Asimetri Ekstremitas Atas (Studi Antropometri Perbandingan pada Pemain Bulutangkis dan Nonpebulutangkis)

dokumen-dokumen yang mirip
Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

PERBEDAAN PADA PROPORSI TUBUH ETNIS BALI DENGAN ETNIS MADURA DI SURABAYA Rini Linasari

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

Hubungan Koordinasi Mata... (Aditya Budi S)

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

PERBEDAAN PUKULAN TOP SPIN DAN FLAT TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN JAWA TENGAH

PERNYATAAN. Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Faktor Fisik Dominan

KONTRIBUSI KEKUATAN TUNGKAI, KEKUATAN PERUT, KEKUATAN LENGAN DAN KEKUATAN PUNGGUNG TERHADAP SIKAP LILIN. Jurnal. Oleh.

SUMBANGAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS PANJANG BULUTANGKIS PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA

Hubungan Somatotype dengan Kelincahan Atlet Sepak Takraw UPT SMA Negeri Olahraga Jawa Timur

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Kata kunci: lansia, senam pivot, jalan kaki, rentang gerak sendi/ range of motion (ROM), sendi ekstremitas superior.

Diah Pitaloka PJKR JPOK FKIP Unlam Abstrack

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

Kata kunci : Pengaruh Latihan Medicine Ball, Kekuatan, Kemampuan Akurasi Groundstroke.

Pengaruh Aktivitas Pengayuh Becak Dan Lamanya Bekerja Terhadap Munculnya Stress Markers Pada Calcaneus

PERNYATAAN KEASLIAN. Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Gambar 3.1 Desain Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Penelitian ini

Gde Ryan Saputra, Gede Doddy Tisna MS, Made Budiawan. Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

PENGARUH PELATIHAN MEDICINE BALL SIT-UP THROW TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN OTOT PUNGGUNG

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh: Agus Widayat A

HUBUNGAN ANTARA WAKTU REAKSI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN KEMAMPUAN SERVIS BAWAH BOLA VOLI PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER II STKIP-PGRI PONTIANAK

Journal of Sport Sciences and Fitness

Kekurangan energi makanan tidak berefek negatif terhadap pertambahan tinggi badan laki-laki usia tahun: Studi di Akademi Angkatan Laut Surabaya

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN, PANJANG LENGAN, POWER TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI TERHADAP RENANG PUNGGUNG. Jurnal. Oleh ANGGUN ANINDITA SANI

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri.

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PANJANG TULANG FEMUR DAPAT MENJADI PENENTU TINGGI BADAN PRIA DEWASA MUDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Competitor, Nomor 2 Tahun 4, Juni 2012

Panjang Langkah Berkorelasi Secara Positif dengan Tinggi Badan Manusia

SPORT COACHING EDUCATION FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION UNIVERSITY OF RIAU

PERBEDAAN KEEFEKTIFAN ANTARA LAY UP SHOOT

EFFECT OF WRIST COORDINATION AND MUSCLE POWER ARM BELOW SHOULDER OF THE PASSING ABILITY MEN S VOLLEYBALL TEAM SMK MUHAMMADIYAH 3 PEKANBARU

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sarana paling tepat untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap prima dan sehat, disamping

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015 ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK... vi. ABSTRCT... vii RINGKASAN...

HUBUNGAN KOORDINAS MATA TANGAN TERHADAP KETERAMPILAN PASSING ATAS SISWA SMP NEGERI 1 LEBONG UTARA KABUPATEN LEBONG. Feby Elra Perdima, M.

