BAB II TINJAUAN PUSTAKA. DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

Pendpampingan Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) Kelompok Prolanis BPJS Anggota Kepesertaaan FKTP Klinik Sakinah Kabupaten Jember

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia yang semakin luas penyebarannya. Penyakit Demam Berdarah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB I PENDAHULUAN. Selama hampir dua abad penyakit Demam Berdarah (DB) disejajarkan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap. Waktu : 60 menit ( 45 menit ceramah dan 15 menit diskusi ).

KUESIONER PENELITIAN

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I LATAR BELAKANG

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Upaya Pencegahan Upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti sebagai vector utama. Oleh karena nyamuk tersebut hidup di dalam dan sekitar rumah penduduk, maka partisipasi masyarakat dalam pengendalian vector Aedes aegypti sangat menentukan keberhasilannya. Cara pencegahan yang disarankan kepada masyarakat adalah program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara fisik maupun kimia (Departemen Kesehatan RI, 2002). Departemen Kesehatan selama ini telah melakukan berbagai upaya dalam penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Awalnya strategi pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah pemberantasan nyamuk dewasa ini melalui pengasapan, kemudian strategi ditambah dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air. Namun demikian kedua metode tersebut belum berhasil dengan memuaskan. Akhir-akhir ini Departemn kesehatan mengembangkan metode pencegahan penyakit DBD untuk mengubah prilaku masyarakat dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh keluarga/masyarakat secara rutin, serentak dan berkesinambungan. Metode ini dipandang sangat efektif dan relative lebih

murah dibandingkan dengan metode terdahulu. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dianjurkan kepada keluarga/masyarakat adalah dengan cara melakukuan kegiatan 3 M plus, yaitu menutup,menguras tempat penampungan air,mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta cara lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan memakai obat anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida (Departemen Kesehatan RI, 2003). Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan DBD melalui fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging tersebut diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari penemuan kasus dan kemudian pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal ini karena fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering (Departemen Kesehatan RI, 2005). Upaya lain untuk memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat beberapa cara sederhana dan hanya diperlukan kepedulian, ketelitian dan keuletan setiap penghuni rumah akan keadaan lingkungan. Cara paling efektif untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk penular, mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup nyamuknya. Mengapa tindakan menghindari vektor penular itu penting, karena seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa apabila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar 20

liurnya. Satu minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Virus ini akan tetap berada di dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Maka dari itu perlu bagi masyarakat mengetahui lebih dalam sifat, ataupun cara hidup dari nyamuk pembawa virus dengue ini, sehingga dapat menghindari gigitannya. Sedangkan sifat atau ciri nyamuk Aedes aegypti meliputi: 1. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk domestik, yakni nyamuk yang berada di bangunan-bangunan seperti contohnya rumah dan tersebar luas di daerah tropis 2. Kemampuan terbang + 40 m, maksimal 100 m 3. Senang dengan benda yang bergantungan dan di tempat yang lembab/gelap 4. Siklus hidup : telur jentik kepompong dalam air ( + 7 10 hari ) 5. Sekali bertelur menghasilkan 100-200 telur 6. Tempat perkembangbiakan adalah di TPA (Tempat Penampungan Air) Berdasarkan hal tersebut maka cara yang untuk menurunkan populasi

nyamuk Aedes aegypti dengan cara yang telah dikenal oleh masyarakat yakni melalui 3 M, yaitu : 1. Menutup TPA (tempat penampungan air). Upaya ini dapat dilakukan dengan menutup semua tempat-tempat yang dapat menampung air sebagai tempat perkembangan vector nyamuk. 2. Menguras TPA seminggu sekali dan terus menerus Hal ini dilakukan untuk memotong siklus perkembangan nyamuk yaitu dengan membunuh jentik-jentik yang ada di tempat penampungan air dengan cara menguras seminggu sekali, sehingga jentik-jentik nyamuk tidak dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa. 3. Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA Barang-barang bekas yang tidak terpakai dan dapat menampung air sebaiknya dikubur saja, karena tempat-tempat seperti ini juga menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya dapat ditempuh melalui 3M, cara paling efektif adalah melalui PSJN (Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk) untuk menekan angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yakni di Tempat Penampungan Air (TPA), juga karena jentik merupakan awal fase hidup nyamuk. Upaya dalam menerapkan PSJN ini dilakukan dengan beberap cara: 1. Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Wamantik (Siswa Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan jentik 22

