PERAN GURU DALAM MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SMP NEGERI 1 BUA PONRANG KABUPATEN LUWU

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA SD KOTA YOGYAKARTA. Siti Anafiah Ardian Arief

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Secara umum peranan guru dalam pengembangan pendidikan karakter di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

JURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Secara Umum, Pendidikan seni yang dilaksanakan di SMK Negeri 10

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. dimaksud dalam huruf b merupakan tanggung jawab bersama keluarga, satuan pendidikan, dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil

(Tahun ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PERAN GURU DALAM MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SMP NEGERI 1 BUA PONRANG KABUPATEN LUWU Busra Bumbungan 1 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 Penelitian di dilakukan di SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu, bertujuan untuk mengetahui peran guru sebagai katalisator, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter di SMP Negeri 1 Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu. Lokasi penelitian yang akan ditempati adalah Lokasi penelitian yang akan ditempati adalah SMP Negeri 1 Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu dengan menunggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data adalah kepala sekolah, guru dan siswa yang diambil secara purposive sampling. Fokus enelitan adalah peran guru sebagai katalisator, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dan member chek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peran guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu melaksanakan peran sebagai katalisator dengan tujuan melakukan pembaharuan dan membentuk talenta siswa SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu yang tidak terlepas dari nilai-nilai karakter seperti rasa tanggung jawab, (2) Guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu menjadi figur inspirator bagi siswa meskipun belum merata karena bagi guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu menjadai inspirator tidaklah mudah, (3) Optimalisasi peran guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu sebagai motivator dalam proses pembelajaran. Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai aktor yang dilihat dan didengar oleh peserta didik, tetapi guru seyogyanya berperan sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajar yang terintegrasikan nilai rasa hormat dan dan nilai ketekunan, (4) Guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu menjalin interaksi dengan siswa dan masyarakat. Peran guru sebagai dinamisator tidak seutuhnya ditempuh oleh guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu dengan sebaik mungkin. harapan dari dinamisator adalah dalam diri siswa terbentuk nila-nilai kedisiplinan diri dan ketekunan, (5) Evaluasi diperlukan guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu dalam menganalisis tingkat ketercapaian akademik siswa dalam kelas maupun kegiatan sekolah lainnya yang berkaitan nilai-nilai karakter. Kata Kunci: peran guru, nilai-nilai karakter 1. Pendahuluan Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses (Soekanto, 2002: 268-269). Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah. Pendidikan karakter harus disosialisasikan sejak dini pada semua level maupun jenjang pendidikan. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-komponen Halaman 241 dari 896

Busra Bumbungan pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ekstrakurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Suyanto (2010) menyatakan bahwa ranah pendidikan karakter paling tidak harus mencakup sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, yang meliputi: (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-nya; (2) Kemandirian dan tanggung jawab; (3) Kejujuran/amanah; (4) Hormat dan santun; (5) Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; (6) Percaya diri dan pekerja keras; (7) Kepemimpinan dan keadilan; (8) Baik dan rendah hati, dan; (9) Toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Guru sebagai tokoh sentral dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter, sebab guru merupakan idola bagi para peserta didik. Sikap dan tindakan seorang guru akan menjadi teladan bagi para peserta didiknya. Pendidikan di Indonesia cenderung hanya berorientasi pada aspek kognitif yang lebih menekankan pada nilai hasil belajar. Banyak guru yang berpandangan bahwa peserta didik dikatakan baik kompetensinya apabila nilai hasil ulangan atau ujiannya tinggi, sementara itu guru sering lalai bahwa pendidikan yang hanya berorientasi pada aspek kognitif (nilai), tidak mampu untuk membentuk karakter peserta didik. Pemahaman guru tentang pendidikan karakter sangat penting sebab selain sebagai transfer pengetahuan guru juga berperan dalam transfer nilai, sehingga pemahaman guru tentang pendidikan karakter dapat dijadikan sebagai acuan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan karakter itu sendiri. Seorang guru yang tidak memahami pendidikan karakter, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan karakter tidak dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah dikemukakan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah peran guru sebagai katalisator, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter di SMP Negeri 1 Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru sebagai katalisator, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter di SMP Negeri 1 Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu. 2. Metode Penelitian Lokasi penelitian yang akan ditempati adalah SMP Negeri 1 Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu dengan menunggunakan penelitian deskriptif kualitatif Halaman 242 dari 896