Komparasi Tumbuh Kembang Anak Laki-Laki Petani Dan Nelayan Umur 7 Tahun Berdasarkan Ukuran Antropometris. Citra Nur Hamidah

Stress Markers Pada Lengan Dan Tangan Kanan

PERBEDAAN RASIO D2:D4 ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU. Oleh : RATNA MARIANA TAMBA

HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN, KOORDINASI MATA TANGAN,

Hubungan Kemampuan Servis. (Ibnu Nur Budiawan)

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Ilham Arvan Junaidi (Dosen Universitas PGRI Palembang) Kata Kunci: Kekuatan Pegangan, Daya Tahan Kekuatan, Jumping Smash

Journal of Physical Education, Health and Sport

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

PENGARUH PERMAINAN DAKON TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN

PERKEMBANGAN USIA MEMBERIKAN GAMBARAN KEKUATAN OTOT PUNGGUNG PADA ORANG DEWASA USIA TAHUN

KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR

PENGARUH PEMBELAJARAN LEMPAR TANGKAP TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI MATA TANGAN PEMAIN KASTI JURNAL. Oleh DEWI ANITA SARI

HUBUNGAN RENTANG LENGAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN KEMAMPUAN SERVIS ATAS BOLA VOLI PADA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 ASTAMBUL

Oleh SHOFI IKRAMINA

OLEH DILLA FARID W. T

Kata kunci: hubungan tinggi badan, kekuatan otot lengan, power tungkai, kemampuan tembakan free throw

ABSTRAK HUBUNGAN SIF AT KIDAL TERHADAP KECERDASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010, orang dengan serangan stroke berulang (NCHS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Tiap orang mempunyai tujuan yang

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENILITIAN

Identifikas Cedera Sepakbola... (Wahyu Irsyad Kamal Faozan) 1

PENGARUH PANJANG JARI TELUNJUK TANGAN DAN JARI MANIS TANGAN TERHADAP TINGGI BADAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

EFEKTIVITAS MODEL RETURN BERPASANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN DROPSHOOT DAN PUKULAN LOB JURNAL. Oleh DODI ALVINDO

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam kelompok prestasi, hobi, ataupun rekreasi. 1 Berdasarkan World Health

Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017 ISSN Seri Pendidikan

Pengaruh Latihan Reverse Curl Terhadap Ketepatan Smash pada Pemain Bulutangkis Siswa Sma Olahraga Pekanbaru.

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

SMPIT AT TAQWA Beraqidah, Berakhlaq, Berprestasi

SKRIPSI Diajuakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK.

PENGARUH BEBAN LATIHAN DAN POWER LENGAN TERHADAP KETEPATAN PUKULAN SMASH PENUH BULUTANGKIS Studi Eksperimen Di PB. Remaja Semarang Tahun 2003

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

Hubungan antara Kekuatan...(Zidni Husni Hukmawan) : Zidni Husni Hukmawan, POR : : Aris Fajar Pambudi, M.Or

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Journal of Physical Education, Health and Sport

BAB III METODE PENELITIAN

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (EFFECT ON STUDENT MOTIVATION TO LEARN MATHEMATICS ACHIEVEMENT OF STUDENT)

THE EFFECT OF SKIPPING ROPE EXERCISE ON THE LEG MUSCLE POWER IN MEN S BASKETBALL PLAYERS EXTRACULICULAR SMA HANDAYANI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atlet. Prestasi yang diraih ditandai dengan keberhasilan atlet dalam

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN BAHU DENGAN HASIL FREE THROW PADA PERMAINAN TIM BOLA BASKET PUTRA SMAN 14 PEKANBARU

Transkripsi:

Asimetri Ekstremitas Atas (Studi Antropometri Perbandingan pada Pemain Bulutangkis dan Nonpebulutangkis) Wahyu Yunarida yunarida19@gmail.com (Antropologi Fisip-Universitas Airlangga, Surabaya) Abstract Asymmetry of upper extremity is caused by handedness. There are right-handed and left-handed. The purpose of this research was to identify asymmetry of upper extremity between badminton players and non players. This research used quantitative and statistic for analysing differences in asymmetry of upper extremity between badminton players and non players. Differences in asymmetry was assessed by measuring upper extremity of badminton players and non players. Sample of this research were 50 badminton players in Suryanaga and 50 students of SMAN 9 Surabaya who non players. Variables being measured were upper arm length, forearm length, circumference of shoulder, circumference of upper arm, biepicondylus humerus (flexion), biepicondylus humerus (extension), circumference of forearm, grip strength and styloideus radius-ulna. This research used purposive sampling because this research prioritised the purpose of knowing differences in asymmetry of upper extremity between badminton players and non players using z-test statistic. Human activity with the muscle movement causes bones mass to increase, therefore asymmetry may occurred. The result of this research was that certain variables had asymmetries. Circumference of shoulder, circumference of upper arm, circumference of forearm, and grip strength had significant differences between left and right. Upper arm length, lower arm length, biepicondylus humerus (flexion), biepicondylus humerus (extension), and styloideus radius-ulna had differences but not significant. Badminton players had bigger defferences between right and left upper extremities than non players. Asymmetry of upper extremity is affected by handedness. Increased activity caused more asymmetry of upper extremity. Keyword: Handedness, asymmetry, upper extremity, badminton Abstrak Asimetri Ekstremitas atas terjadi karena adanya intensitas dominan dalam penggunaan ekstremitas atas. Dalam penggunaan ekstremitas terdapat right-handed dan left-handed. Penelitian ini mengidentifikasikan adanya asimetri ekstremitas atas pada pemain bulutangkis dibandingkan dengan bukan pemain bulutangkis. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang dilakukan dengan cara pengukuran pada pemain dan bukan pemain bulutangkis secara 1

