9 diinginkan tercapai. Dengan demikian, efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran sehingga erat kaitannya dengan ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan belajar merupakan kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal yang ditetapkan di sekolah. Menurut Trianto (2010:241) berdasarkan ketentuan KTSP, penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masingmasing sekolah yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu kemampuan setiap peserta didik yang berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah yang berbeda-beda dan daya dukung setiap sekolah yang berbeda-beda. Ketuntasan belajar siswa yang sesuai dengan KKM pelajaran matematika di sekolah mencakup semua kemampuan matematika siswa, termasuk pemahaman konsep siswa. 3. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika (dalam bahasa inggris: mathematics) berasal dari perkataan latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti relating to learning. Perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang berarti know ledge (pengetahuan). Pengertian tentang matematika yang diungkapkan dalam Soedjadi (2000:11), yaitu: (1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik; (2) Matematika adalah pengetahuantentang bilangan dan kalkulasi; (3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan; (4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; (5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur yang logik; (6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. 10 Menurut James dalam Suherman, dkk (2003:16) matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Dari pengertian dan karakter matematika diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu sebagai sarana berpikir yang meliputi penalaran logik, bilangan, kalkulasi dan fakta-fakta kuantitatif yang terorganisir secara sistematik. 4. Pembelajaran Matematika Dalam lingkup sekolah, aktivitas untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Menurut Kimble dan Garmezy (Thobroni dan Mustofa, 2011:18) pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dilibatkan secara aktif untuk mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah dan menyimpulkan suatu masalah. Selain itu, Dimyati dan Mujiono (2002:157) menyatakan Pembelajaran sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan pembelajaran menurut Ahmad (2012:12) adalah suatu proses interaksi antara guru dan peserta

11 didik yang berisi berbagai kegiatan yang bertujuan agar terjadi belajar (perubahan tingkah laku) pada diri peserta didik. Menurut Muhaimin (Riyanto,2010:131) pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Komalasari (2010:3) bahwa : Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Suherman, dkk (2003:8), menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi bantuan agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Mulyasa (2002:100), berpendapat bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perbedaan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran akan terjadi suatu interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuannya, guru memberikan informasi berupa pengetahuan kepada siswa sedangkan siswa mempunyai tujuan untuk memahami dan menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Interaksi antara guru dan siswa tersebut merupakan proses pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru perlu memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Siswa dibawa kearah mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa, dan kalau mungkin mendebat. Menurut Suherman, dkk (2003:63),

12 dalam hal ini kreativitas guru amat penting untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan serangkaian proses kegiatan dalam mempelajari konsepkonsep matematika dan struktur-struktur matematika yang melibatkan guru dan siswa dalam usaha mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian guru perlu memperhatikan setiap perubahan pada siswa, rasa ingin tahu siswa untuk mencapai suatu tujuan, sehingga siswa perlu dibiasakan untuk diberi kesempatan bertanya dan mengemukakan berpendapat. Saat ini terdapat banyak sekali model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam sebuah kelas. Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat diterapkan dan dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. 5. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan membentuk siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang saling berpasangan. Dalam kelompok ini siswa dipilih dengan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerja sama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

13 Menurut Baharuddin dan Nur (2008:128) Pembelajaran kooperatif adalah strategi yang digunakan untuk proses belajar dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan dengan siswa lainnya tentang problem yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Karli dan Sri (2002:70) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar. Ada beberapa alasan dipilihnya interaksi kooperatif dalam proses pembelajaran, diantaranya menurut Johnson (Abdurrahman, 2003:124), adalah sebagai berikut: Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Berbagai pengaruh positif tersebut adalah: a. meningkatkan prestasi belajar; b. meningkatkan retensi; c. lebih dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi; d. lebih dapat mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik; e. lebih sesuai untuk meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen; f. meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; g. meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru; h. meningkatkan harga diri anak; i. meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan j. meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong. Salah satu model pembelajaran yang yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran kooperatif tipe TPS. Pembelajaran yang berpusat pada siswa.

14 Pembelajaran ini tidak hanya merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman, tetapi juga merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Model Pada pembelajaran ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari satu pasang siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus ini mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. Menurut Sriudin (2011) [online], model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit, yaitu: a. Berpikir (Thinking). Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diberi waktu untuk memahami sendiri masalah yang dihadapi. Merenungkan langkah-langkah apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. b. Berpasangan (Pairing). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau menyatukan pendapat mereka sehingga didapatkan solusi terbaik. c. Berbagi (Share). Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini dapat dilakukan oleh beberapa pasangan saja, namun jika waktu memungkinkan untuk semua pasangan maka diharapkan semua pasangan bisa berbagi.