Peran Guru dalam Mengintegrasikan Nilai-Nilai Karakter dengan sumber data adalah kepala sekolah, guru dan siswa yang diambil secara purposive sampling. Fokus penelitan adalah peran guru sebagai katalisator, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dan member chek. 3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Guru sebagai katalisator Peranan guru sebagai katalisator adalah sebagai pembaharu. Guru berperan dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidak hanya intelektual saja, tetapi berbagai perubahan yang lain juga perlu. Misalnya perubahan moral, spiritual, sosial, dan kebiasaan. Seorang guru dapat menjadi pembaharu melalui pengetahuan atau wawasan yang dimiliki dengan cara menyebarluaskan melalui perkumpulan-perkumpulan masyarakat setempat, kegiatan-kegiatan kepemudaan, atau bahkan bisa juga melalui sosialisasi. hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2004: 125) berpendapat bahwa guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru sebagai sosok yang mentransfer pengetahuan memiliki peran yang paling aktif dalam pelaksanaan pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Guru melaksanakan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran dengan mengajar siswa. Siswa juga akan kesulitan dalam belajar ataupun menerima materi tanpa keberadaan guru, hanya mengandalkan sumber belajar dan media pembelajaran saja akan sulit dalam penguasaan materi tanpa bimbingan guru. Guru juga memiliki banyak kewajiban dalam pembelajaran dari mulai merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan serta membentuk talenta siswa. Peran guru sebagai katalisator ditanamkan oleh kepala sekolah dalam diri guru agar sejak dini sudah dipersiapkan agar siswa SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu benar-benar menguasai materi pelajaran secara maksimal dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah ataupun kondisi siswa, siswa dapat mengatur kecepatan reaksi belajar anak didik,selain itu untuk melahirkan Halaman 243 dari 896

Busra Bumbungan siswa yang bertalenta melalui kegiatan intrakurikuler ataupun ekstrakukirikuler sekolah yang berkarakter. Guru sebagai katalisator adalah dimana pendidik membantu anak-anak didik dalam melakukan perubahan dan menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka. Pendidik bergerak sebagai pembimbing yang membantu, mangarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter emosi, serta aspek intelektual peserta didik. Pendidik sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta terhadap proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat terjadi secara optimal. Katalisator merupakan bagian yang penting yang dipegang oleh guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu agar memberikan pembahuruan di SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu dan melahirkan siswa dengan talenta-talenta yang berbeda. Talenta tersebut akan beriringan dengan nilai-nilai karakter, hal tersebut menjadi tanggung jawab tersendiri bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Proses Belajar di SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu, guru dan siswa menjalani hari-hari di sekolah dengan penekanan pembaharu sehingga kegiatan belajar mengajar bukan hanya sebagai formalitas yang dilakukan setiap hari. Namun guru juga membimbing siswa pada kegiatan ekstrakurikuler dalam membina talenta SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu. Sikap tanggung jawab sangat dibutuhkan guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu dalam melaksanakan peran yang harus diemban. 2. Guru sebagai inspirator Pelaksanaan kegiatan belajar adalah sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Pada saat sekarang ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif, dengan pendidik selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Hal ini akan menimbulkan kejengahan terhadap siswa, sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti ini, merupakan masalah yang serius dalam dunia pendidikan. Pandangan guru bahwa tugas guru hanyalah menyampaikan materi, sedangkan tugas siswa adalah mengerti dengan apa yang disampaikannya, bila peserta didik tidak mengerti, maka itu adalah urusan mereka. Tindakan seperti ini merupakan suatu paradigma konvensional yang tidak perlu dipertahankan. Anggapan tersebut sudah mulai diredam kepala sekolah di SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu sehingga guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu menjalankan peran Halaman 244 dari 896