antropometris. Pengukuran dilakukan pada bagian ekstremitas atas tertentu dengan sampel 50 pemain bulutangkis di Suryanaga dan 50 non-pebulutangkis, siswa SMAN 9 Surabaya. Variabelvariabel yang diukur adalah panjang lengan atas, panjang lengan bawah, lingkar bahu, ligkar lengan atas, biepicondylus humerus (saat fleksi), biepicondylus humerus (saat ekstensi), lingkar lengan bawah, kekuatan genggam dan styloideus radius-ulna. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang mengutamakan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui variasi asimetri ekstremitas atas pada pemain bulutangkis dan bukan pemain bulutangkis yang kemudian di analisis dengan uji z-test. Proses aktivitas manusia yang meggerakkan otot secara berulang-ulang dapat menyebabkan meningkatnya massa tulang sehingga adanya asimetri pada bagian ekstremitas atas. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa adanya asimetri ukuran ekstremitas atas pada variabel tertentu. Variabel yang memiliki perbedaan signifikan adalah lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan kekuatan gengam, sedangkan panjang lengan atas, panjang lengan bawah, biepicondylus humerus (saat fleksi), biepicondylus humerus (saat ekstensi) dan styloideus radius-ulna memiliki perbedaan yang tidak signifikan antara yang kiri dan kanan. Perbedaan pada pemain bulutangkis menunjukkan lebih besar bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Asimetri pada ekstremitas atas merupakan pengaruh dari handedness. Semakin besar aktivitas yang dilakukan maka semakin besar pula perbedaan ukuran ekstremitas atas. Kata kunci: Handedness, asimetri, ekstremitas atas, bulutangkis Pendahuluan Manusia beraktifitas dengan cara mempergunakan dan menggerakkan bagian-bagian tubuhnya. Perlakuan-perlakuan tertentu pada bagian tubuh kita secara otomatis menjalankan pula fungsi-fungsi organ tubuh yang lain beserta otot yang ada pada tubuh kita. Berbagai perlakuan pada bagian tubuh manusia ini memiliki porsi-porsi yang berbeda pada bagian-bagian tertentu. Penggunaan ekstremitas atas pun juga memiliki porsi-porsi yang berbeda antara yang sebelah kanan dan sebelah kiri karena manusia memperlihatkan keseringan dalam penggunaan tangan kanan atau tangan kiri (Coren dan Porac, 1977 dalam Ulijaszek 1994:8). Penggunaan lengan tangan ini dikenal dengan sebutan handedness dan terdapat left-handed dan right-handed (Brown dan Wolpert, 1990). Beberapa indikator seperti dominasi penggunaan tangan yang biasa disebut dengan handedness dapat mengakibatkan suatu penebalan pada tulang atau otot yang sering digunakan (stress marker). Jika aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus pada tangan sisi tertentu, akan menimbulkan stress marker. Seperti yang disebutkan oleh Byers gerakan yang melibatkan adanya kerja sama otot dan sendi akan menyebabkan stress markers (Byers 2008:374). 2

Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai stress markers oleh Priyantini (2010) dan Larasati (2013). Penelitian tersebut mengidentifikasi adanya variasi penebalan pada tulangtulang tertentu akibat adanya suatu pekerjaan yang dilakukan terutama pada ekstremitas atas. Terjadinya stress markers tersebut dipengaruhi oleh adanya handedness yakni penggunaan dominasi tangan sisi tertentu secara berulang-ulang. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai stress markers, peneliti tertarik mengangkat suatu tema mengenai handedness untuk mengetahui asimetri ekstremitas atas. Glassman (1992) meneliti 54 orang tentang bilateral asimetri. Dia menemukan bahwa 47 orang menggunakan tangan kanan, sedangkan 7 orang adalah kidal. Berdasarkan penelitiannya, dia menyatakan bahwa 36 orang tersebut menunjukkan adanya asimetri yakni sebesar 66,7%. Sisanya tidak begitu kentara. Oleh karena itu Glassman menyimpulkan adanya korelasi positif antara asimetri dengan handedness. Manusia pada umumnya melakukan aktivitas menggunakan tangan kanan dibandingkan dengan tangan kiri yang digunakan sebagai pembantu ataupun mendukung aktivitas yang akan dilakukan, terkecuali pada orang yang kidal, mereka lebih intensif menggunakan tangan kirinya untuk melakukan aktivitas dan tangan kanannya sebagai pendukung dalam beraktivitas. Asimetri merupakan suatu ukuran adanya ketidakseimbangan antara ukuran satu dengan ukuran yang lain, perbedaan tersebut diketahui dengan pengukuran dan perbedaan ukuran tersebut terutama tampak pada ekstremitas atas dan sebaliknya pada ekstremitas bawah tidak begitu kentara (Marina dan Buschang, 1984). Ekstremitas atas memiliki anatomi yang lebih spesifik, yakni klavikula, scapula, tulang lengan atas (humerus), dua tulang lengan bawah radius dan ulna, delapan tulang pergelangan, lima ruas jari-jari (metacarpal) dan empat belas ruas jari (phalanx) yang merupakan anggota tubuh yang sering digunakan (Norton, 1996:7). Sekitar 90% manusia menggunakan tangan kanan dalam beraktifitas atau right-handed (Porac dan Coren, 1981; Annet, 2002 dalam Zhao et al. 2012:36). Seperti yang disebutkan bahwa dominasi penggunaan tangan kanan atau right-handed pada populasi umumnya mempertimbangkan keunikan dari karakter evolusi dari tiap-tiap manusia di berbagai budaya dan banyak yang mempercayai bahwa hal ini berhubungan dengan evolusi penggunaan otak kiri yang mengatur dan mengontrol manual dan bahasa (Porac dan Coren, 1981; Corballis, 1983, 2002; Marchant dan McGrew, 1998; Raymond dan Pontier, 2004 dalam Zhao et al. 2012:36). 3