Manfaat dengan menerapkan TPS dalam pembelajara menurut Nurhadi (2004:66) menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Manfaat menurut Lie (Sahrudin, 2011) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut: a. Akan meningkatkan partisipasi siswa; b. Cocok untuk tugas sederhana; c. Lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok; d. Interaksi lebih mudah; e. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Hal yang sama diungkapkan Kagan (Fadholi, 2010) menyatakan manfaat TPS sebagai berikut: a. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain. b. Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi. 6. Pemahaman Konsep Matematis. 15 Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sadiman (2008:42) yang menyatakan bahwa pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh sebab itu, belajar harus mengerti secara makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya. Rusman (2010:139) menyatakan bahwa pemahaman merupakan suatu proses individu yang menerima dan

16 memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang didapat melalui perhatian. Menurut Soedjadi (2000:14) konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek. Sebagai contoh, segitiga adalah nama dari suatu konsep abstrak dan bilangan asli adalah nama suatu konsep yang lebih kompleks karena terdiri dari beberapa konsep yang sederhana, yaitu bilangan satu, bilangan dua dan seterusnya. Menurut Winkel (2000:44) konsep dapat diartikan sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan digunakan untuk mempelajari konsep selanjutnya. Misalnya konsep operasi bentuk aljabar diajarkan terlebih dahulu daripada konsep persamaan dan pertidaksamaan linear. Hal ini karena untuk mencari persamaan dan pertidaksamaan linear berbentuk aljabar sehingga konsep operasi bentuk aljabar akan digunakan untuk menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linear. Pemahaman terhadap konsep materi prasyarat sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Penilaian perkembangan siswa terhadap pemahaman konsep matematika dicantumkan dalam beberapa indikator sebagai hasil belajar matematika. Berikut ini indikator siswa yang memahami suatu konsep berdasarkan penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004: 1. menyatakan ulang sebuah konsep; 2. mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan

konsepnya); 3. memberi contoh dan non-contoh dari konsep; 4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; 6. mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah; dan 7. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 17 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika adalah pengusaan materi pelajaran,kemampuan siswa dalam berpikir, memahami definisi, pengertian, ciri khusus, dan isi dari materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan berani bertindak dengan tepat sehinggga siswa dapat lebih mudah memahami materi selanjutnya dalam pembelajaran matematika. Konsep matematika harus diajarkan secara berurutan, karena pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan secara acak tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai ke tahap yang lebih kompleks. Pemahaman konsep materi prasyarat sangat penting untuk memahami konsep selanjutnya. B. Kerangka Pikir Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam pengusaan materi pelajaran,kemampuan siswa dalam berpikir, memahami definisi, pengertian, ciri khusus, isi dari materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien serta berani bertindak dengan tepat sehinggga siswa dapat lebih mudah memahami materi selanjutnya dalam pembelajaran matematika. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika.

18 Model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran dan banyak bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri dalam kelompok. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk membantu siswa dalam memahami konsep adalah model pembelajaran koperatif tipe TPS. Pembelajaran dengan model TPS adalah pembelajaran yang merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman dan juga merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Pembelajaran kooperatif tipe TPS menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dengan pasangannya dan saling membantu dalam memecahkan masalah bersama. Didalam pelaksanaan TPS terdapat tiga unsur penting yaitu berpikir, berpasangan dan berbagi. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe TPS juga diharapkan dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi di dalam kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang memiliki tiga tahap penting yakni thinking, pairing dan sharing, sangat cocok diterapkan untuk membangun pemahaman konsep dari materi yang diberikan guru. Melalui tahap Think siswa diberikan waktu berpikir secara individu, pada tahap ini siswa membangun

19 pemahamannya sendiri terhadap materi yang disampaikan guru serta memikirkan langkah-langkah dalam menyelesaikan pertanyaan yang diberikan, sehingga pada saat tahap berikutnya, yaitu pairing, siswa tidak hanya berdiskusi saja tetapi mereka sudah memiliki pemahaman sendiri yang bisa didiskusikan dengan pasangannya. Pada tahap pairing, siswa mengungkapkan dan mendiskusikan ideide yang sudah dipikirkan sebelumnya dengan pasangannya, pada tahap ini siswa saling memperbaiki jika ada pemahaman yang keliru. Pada tahap akhir yaitu tahap sharing, siswa berbagi dengan seluruh anggota kelas, mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari secara bersama-sama sehingga akan lebih mempekuat pemahaman tentang konsep materi yang telah diajarkan. Dengan mengikuti ketiga tahap model pembelajaran kooperatif tipe TPS, diharapkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa akan lebih baik, karena seluruh siswa yang terdapat dikelas dituntut untuk berpikir secara individu kemudian secara berpasangan, siswa berulang kali memikirkan jawaban atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. C. Anggapan Dasar Penelitian ini memiliki anggapan dasar: 1. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa selain model pembelajaran TPS dianggap memberikan kontribusi yang sama.

20 D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran TPS efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.