Peran Guru dalam Mengintegrasikan Nilai-Nilai Karakter dengan baik. Dalam kegiatan proses belajar mengajar, guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu bukan hanya menyampaikan materi kepada siswa dan siswa mendengar materi tersebut, tapi guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu memanfaat selah waktu dengan sebuah bahasa bijak disampaikan sebagai suatu inspirasi bagi siswa dalam menjalani pendidikan misalkan slogan pendidikan guru bisa digugu dan ditiru digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru, dicontoh atau diteladani. Guru adalah sebuah profesi yang mulia karena di tangan merekalah masa depan bangsa ini ditentukan. Guru juga dianggap sebagai pahlawan pembangunan, karena di tangan mereka akan lahir pahlawan-pahlawan pembangunan yang kelak mengisi ruang-ruang publik di negeri ini. Guru yang ideal, bukan sekedar guru yang memenuhi syarat-syarat teknik: seperti pintar, pandai, atau pakar di bidang ilmu yang dimiliki; melainkan yang jauh lebih penting dari itu semua, guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai "agent of change". (Mulyani, 2013 ) Guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu merupakan sosok guru dan orang tua yang menjadi inspirasi bagi siswa maka dari itu guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu tak segan melalukan kegiatan yang berbeda dari kebiasaankebiasaan guru pada umumnya. Yang paling ditekankan guru di SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu adalah bagaimana guru selaku tenaga pengajar sedapat mungkin menjadi sosok yang ditiru oleh siswa. Karena ditiru maka guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu berusaha untuk melaksanakan aktifitas keguruan dengan muatan pesan-pesan karakter. 3. Guru sebagai motivator Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan daya cipta dan kreatifitas, sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri. Hal tersebut melekat pada guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu. Dalam proses pembelajaran, guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu tak lupa dan selalu memberikan motivasi di dalam kelas pada saat Halaman 245 dari 896

Busra Bumbungan awal pembelajaran dan diluar kelas pada kegiatan ekstrakurikuler. Bentuk motivasi yang dilakukan Guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu sebagai seorang motivator adalah bagaimana siswa SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwumemiliki nilai rasa hormat dan tekun dalam menempuh pendidikan dan menjadi bekal bagi alumni kelak. sebagaimana yang dikemukakan (Ramly dkk, 2011: 2) adalah bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlaq mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, beorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila Motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Kepala sekolah SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu melihat pentingnya hal tersebut sehinga dalam setiap rapat sekolah, kepala sekolah menekankan kepada guru agar poin motivasi tak lupa disisipkan dalam kegiatan belajar mengajar maupun diluar kelas. Konsistennya guru mengaplikasikan kebiasaaan memberikan mitovasi menjadi nilai tersendiri bagi siswa terlebih lagi guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu, nilai tersebut adalah nilai kejujuran, kepedulian dan nilai tanggung jawab. Harapan yang besar bagi guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu agar nilai-nilai karakter tidak hanya slogan biasa namun diaplikasikan oleh siswa. Kurang berprestasinya seorang siswa bukan hanya bergantung pada kemampuan intelektual siswa tetapi dikarenakan tidak kurangnya motivasi untuk belajar sehingga siswa tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya dalam menempuh pendidikan. Dengan demikian siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi dari orang yang berada disekitar siswa tersebut. 4. Guru sebagai dinamisator Profesi menjadi guru adalah hal yang menjadi dambaan kebanyakan orang. Setiap profesi mempunyai tuntutan-tuntutan khusus, dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi itu. Sebagai profesi yang mulia guru harus menjadi teladan baik di dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam seluruh kehidupannya, tetapi jangan sampai hal itu menjadikan guru tidak memiliki kebebasan sama sekali. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding dengan profesi lain. Halaman 246 dari 896

Peran Guru dalam Mengintegrasikan Nilai-Nilai Karakter Guru yang baik adalah guru yang memiliki keluwesan, kemudahan, dan kemampuan dalam bergaul atau berinteraksi dalam kelas dan di luar kelas dengan siswa maupun di masyarakat. Jika tahap interaksi antara guru dengan siswa berlangsung baik maka guru dapat melaksanakan peranannya dengan baik pula. Selanjutnya guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu sebagai guru yang dinamisator sebagian besar guru telah melaksanakan peran tersebut meskipun saat ini belum merata. Didalam proses belajar, guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu sebagai dinamisator menerapkan model pembelajaran yang bervariasi, media yang beragam dan pengelolaan kelas yang matang sehingga proses pembelajaran tidak monoton yang dapat membentuk siswa jadi bosan, namun yang terpenting lagi adalah guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu melakukan peran dinamisator dengan menggandeng nilai-nilai karakter seperti nilai kedisiplin diri dan ketekunan dalam mengikuti seluruh proses pendidikan dan keberanian dalam mengemukakan pendapat. Selain dinamisator di sekolah, guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu menjadi sosok yang dinamisator dalam menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat. Guru berperan dalam meredam gejolak-gejolak yang ada di masyarakat dan ikut berperan aktif dalam pembangunan yang ada di masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu dituntut untuk memiliki kompetensi-kompetensi tertentu agar dalam berinteraksi dengan masyarakat terjadi sehingga guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu tidak dipandang sebelah mata. Kompetensi yang urgen dimiliki seorang guru dalam menjalankan peran sebagi dinamisator adalah kompetensi sosial. Guru mengoptimalkan kemampuan tersebut untuk mendorong potensi yang ada di masyarakat. 5. Guru sebagai evaluator Guru memiliki tugas untuk menilai dan mengamati perkembangan prestasi belajar siswa. Guru memiliki otoritas penuh dalam menilai siswa, namun demikian evaluasi tetap harus dilaksanakan dengan objektif. Evaluasi yang dilakukan guru harus dilakukan dengan metode dan prosedur tertentu yang telah direncanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian karena dengan Halaman 247 dari 896