Secara kasat mata, manusia memang terlihat simetri, namun bila kita lebih teliti adanya asimetri pada tubuh manusia. Contoh adanya asimetri pada tubuh manusia adalah pada wajah manusia, bagaimana bentuk mata, hidung, bibir dan ekstremitas atas juga memiliki asimetri seperti halnya bagian-bagian tubuh lainnya. Hal ini merupakan akibat dari suatu perlakuan yang berbeda terhadap beberapa bagian tubuh tertentu seperti perbedaan intensitas penggunaan tangan. Asimetri pada lengan diukur dari perbedaan ukuran antara kanan dan kiri (Brown dan Wolpert, 1990). Asimetri ekstremitas atas dipengaruhi oleh handedness karena disebutkan bahwa kurangnya aktivitas jasmani mengakibatkan berkurangnya masa tulang dan sebaliknya jika aktivitas yang dilakukan meningkat maka mengakibatkan massa tulang meningkat (Sucipto, 2006). Asimetri pada lengan diukur dari perbedaan ukuran antara kanan dan kiri (Brown dan Wolpert, 1990). Penelitian ini memfokuskan pada asimetri ekstremitas atas yakni ukuran antropometris yang memperbandingkan antara ekstremitas atas kanan dengan ekstremitas atas kiri. Asimetri ekstremitas atas adalah ketidakseimbangan antara ekstremitas atas kanan dan kiri, yaitu adanya perbedaan antara ukuran ekstremitas sebelah kiri dengan kanan. Adapun peristiwa tersebut terjadi karena beberapa indikator seperti dominan penggunaan ekstremitas atas yaitu tangan kanan ataupun tangan kiri. Ada dua macam perkembangan asimetri yaitu Directional Asymmetry yang konsisten menunjukkan besar perkembangan asimetri, dan Fluctuating Asymmetry yang menunjukkan adanya perbedaan ciri-ciri dari kedua sisi tersebut. Bentuk Directional Asymetry seringkali digunakan untuk mengetahui berbagai stress marker pada kerangka manusia (Sharma dan Bakshi, 2005). Hal tersebut dapat diamati pada ekstremitas atas yakni humerus sebelah kanan atas lebih besar dibanding dengan humerus yang kiri. Directional Asymmetry ini adalah perbedaan antara ukuran ekstremitas atas yang disebabkan oleh handedness, dan juga karena aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan (Plochocki, 2001 dalam Sharma dan Bakshi 2005:167). Metode dan Bahan Penelitian ini dilakukan dengan metode pengukuran antropometris, sehingga bersifat kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab hipotesis bahwa ada atau tidak ada perbedaan ukuran ekstremitas atas sebelah kanan dan kiri akibat intensitas dominasi penggunaan 4

tangan antara pemain bulutangkis dengan non-pebulutangkis bulutangkis. Serta menjawab pertanyaan penelitian yakni, bagaimana perbedaan asimetri ukuran ekstremitas atas pada olahragawan bulutangkis akibat dominasi penggunaan tangan pada sisi tertentu dibandingkan dengan yang bukan olahragawan? Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut maka dilakukan metode-metode penelitian sebagai berikut: a) Pengambilan sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling karena pengambilan subyek penelitian didasarkan adanya tujuan tertentu yakni sebagai uji komparasi adanya asimetri pada ekstremitas atas. Peneliti lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian (Bungin, 2005:115). Peneliti mengambil 50 sampel pemain bulutangkis dan 50 non-pebulutangkis dengan pertimbangan pada penelitian eksperimen beberapa ahli percaya bahwa 30 subjek per kelompok dapat dipertimbangkan sebagai ukuran minimum (Gay,1976 dalam Sevilla 1993:163). b) Pengukuran Antropometri Variabel- variabel yang diukur yakni : (1) panjang lengan atas (a - r); (2) panjang lengan bawah (r sty); (3) lingkar bahu; (4) lingkar lengan atas; (5) Biepicondylus humerus saat fleksi dan ekstensi; (6) lingkar lengan bawah (brachioradialis); (7) kekuatan genggam; (8) styloideus radius styloideus ulna. Alat ukur antropometri yang digunakan saat turun lapangan yakni kaliper geser untuk mengukur lebar styloideus radius styloideus ulna, kaliper lengkung besar untuk menghitung panjang lengan atas dan lengan bawah, pita meteran untuk mengukur lingkar lengan, dan dynamometer untuk mengukur kekuatan genggam. c) Teknik Analisa Data Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif karena menggunakan pengukuran dan hasil analisis disajikan dalam bentuk angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian. Penelitian dengan menggunakan statistik dapat memudahkan peneliti bekerja secara eksak dalam proses dan cara berpikir sehingga dapat memberikan rangkuman hasil penelitian dalam bentuk yang lebih berarti dan lebih ringkas. Peneliti dapat menarik simpulan 5