di rumah mereka. Tidak lupa juga memberikan penyuluhan 2. Ikanisasi 3. Abatesasi (temephos) 4. Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari menurunnya angka DBD di suatu wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di wilayah mana pun, termasuk di wilayah elit. Cara yang paling efektif adalah menghindari gigitan nyamuk dengan cara menuurunkan populasi. Melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, secara otomatis akan menghambat perkembangan jentik, dengan adanya kepedulian maka aplikasi dari upaya-upaya memberantas DBD akan terealisasi, dengan begitu tidak akan memberi kesempatan bagi nyamuk untuk berkembang. B. Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Bahua, 2007). Penyuluhan yang berasal dari kata dasar suluh atau obor, dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam kegelapan, sehingga penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan penerangan. Kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala

informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau jurupenerangnya (Arip, 2009). Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai suatu upaya memberikan pelajaran dan penyuluhan serta bantuan kepada pribadi atau kelompok masyarakat. Upaya tersebut dilakukan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka agar mampu memahami diri dan lingkungannya serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sehingga dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Target yang ingin dicapai dalam suatu penyuluhan adalah audiens atau pendengar dapat merubah dan mewarnai pemikirannya ke arah yang lebih baik sebagai wujud prilaku yang telah dilontarkan melalui komunikasi dalam bentuk ucapan dan tulisan (Ahmad, 2008). Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih sehat (Budioro, 1998). Menurut Purwanto (1999) penyuluhan kesehatan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada diri individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi sendiri masalahmasalah kesehatan menjadi mampu. 24

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998). Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk., 2002). Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta

membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Secara umum tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada (Herawani, 2001). Machfoed (2005), menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses penyuluhan kesehatan. Pada hakikatnya dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran keinginan, tindakan nyata dari individu, kelompok, dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan merupakan aspek penting dalam meningkatkan pengetahuan keluarga, dengan melakukan penyuluhan kesehatan berarti petugas kesehatan membantu keluarga dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan adalah usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan untuk mencapai kesehatan secara optimal. 26

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan Tujuan penyuluhan kesehatan menurut Effendy (1998) adalah: a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Lawrence Green (1980), sebagaimana dikutip Notoatmodjo (2000) bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pemudah, dan faktor pemerkuat. Faktor predisposisi meliputi penyuluhan, ekonomi (pendapatan), hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya), pengalaman pengetahuan, sikap, nilai, umur, kebiasaan, kepercayaan, tradisi, dan persepsi. Penyuluhan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang dengan penyuluhan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari penyuluhan kesehatan. Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah tercukupi konsumsi makanan sehat dibanding dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pada keluarga. Selanjutnya pada hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya), manusia adalah makhluk sosial dimana kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Keluarga yang berinteraksi secara langsung akan lebih besar terpapar informasi. (Notoatmodjo, 2000). Faktor kedua yang dapat mempengaruhi perilaku adalah faktor pemudah, mencakup ketersediaan sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan fasilitas tersebut harus digali dan dikembangkan dari keluarga itu sendiri. Faktor pendukung ada dua macam, yaitu fasilitas fisik dan fasilitas umum. Fasilitas fisik yaitu fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan. Sedangkan fasilitas umum yaitu media massa, meliputi TV, radio, majalah, ataupun flamlet (Notoatmodjo, 2000). Faktor pemerkuat sebagai faktor ketiga yang mempengaruhi perilaku kesehatan meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas kesehatan baik dilihat dari jenis dan tingkatannya pada dasarnya adalah pendidik kesehatan. Karenanya, petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Selain itu perilaku tokoh masyarakat juga dapat merupakan panutan orang lain untuk berperilaku 28

sehat (Notoatmodjo, 2000). Selain faktor-faktor tersebut, menurut Purwanto (1999) faktor keturunan dan lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan atau perilaku seseorang. 4. Proses Penyuluhan Kesehatan Proses penyuluhan kesehatan terdiri tiga persoalan pokok yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Masukan (input) dalam penyuluhan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu, kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya. Proses (process) adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Dalam proses penyuluhan kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain adalah pengajar, teknik belajar, dan materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran (output) merupakan kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran didik melalui penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). 5. Metode Penyuluhan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2003), metode pembelajaran dalam penyuluhan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan kesehatan, kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu, kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan penyuluhan kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode penyuluhan kesehatan dapat bersifat penyuluhan individual, penyuluhan

kelompok, dan penyuluhan massa. Metode yang sering digunakan dalam penyuluhan kesehatan yaitu bimbingan dan penyuluhan, wawancara, ceramah, seminar, simposium, diskusi kelompok, buzz group, curah gagas, forum panel, demonstrasi, simulasi, dan permainan peran. 6. Sasaran Penyuluhan Kesehatan Sasaran penyuluhan kesehatan adalah masyarakat atau individu baik yang sehat maupun yang sakit. Sasaran penyuluhan kesehatan tergantung pada tingkat dan tujuan penyuluhan yang diberikan. Lingkungan penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai lembaga dan organisasi masyarakat (Notoatmodjo, 2003). C. Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang hampir tidak pernah absen kehadirannya setiap tahun. DBD Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti (Medicastore. 2008). 30

