MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

dokumen-dokumen yang mirip
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah

PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Sejarah Singkat Pancasila dan Perlunya Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

ETIKA POLITIK PANCASILA

MAKALAH KULIAH PANCASILA DAMPAK PANCASILA TERHADAP HAM (HAK ASASI MANUSIA) NAMA : AGUNG NUR HIDAYAT NIM : KELAS : D3 MI B

MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA

PENGERTIAN PANCASILA SECARA HISTORIS

PENTINGNYA PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

MAKNA HAKIKAT PANCASILA

HAM DALAM PANCASILA. Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama Penyusun : Galit Rizky Fauzi NIM :

KEDUDUKAN PANCASILA DI INDONESIA

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

PANCASILA DISEBUT SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA. Dosen Pembimbing: Mohammad Idris. P, Drs, MM

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

Pancasila dan Implementasinya

MAKALAH EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

PERUMUSAN PANCASILA. Disusun Oleh: NAMA : GILANG PRADANA TEGUH JATMIKA NIM : S1 Teknik Informatika. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.

Pancasila Sebagai Dasar Negara

NILAI-NILAI DASAR SILA-SILA PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

MAKALAH ARTI PANCASILA DAN IMPLEMENTASI PANCASILA DI MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA

Disusun oleh : Passadewa NIM : Kelompok : Hak Asasi Program Studi : S1 Jurusan : Sistem Informasi Nama Dosen

BAB I PENDAHULUAN BAB II PANCASILA DASAR NEGARA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

MAKALAH PANCASILA PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NILAI-NILAI PANCASILA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

TUGAS AKHIR PANCASILA SILA- SILA PANCASILA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Pendidikan Kewarganegaraan

MAKALAH TUGAS AKHIR PANCASILA. Demokrasi Pancasila

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA

SEJARAH TERBENTUKNYA PANCASILA

NILAI-NILAI dan KANDUNGAN SILA-SILA PACASILA DALAM HIDUP BERNEGARA

Tugas Akhir Kuliah Pancasila Pancasila Sebagai Dasar Negara

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Dosen : Dr. Abidarin Rosyidi, MMa Kelompok E Abdul Rajab Tahir S1.

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA DAN DASAR NEGARA

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

PEMBAHASAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3.

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

MATERI TES WAWASAN KEBANGSAAN 1. PANCASILA Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pañca

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP RAKYAT DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA. Rakyat Indonesia

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH PANCASILA. `: Roni Guswiyanto NIM : : S1 Teknik Informatika. : DR. Abidarin Rosyidi, MMa.

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

MAKALAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA. AKTUALISASI NILAI PANCASILA : Implementasi Sila Pertama dalam kaitan dengan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Dr. Achmad Jamil M.Si.

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI

BERPERILAKU PANCASILA

PENGERTIAN PANCASILA SECARA ETIMOLOGIS DAN HISTORIS

Nilai Pancasila Sila Ketiga dalam Kemajemukan Budaya Indonesia

MAKALAH ARTI DAN FUNGSI PANCASILA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

SEJARAH TERBENTUKNYA PANCASILA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

AKU WARGA NEGARA YANG BAIK

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

TUGAS AKHIR PANCASILA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA. Nama : Yudhi Riawan Nim : Kelompok : C Jurusan : S1 Teknik Informatika Dosen : Drs.

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya

Nilai-Nilai Pancasila

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

Tugas. Matakuliah Kewarganegaraan PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA INDONESIA. Dosen Pengampu:Abidarin Rosidi,Dr,M.Ma

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA


STMIK AMIKOM JOGJAKARTA

APA ARTI PANCASILA DI MATA MASYARAKAT? DAN SEBEREPA JAUH PENGAMALANYA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

MAKALAH PANCASILA REAKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA REFORMASI DAN ERA GLOBAL

PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA DITINJAU DARI PANCASILA SILA KETIGA

Pancasila dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Transkripsi:

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Pendidikan Pancasila Program D3-TI STMIK AMIKOM Yogyakarta Disusun oleh: ERVANDA YUDHA ARISTA 11.01.2909 Kelompok B Dosen Irton S,Kom. FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

Abstrak Bangsa Indonesia memiliki kepribadian dan pandangan hidup yang tercermin dari dasar negaranya yakni Pancasila. Namun tak banyak yang mengerti bagaimana Pancasila di rumuskan. Dan tak banyak pula yang sadar bahwa telah banyak penyimpangan dalam mempraktekkan nilai-nilai Pancasila pada kehidupan sehari-hari. Pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI disempurnakanlah Pancasila, maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan pemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila. Terdapat banyak kesalahan dalam mengamalkan Pancasila terutama sila kelima, sehingga banyak terjadi ketimpangan sosial dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Dari semua perincian, sudah sepantasnya dilakukan koreksi pada semua lini pemerintahan. Tugas kita adalah mengawasi pelaksanaannya.