dengan membentuk konsep-konsep yang ada. Penelitian ini menggunakan t- test untuk memperbandingkan dua populasi yang berbeda. Dalam t-test ada uji t dan uji z dimana uji t digunakan jika jumlah sampel sedikit, sedangkan dengan jumlah banyak diatas 30 maka sebaiknya menggunakan uji z. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 dengan rincian 50 populasi pemain bulutangkis dan 50 populasi non- pebulutangkis. Untuk menguji beda rata-rata ukuran pada ekstremitas atas pemain dan non-pebulutangkis peneliti menggunakan uji z- test (Santoso, 2013:240). Sebelum di uji- z, data terlebih dahulu di standartkan melalui Z-skor. Hal ini dilakukan untuk menormalkan data laki-laki dan perempuan. Penelitian dilakukan di dua tempat karena peneliti bermaksud untuk membuktikan adanya asimetri pada ekstremitas dengan membandingkan antara pemain bulutangkis dan nonpebulutangkis. Bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak menggunakan pergelangan tangan, benar tidaknya cara memegang raket akan sangat menentukan kualitas pukulan seseorang. Pemain bulutangkis harus menguasai cara dan teknik pegangan raket yang betul. Oleh karena itu, apabila teknik pegangan raket salah dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan kualitas permainan. Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan dalam permainan bulutangkis. Pada dasarnya, dikenal beberapa cara memegang raket. Namun, hanya dua bentuk pegangan yang sering digunakan dalam praktek, yaitu cara memegang raket forehand dan backhand. Semua jenis pukulan dalam bulutangkis dilakukan dengan kedua jenis pegangan ini. Dua macam cara memegang raket di atas, pada kenyataannya digunakan secara bergantian sesuai situasi dan kondisi permainan (PB PBSI, 2005). Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Perbedaan Ukuran Ekstremitas Atas Kanan dan Kiri Perempuan (dalam satuan mm) Populasi Var 1 Var 2 Var 3 Var 4 Var 5 Var 6 Var 7 Var 8 Var 9 1 7 0 21 16 2 2 15 9 3 2 5 0 4 0 0 2 7 2 1 6

Tabel 2. Perbedaan Ukuran Ekstremitas Atas Kanan dan Kiri Laki-Laki (dalam satuan mm) Populasi Var 1 Var 2 Var 3 Var 4 Var 5 Var 6 Var 7 Var 8 Var 9 1 3 3 14 7 2 4 18 5 1 2 4 1 13 7 1 3 10 1 1 Keterangan : 1 : Pemain bulutangkis di Suryanaga 2 : Non-pebulutangkis (murid SMA N 9 Surabaya) Var 1 : Panjang lengan atas Var 2 : Panjang lengan bawah Var 3 : Lingkar bahu Var 4 : Lingkar lengan atas Var 5 : Biepicondylus humerus (saat fleksi) Var 6 : Biepicondylus humerus (saat ekstensi) Var 7 : Lingkar lengan bawah Var 8 : Kekuatan genggam Var 9 : Styloideus radius-ulna Hasil penelitian ini didapatkan bahwa besar perbedaan asimetri ukuran ekstremitas atas pada masing-masing variabel tidak sama. Ada yang menunjukkan perbedaan yang sangat kentara dan ada yang kecil. Variabel yang sangat kentara adalah ukuran pada variabel yaitu lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan kekuatan genggam. Diketahui perbedaan ukuran kanan dan kiri pada lingkar bahu pemain perempuan 21 mm sedangkan perempuan nonpebulutangkis sebesar 4mm. Hal ini membuktikan bahwa adanya perbedaan ekstremitas bagian kanan dan kiri baik pada pemain maupun non-pebulutangkis. Perbedaan lebih terlihat jelas pada pemain karena perlakuan pada ekstremitas atas pemain berbeda dengan yang non-pebulutangkis. Pemain bulutangkis lebih intensif menggunakan ekstremitas kanan pada saat latihan maupun pertandingan, dan tentu saja mereka juga melakukan latihan ketangkasan serta kekuatan otot. Dalam hal ini terbukti bahwa pada pemain bulutangkis otot yang paling sering digunakan adalah otot deltoideus. Oleh karena itu perbedaan lingkar bahu pada pemain lebih kentara bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis. 7

