BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari IPA adalah fisika yang merupakan cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan baik

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang merumuskan bahwa: mempengaruhi sumber daya manusia (SDM) suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah melibatkan interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. dan model pembelajaran yang interaktif dan melibatkan keaktifan siswa. Dengan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

ARTIKEL ILMIAH OLEH: HERMIN NOVITA INGGAR SARI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, antara lain guru sebagai penginisiatif moral dan pengasuh serta. memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN ARENDSTERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-Qur an surah Ar-Ra du ayat 11 Allah SWT berfirman: ...

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Kemajuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

Transkripsi:

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan mendasar dalam menjalani kehidupan, karena pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan aspek kepribadian manusia baik keterampilan maupun kemampuan atau bakat yang terpendam dalam dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa indonesia) yang memiliki pengetahuan dan kepribadian yang mantap dan mandiri terhadap bangsa dan negara. Undang-Undang RI N0. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 3 yang berbunyi, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 1 Dirjen Pendidikan Islam, UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan,Jakarta: Depag RI,2006.h.8.

3 Kurikulum dalam perkembangannya harus memahami dan menyadari tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-Undang tersebut. 2 Sesuatu yang direncanakan dan dikembangkan serta dilaksanakan dalam setiap proses pendidikan pada akhirnya harus bermuara pada pengembangan potensi setiap anak. Pengembangan potensi tersebut antara lain agar mereka menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, memiliki akhlak yang mulia, manusia yang sehat, berilmu, cakap, dan lain sebagainya. 3 Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu yang diamati dengan indra. 4 Penelitian tentang pembelajaran fisika menunjukkan banyak faktor yang membuat pembelajaran fisika menjadi menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang tinggi, salah satu faktor terpenting untuk menghasilkan itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkrit sebagai hasil pelajaran. 5 Peneliti melakukan observasi di MAN Model Palangka Raya yang terletak di Jalan Tjilik Riwut km 5 Palangka Raya. MAN Model memiliki 23 ruangan kelas yang terdiri dari 7 (tujuh) ruangan untuk kelas X, 4 (empat) ruangan untuk kelas XI IPA, 2 (dua) ruangan untuk kelas XI IPS, 1 2 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Kencana, 2006, h.18 3 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Kencana, 2006, h.18 4 K.Kamajaya, Inspirasi Sains Fisika,Jakarta: Ganeca Exact, 2007, h. 2 5 Supriyono Koes H, Strategi Pembelajaran Fisika, Malang: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, 2003, h.3

4 (satu) ruangan untuk kelas XI Bahasa, 1(satu) ruangan untuk kelas XI Agama, 4 (empat) ruangan untuk kelas XII IPA, 2 (dua) ruangan untuk kelas XII IPS, 1 (satu) ruangan untuk kelas XII Bahasa, dan 1 ruangan untuk kelas XII Agama. MAN Model juga mempunyai 1 (satu) ruangan laboratorium komputer yang dilengkapi dengan internet dan perpustakaan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar serta mempunyai 1 (satu) ruang laboratorium IPA. Perlengkapan laboratorium komputer dan laboratorium IPA cukup memadai untuk digunakan sebagai kegiatan belajar mengajar. Saat melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran, beliau mengatakan bahwa dalam Proses belajar mengajar di MAN Model mengunakan metode konvensional. Motode ini dianggap guru paling mudah dan efektif untuk diterapkan di sekolah. Siswa cenderung lebih banyak menerima informasi dari guru saja dan konsep yang diperolah siswa tersebut tidak tertanam dalam ingatan siswa. Sehingga sebagian besar siswa masih malu dan tidak berani mengemukakan pendapatnya karena siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan suatu konsep atau melatih keterampilan yang ada pada diri siswa. Salah satu pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif agar siswa lebih aktif dan meciptakan pembelajaran lebih efektif adalah dengan model pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu. Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa

5 belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Antaranggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya. 6 Belajar berkolaborasi dapat dipandang pula sebagai metode belajar mengajar yang menempatkan siswa bekerja berkelompok, berdiskusi, bereksplorasi, berelaborasi, memecahkan masalah, mengembangkan kreasi dalam menyelenggarakan proyek, mempresentasikan, berdebat, serta kegiatan lain yang memungkinkan siswa berkerja sama sehingga setiap individu dapat berkembang optimal dalam kerja sama kelompok. Dijelaskan lebih jauh bahwa belajar berkolaborasi pada dasarnya mengembangkan kegiatan dalam kerja sama kelompok. 7 Pembelajaran fisika pada materi suhu dan kalor yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional dianggap metode yang paling mudah untuk diterapkan oleh guru. Pelajaran fisika pada materi Kalor dan Pepindahannya memiliki Kompetensi Dasar Menganalisis Pengaruh Kalor terhadap suatu zat, Menganalisis Cara Perpindahan Kalor, dan Menerapkan Asas Black dalam Pemecahan Masalah, jika dengan metode ceramah saja mungkin tidak tepat untuk menuntaskan satu kompetensi dasar ini. Pelajaran fisika pada materi ini tidak hanya bertujuan agar siswa dapat memahami materi kalor secara 6 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011, h. 309. 7 Rusmin Husain, Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar Paket C, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, h. 20.