A. Latar Belakang Masalah Pancasila adalah dijiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah. B. Rumusan Masalah Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis merumuskan masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya: 1. Bagaimana Pancasila dilihat dari pendekatan historis? 2. Bagaimana pengamalan Pancasila sila kelima dalam kehidupan seharihari?

C. Pendekatan Pancasila Secara Historis Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita, Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit pada abad XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular, dalam buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti Berbatu sendi yang lima (dari bahasa Sansekerta) Pancasila juga mempunyai arti Pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut: 1. Tidak boleh melakukan kekerasan 2. Tidak boleh mencuri 3. Tidak boleh berjiwa dengki 4. Tidak boleh berbohong 5. Tidak boleh mabuk minuman keras/obat-obatan terlarang Pada perjuangan merebut kemerdekaan Pancasila mulai dirumuskan kembali. Pembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap perkembangan rumusan Pancasila sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan keluarnya Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968. Pembatasan ini didasarkan pada dua pengandaian, yakni: 1. Telaah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai pada tanggal 29 Mei 1945, saat dilaksanakan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 2. Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan pendapat tentang rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada lagi. Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan dan pengamalannya saja. Hal ini tampaknya belum terselesaikan oleh berbagai peraturan operasional tentangnya. Dalam hal ini, pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 (Ekaprasetia Pancakarsa) tampaknya juga belum diikuti upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila secara lebih alamiah. Tentu kita menyadari juga bahwa upaya pelestarian dan pewarisan Pancasila tidak serta merta

mengikuti Hukum Mendel. Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya cukup untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang proses dan dinamika Pancasila hingga menjadi Pancasila otentik. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa dalam membahas Pancasila, kita terikat pada rumusan Pancasila yang otentik dan pola hubungan sila-silanya yang selalu merupakan satu kebulatan yang utuh. Sidang BPUPKI 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945 Dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan telaah pertama tentang dasar negara Indonesia merdeka sebagai berikut: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat. Ketika itu ia tidak memberikan nama terhadap lima (5) azas yang diusulkannya sebagai dasar negara. Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang yang sama, Ir. Soekarno juga mengusulkan lima (5) dasar negara sebagai berikut: 1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme 3. Mufakat atau Demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan Dan dalam pidato yang disambut gegap gempita itu, ia mengatakan: saja namakan ini dengan petundjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanja ialah Pantja Sila (Anjar Any, 1982:26). Piagam Jakarta 22 Juni 1945

Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut kemudian dikembangkan oleh Panitia 9 yang lazim disebut demikian karena beranggotakan sembilan orang tokoh nasional, yakni para wakil dari golongan Islam dan Nasionalisme. Mereka adalah: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Mr. Achmad Subardjo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Muhammad Yamin. Rumusan sistematis dasar negara oleh Panitia 9 itu tercantum dalam suatu naskah Mukadimah yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta, yaitu: 1. Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemelukknya 2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, Piagam Jakarta diterima sebagai rancangan Mukadimah hukum dasar (konstitusi) Negara Republik Indonesia. Rancangan tersebut khususnya sistematika dasar negara (Pancasila) pada tanggal 18 Agustus disempurnakan dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan pemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun berdasrkan kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut telah

dipraktikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita teruskan sampai sekarang. Konstitusi RIS (1949) dan UUD Sementara (1950) Dalam kedua konstitusi yang pernah menggantikan UUD 1945 tersebut, Pancasila dirumuskan secara lebih singkat menjadi: 1. Pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Perikemanusiaan 3. Kebangsaan 4. Kerakyatan 5. Keadilan sosial Sementara itu di kalangan masyarakat pun terjadi kecenderungan menyingkat rumusan Pancasila dengan alasan praktis/pragmatis atau untuk lebih mengingatnya dengan variasi sebagai berikut: 1. Ketuhanan 2. Kemanusiaan 3. Kebangsaan 4. Kerakyatan atau Kedaulatan Rakyat 5. Keadilan sosial Keanekaragaman rumusan dan atau sistematika Pancasila itu bahkan tetap berlangsung sesudah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang secara implisit tentu mengandung pula pengertian bahwa rumusan Pancasila harus sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968 Rumusan yang beraneka ragam itu selain membuktikan bahwa jiwa Pancasila tetap terkandung dalam setiap konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, juga memungkinkan terjadinya penafsiran individual yang membahayakan kelestariannya sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa

Indonesia. Menyadari bahaya tersebut, pada tanggal 13 April 1968, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968 yang menyeragamkan tata urutan Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

D. Pembahasan Menilik kembali kepada tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan kehendak dalam mengisi kemerdekaan RI yakni sebagai berikut: 1. Membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Memajukan kesejahteraan umum / bersama 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa 4. Ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial. Dalam praktek dewasa ini sepertinya masih jauh api dari panggang, masih jauh impian dengan kenyataannya. Ketika hak-hak sebagai warga negara masih sangat sedikit yang menikmati, namun kewajibannya harus tetap dilaksanakan. Dilihat dari pasal kelima seharusnya saat ini hak warga negara lebih diperhatikan, misalnya hak yang paling mendasar yakni Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, agama, jabatan, dan lain sebagainya. Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak Asasi Manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan/tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia. Di Indonesia ini pelanggaran-pelanggaran terhadap HAM menyebabkan banyak rakyat yang sangat menderita. Contoh nyata akibat

pelanggaran HAM tersebut adalah: 1. Kemiskinan Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Hal ini sebenarnya didasari oleh rendahnya kualitas SDM Karena latar belakang pendidikan yang masih tergolong rendah dan kualitas moral para pemimpin yang tidak baik. Maksudnya adalah ketidak merataan pembangunan dibeberapa daerah sehingga beberapa wilayah di Indonesia memiliki nilai kemiskinan yang rendah sedangkan daerah lainnya memiliki angka kemiskinan yang tinggi. Jadi ini adalah bukti tidak adilnya pemerintah terhadap kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang menyebabkan kemiskinan. 2. Ketimpangan dalam pendidikan Banyak anak usia sekolah harus putus sekolah karena biaya, mereka harus bekerja dan banyak yang menjadi anak jalanan. Walaupun sudah diberlakukannya beberapa program untuk mengurangi biaya sekolah atau bahkan membebaskan biaya sekolah BOS (Biaya Operasional Sekolah) tapi kenyataannya pembagiannya masih belum merata diseluruh wilayah Indonesia dan masih banyak dipotong oleh pihak-pihak tertentu. 3. Ketimpangan dalam pelayanan kesehatan Keadilan dalam kesehatan masih belum dirasakan oleh masyarakat miskin Indonesia. Didalam hal ini maksudnya adalah belum dirasakan manfaat PJKMM (Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin) atau ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) sehingga munculnya anggapan orang miskin dilarang sakit karena biaya berobat di Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi dan hanya untuk kalangan menengah ke atas.

E. Penutup 1. Kesimpulan Terlalu banyak warga negara yang menjadi korban dari ketimpangan pemenuhan Hak Asasi Manusia di negara ini. Pasal kelima dari Pancasila seharusnya dapat menjadi dasar dan tujuan untuk menciptakan kehidupan yang adil dan makmur. Ketika para wakil rakyat sibuk memikirkan dirinya sendiri dan kroni-kroninya, lalu siapa yang memikirkan rakyat? Para pendahulu dengan susah payah merancang dan menyusun Pancasila ini, dengan harapan akan tercipta kehidupan yang lebih baik bagi setiap warganya. Bahkan sejak zaman Kerajaan Majapahit sudah mulai dikemukakan tentang Pancasila. Namun sekarang yang kita dapat hanyalah kemiskinan, ketimpangan dalam pendidikan dan kesehatan yang semakin meluas seiring bertambahnya penduduk di Indonesia. 2. Saran Berdasarkan uraian di atas sudah saatnya kita semua bergerak dalam memerangi penyimpangan ini. Pertama-tama pemerintah haruslah lebih memperhatikan rakyatnya, karena mereka sudah dipilih untuk menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat. Pemerintah seharusnya mendahulukan kepentingan seluruh rakyat dari pada kepentingan segelintir orang saja. Selanjutnya tugas warga negara adalah bersamasama dalam mengawasi pelaksanaannya. Pemerintah harusnya lebih bersikap proaktif dan adil kepada rakyatnya, ketika program dan bantuan tersalurkan dengan baik kepada yang benar-benar membutuhkan setidaknya dapat memberi harapan untuk hidup yang lebih baik.

F. Daftar Pustaka 1. Cassese, Antonio, 1994. HAM di Dunia Yang Berubah, Jakarta; Yayasan Obor. 2. Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud. 3. Soediman Kartohadiprojo, 1970. Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung; Alumni.