Pada laki-laki perbedaan ukuran lingkar bahu kanan dan kiri pemain dengan non-pemain adalah 1mm. Sementara itu perempuan memiliki perbedaan ukuran lingkar bahu kanan dan kiri yang besar antara pemain bulutangkis dengan non-pebulutangkis. Hal ini mungkin karena aktivitas laki-laki non-pebulutangkis lebih banyak daripada perempuan non-pebulutangkis, sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada laki-laki. Ukuran lingkar lengan atas memiliki perbedaan antara kiri dan kanan yang cukup besar. Perbedaan ukuran lingkar lengan juga menunjukkan bahwa pada perempuan pemain bulutangkis dengan non-pebulutangkis sangat kentara bila dibanding dengan laki-laki. Perempuan pebulutangkis memiliki rata-rata perbedaan sekitar 21mm antara yang kanan dan kiri, sedangkan pada non-pebulutangkis tidak menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan lingkar lengan atas pada laki-laki pemain bulutangkis dan non-pebulutangkis memiliki nilai yang sama yakni 7mm. Pada variabel 7, ukuran lingkar lengan bawah kanan dengan kiri pada laki-laki dan perempuan sama-sama menunjukkan perbedaan yang kentara. Variabel 7 lingkar lengan bawah juga menunjukkan perbedaan yang signifikan, pada perempuan pebulutangkis mencapai 15mm dan pada non-pebulutangkis mencapai 7mm. Pada laki-laki pebulutangkis perbedaan lingkar lengan bawah yang kanan dan kiri mencapai 18mm, sedangkan pada non-pebulutangkis hanya 10mm. Variabel kekuatan genggam juga menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, hal ini dikarenakan semakin otot dilatih maka kerja otot akan semakin efisien. Kekuatan genggam pada seseorang tergantung pada kontraksi ototnya, karena pada saat menggenggam yang bekerja adalah kontraksi otot bahu, lengan atas dan lengan bawah. Pada perempuan pebulutangkis perbedaan kekuatan genggam kanan dan kiri mencapai 9mm, sedangkan pada non-pebulutangkis hanya 2mm. Berbeda dengan laki-laki perbedaan kekuatan genggam kanan dan kiri 5mm pada pebulutangkis dan 1mm pada non-pebulutangkis. Untuk menjawab hipotesis bahwa ada atau tidak ada perbedaan ukuran ekstremitas atas sebelah kanan dan kiri akibat intensitas dominasi penggunaan tangan antara pemain bulutangkis dengan non-pebulutangkis bulutangkis. Maka keputusannya yakni ada perbedaan asimetri ukuran ekstremitas atas pada pemain bulutangkis dan non-pebulutangkis. Perbedaan tersebut dapat dilihat dan signifikansi menunjukkan bahwa semakin kecil signifikansi maka semakin besar perbedaan. Perbedaan yang signifikan ditunjukkan oleh lingkar bahu dengan signifikansi 0,005, 8

lingkar lengan bawah 0,032 dan kekuatan genggam 0,028. Pada variabel lainnya menunjukkan adanya perbedaan, namun tidak signifikan. Asimetri yang kentara pada ukuran ekstremitas atas kanan dengan kiri adalah lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan kekuatan genggam. Perbedaan ukuran ekstremitas kanan dengan kiri pemain bulutangkis lebih signifikan daripada non-pebulutangkis pada variabel lingkar bahu, lingkar lengan bawah dan kekuatan genggam. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pemain bulutangkis lebih besar daripada nonpebulutangkis, sehingga sesuai dengan konsep yang telah ada yakni semakin meningkat aktivitas maka meningkat pula massa tulang (Sucipto, 2006). Simpulan Dengan pengukuran pada ekstremitas atas pemain bulutangkis dan non-pebulutangkis maka dapat diketahui bahwa pada pemain bulutangkis ukuran ekstremitas atas menunjukkan perbedaan yang lebih signifikan dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Sesuai dengan konsep yang ada semakin meningkat aktivitas fisik yang dilakukan manusia, maka semakin meningkat pula massa tulang dan massa otot. Dalam hal ini aktivitas pemain bulutangkis lebih intens dan menekankan pada kerja ekstremitas tangan sisi kanan pada right-handed, atau sisi kiri pada lefthanded. Ukuran ekstremitas pada lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan kekuatan genggam menunjukkan perbedaan yang sangat kentara antara yang kiri dan kanan, sedangkan pada variabel ukur lain yakni: panjang lengan atas, panjang lengan bawah, biepicondylus humerus (saat fleksi dan ekstensi) serta Styloideus radius-ulna tetap menunjukkan perbedaan tetapi tidak signifikan. Perbedaan yang sangat menonjol pada lingkar bahu dikarenakan terjadinya kontraksi otot deltoideus pada saat latihan dasar, teknik maupun pertandingan berlangsung yang dilakukan oleh pemain bulutangkis. Manusia dalam melakukan aktivitas tak lepas dari handedness, sehingga setiap individu memiliki asimetri pada ukuran ekstremitas mereka masing-masing. Berapa besar perbedaan ukuran tersebut bergantung pada aktivitas yang mereka lakukan sehari-hari. Penelitian ini telah membuktikan bahwa adanya perbedaan ukuran ekstremitas atas bagian kanan dan kiri sebagaimana yang telah dikemukakan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Berdasarkan hasil analisa statistik rata-rata perbedaan ukuran kanan dan kiri pada pemain 9