6 teori saja, tetapi dengan praktik dan penyelesaian kuantitatifnya. Hal ini dapat dilihat pada materi kalor yang memiliki Kompetensi Dasar dengan kata operasionalnya adalah Menganalisis. Pembelajaran Kolaboratif pada materi pokok ini melatih siswa untuk memahami dan menggunakan persamaan kalor secara kuantitatif. Selain itu siswa juga dilatih untuk mengamati dan mendiskusikan perubahan dan perpindahan kalor. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan inilah, maka peneliti melakukan upaya untuk melihat hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika dengan melaksanakan penelitian dengan judul: Perbandingan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Kolaboratif dan Pembelajaran Konvensional Pada Materi Kalor di Kelas X Semester II MAN Model Palangka Raya Tahun Ajaran 2012/2013. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif dan pembelajaran konvensional pada materi kalor? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kolaboratif dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2012/2013 materi kalor?

7 3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran konvensional pada materi kalor? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif pada materi kalor. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Kolaboratif dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2012/2013 materi kalor. 3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kolaboratif pada materi kalor. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini yaitu: Ha H o Ada perbedaaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kolaboratif dan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2012/2013 materi kalor. Tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2012/2013 materi kalor.

8 E. Kegunaan Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Memberikan gambaran mengenai hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kolaboratif pada materi suhu dan kalor di kelas X semester I MAN Model Palangka Raya sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk persiapan menjadi tenaga pendidik. 2. Memberikan informasi pada guru-guru Fisika Madrasah Aliyah khususnya di MAN Model Palangka Raya tentang model pembelajaran kolaboratif. 3. Memberikan pertimbangan bagi guru dalam memberi metode pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif. 4. Untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan sarana informasi dan bahan acuan untuk penelitian yang relevan. F. Definisi Konsep Definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran. 8 2. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik. 9 8 Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 33 9 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, h. 272.

9 3. Kolaborasi berarti kerja sama. Kolaborasi mengandung nilai-nilai dalam rangka menggalang kerja sama, mengupayakan orang-orang bersedia bekerja sama dalam satu hati, satu visi, dan semangat kebersamaan untuk mencapai harapan masa depan. 10 4. Hasil belajar siswa adalah hasil tes atau skor yang didapatkan siswa di akhir pertemuan. 5. Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda yang diukur oleh thermometer 11 6. Kalor adalah energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan. 12 G. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bagian: 1. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian. Dalam latar belakang penelitian ini digambarkan secara global penyebab serta alasan-alasan yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian ini. Setelah itu, dirumuskan secara sistematis mengenai masalah penelitian yang akan dikaji agar penelitian lebih terarah. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian untuk mendefinisikan anggapan sementara pembahasan serta definisi 10 Rusmin Husain, Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar Paket C, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, h. 18. 11 Edi Estiyono, FISIKA untuk kelas X, Klaten: Intan Priwara, 2005, h. 4. 12 Edi Estiyono, FISIKA untuk kelas X, Klaten: Intan Priwara, 2005, h. 13.

10 konsep untuk menghindari kerancuan dan mempermudah pembahasan dan terakhir dari bab pertama ini adalah sistematika pembahasan. 2. Bab kedua, memaparkan deskripsi teoritik yang menerangkan tentang variabel yang diteliti yang akan menjadi landasan teori atau kajian teori dalam penelitian yang memuat dalil-dalil atau argumen-argumen variabel yang akan diteliti. 3. Bab ketiga, metode penelitian yang berisikan waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel serta metode dan desain penelitian. Selain itu di bab dua ini juga dipaparkan mengenai tahapan-tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data agar yang diperoleh benar-benar shahih dan dapat dipercaya 4. Bab keempat, berisi Hasil Penelitian dari data-data dalam penelitian dan Pembahasan dari data-data yang diperoleh. 5. Bab kelima, Kesimpulan dari Penelitian yang menjawab rumusan masalah dan saran-saran dari peneliti dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.