Sejak tahun 1968 kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia. Padatnya penduduk membuat nyamuk senang, karena nyamuk lebih mudah menggigit. Selain itu, kepadatan penduduk menjadikan produksi sampah meningkat, sehingga menambah tempat bagi nyamuk untuk bersarang (Pratiwi, 2009). b. Gejala dan Tanda DBD Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik atau ruam merah pada kulit yang apabila diregangkan malah terlihat jelas bintikbintiknya. Hal itu memang menjadi salah satu tanda bahwa telah tergigit nyamuk Aedes agypti. Untuk lebih waspada dan menindaklanjuti kasus DBD, berikut beberapa gejala DBD : 1) Demam Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 mendadak turun. Jika digambarkan, maka grafiknya menyerupai pelana kuda. Jangan tunggu hingga 7 hari, lepas hari ketiga panas tetap tinggi, dianjurkan untuk memeriksakan diri dengan tes darah. Karena apabila dalam waktu kurang dari 7 hari penderita tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat meninggal dunia.

2) Tanda-tanda pendarahan Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Torniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena, dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya, regangkan kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut hilang maka bukan Petekie. Petekie merupakan tanda pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam. Uji Torniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih Petekie pada kulit seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti). 3) Pembesaran Hati (Hepatomegali) Sifat pembesaran hati : a) Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit b) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit c) Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus 4) Renjatan (Syok) Tanda-tanda renjatan: 32

a) Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki b) Penderita menjadi gelisah c) Sianosis di sekitar mulut d) Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba e) Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmhg atau kurang Penyebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang terganggu. 5) Trombositopeni a) Jumlah trombosit < 100.000/ μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit b) Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun. c) Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun. 6) Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit) Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit.

7) Gejala Klinik lain a) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang b) Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis c) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan renjatan c. Pertolongan Bagi Penderita DBD 1) Penderita diberi minum yang banyak 2) Penderita dikompres dengan air dingin 3) Penderita diberi obat penurun panas 4) Secepatnya penderita dibawa ke dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit, khususnya bila penderita tampak gelisah, ujung kaki dan tangannya dingin dan berkeringat. d. Penularan DBD DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya, yakni nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Seminggu setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka orang 34

tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap sehat tetapi menjadi carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue). Nyamuk yang menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang hari). Penularan DBD juga perlu diwaspadai apabila terdapat seseorang yang menderita DBD maka lokasi rumahnya berada tidak jauh dari rumah penderita perlu diwaspadai akan keberadaan nyamuk Aedes aegypti, hal ini karena kemampuan terbang nyamuk tersebut +40 m, dan jangkauan terbang maksimal sejauh 100 m. Sehingga perlu secepatnya melakukan pembersihan terhadap tempat-tempat penampungan air di sekitar rumah atau menghubungi Puskesmas terdekat. Berdasarkan hal tersebut di atas maka setiap orang dapat terserang demam berdarah setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue. Hanya saja ketahanan tubuh setiap orang yang memungkinkan tingkat kasus DBD berbeda satu sama lain. Sehingga selain memberantas vektor penular dan menghindarinya, ada baiknya setiap orang menjaga imunitasnya sehingga dapat terhindar dari kasus DBD. e. Tempat Penularan Bagi Penularan DBD Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD

adalah: 1) Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis) 2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orangorang yang datang dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut antara lain : a) Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah selain itu merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang DBD b) Rumah sakit/puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayan dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus dengue c) Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan tempat ibadah 3) Pemukiman baru di pinggir kota Pemukiman baru di pinggir kota ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masingmasing lokasi asal. 36

D. Kerangka Teori Gambar 1. Kerangka Teori Sumber: Notoatmodjo (2000) & Pratiwi, 2009

E. Kerangka Konsep Penyuluhan Kesehatan Upaya Pencegahan DBD Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian F. Variabel Penelitian 1. Variabel independen (bebas) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan tantang penyakit demam berdarah dengue (DBD) 2. Variabel dependen (terikat) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara penyuluhan kesehatan dengan upaya pencegahan penularan penyakit demam Berdarah Dengue di Desa Karangmulyo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. 38