bulutangkis lebih signifikan bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Perbedaan yang signifikan hanya pada variabel-variabel tertentu dimana variabel tersebut lebih dominan digunakan. Perbedaan ukuran kanan dan kiri lingkar bahu, lingkar lengan bawah dan kekuatan genggam lebih signifikan pada pemain bulutangkis bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Meningkatnya aktivitas dapat mempengaruhi massa tulang dan massa otot, karena otot yang dirangsang akan melakukan kontraksi sehingga dapat menambah jumlah sel pada otot beserta tulang yang bersangkutan. Penambahan sel pada otot menyebabkan massa otot bertambah (Glinka, komunikasi personal). 10

Daftar Pustaka Brown, N.A. &Wolpert, L. (1990), Development: The development of handedness in left/right asymmetry, [Online], diakses pada 13 April 2013,http://dev.biologists.org/content/109/1/1.long. Bungin, Burhan, M. (2005), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Prenada Media, Surabaya. Byers, S. N. 2008, Introduction to Forensic Anthropology, Pearson Education, United States of America. Glassman D.M. & Dana, S.E. (1992), NCBI: Handedness and Bilateral Asymmetry of the Jugular Foramen, [Online], diakses pada 14 April 2013, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1545194. Larasati, A.H. (2013), Stress Marker pada Lengan dan Tangan, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya. Mahir, N. (2002), Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi22 : 40-45 f2002: The Relationship between Left-Handedness and Aptitude in Geometry, [Online], diakses pada tanggal 9 April 2013, http://www.efdergi.hacettepe.edu.tr/200222nezahat%20%c3%87et%c4%b0n.pdf. Malina, R.M., Bushang, P.H. (1986), NCBI: Anthropometric Asymmetry in Normal and Mentally Retarded Males, [Online], diakses pada 12 April 2013, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=anthropometric+asymmetry+in+normal+an d+mentally+retarded+males. Norton, Kevin. (1996), Anthropometrica: A Textbook of Body Measurement for Sport, University of New South Wales Press Ltd. Australia. Priyantini, W. (2010), Identifikasi Stress Marker Pengrajin Patung Batu, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya. Santoso, Singgih. (2013), Menguasai SPSS 21 di Era Informasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Sevilla C.G et al, (1993), Pengantar Metode Penelitian, Penerbit Universitas Indonesia (UI- Pres), Jakarta. Sharma, dan Bakshi,S. (2005), Genetic Analysis of bilateral dermatoglyphic asymmetry in twins and their parents. Anthropologischer Anzeiger, vol.53,no.(24),pp. 165-187. Sucipto, (2006), Adaptasi Musculoskeletal Terhadap Latihan, [Online] diakses pada 16 April 2013,http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196106121987031- SUCIPTO/BASIC_RULES_OF_MECHANICS.pdf 11

Ulijaszek, S.J. and Mascie-Taylor, C.G.N. (1994), Anthropometry: The Individual and The Population, Cambridge University Press, New York. Zhao, D, Hopkins,W.D. and Li, B. (2012), Handedness in Nature: First Evidence on Manual Laterity on Bimanual Coordinated Tube Task In Wild Primates. American Journal of Physical Anthropology, vol148,no.1, pp. 36-44. 12