Busra Bumbungan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang akan dicapai oleh siswa setelah melaksanakan proses belajar. Peran guru sebagai penilai hasil belajar siswa, guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu dari waktu ke waktu. Sebagai evaluator, guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwuberperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu. Informasi yang diperoleh guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu melalui evaluasi merupakan bahan referensi untuk proses belajar mengajar selanjutnya. Disamping mengevaluasi hasil belajar dan prestasi secara akademik, guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu juga melakukan evaluasi terhadap terlaksananya seluruh kegiatan yang telah diprogram di sekolah termaksud berhasil atau tidakkah kegiatan ekstrakurikuler dalam menata karakter siswa. Gagalnya guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu membina nilai-nilai karakter siswa akan menjadi beban tersendiri bagi guru. Membina dan membentuk karakter siswa SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwumemerlukan ketekunan dan keuletan dari guru sehingga bukanlah sebuah keharusan bahwa sekali guru melakukan peran dengan baik maka akan langsung mendapatkan hasil yang baik pula dalam membentuk siswa yang berkarakter. membentuk karakter membutuhkan keterampilan khusus bagi guru dalam menjalankan peran. 4. Kesimpulan Dan Saran a. Kesimpulan Setelah diadakan penelitian di SMP Negeri 1 Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu mengenai peran guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu melaksanakan peran sebagai katalisator dengan tujuan melakukan pembaharuan dan membentuk talenta siswa SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu yang tidak terlepas dari nilai-nilai karakter seperti rasa tanggung jawab. 2. Guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu menjadi figur inspirator bagi siswa meskipun belum merata karena bagi guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu menjadai inspirator tidaklah mudah. Halaman 248 dari 896

Peran Guru dalam Mengintegrasikan Nilai-Nilai Karakter 3. Optimalisasi peran guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu sebagai motivator dalam proses pembelajaran. Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai aktor yang dilihat dan didengar oleh peserta didik, tetapi guru seyogyanya berperan sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajar yang terintegrasikan nilai rasa hormat dan dan nilai ketekunan. 4. Guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu menjalin interaksi dengan siswa dan masyarakat. Peran guru sebagai dinamisator tidak seutuhnya ditempuh oleh guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu dengan sebaik mungkin. harapan dari dinamisator adalah dalam diri siswa terbentuk nila-nilai kedisiplinan diri dan ketekunan. 5. Evaluasi diperlukan guru SMP Negeri 1 Bua Ponrang Kabupaten Luwu dalam b. Saran menganalisis tingkat ketercapaian akademik siswa dalam kelas maupun kegiatan sekolah lainnya yang berkaitan nilai-nilai karakter. 1. Perlunya kerjasama semua pihak untuk mendorong dan mendukung pelaksanaan peran guru dikaitkan dengan nilai-nilai karakter. 2. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia. 3. Guru dan orang tua hendaknya menjadi model utama dalam pendidikan karakter di sekolah dan di rumah. Daftar Pustaka [1] Mulyani, Wiwik. 2013. guru adalah pembentuk akar dan karakter bangsa. http://www.prestasi-iief.org/index.php/id/feature/66-guru-adalahpembentukakal-dan-karakter-bangsa. diakses 28 April 2014 [2] Ramly, Mansyur dkk. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan perbukuan. Jakarta. [3] Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. [4] Suyanto. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter, Jakarta : Dirjen Dikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional. [5] Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Halaman 249 dari 896