BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah.

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PALU TAHUN 2018

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi. ASEAN (MEA) secara efektif berpotensi mendorong pertumbuhan jumlah

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

BAB III: TINJAUAN LOKASI

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Conventional vs Sustainable Tourisms WISATA KONVENSIONAL 1. Satu tujuan: Keuntungan 2. Tak terencana 3. Berorientasi pada wisatawan 4. Kontrol oleh pi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

perjalanan dari satu tempat ketempat lain bersifat

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

Gigih Juangdita

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

SEKRETARIAT SUB BAGIAN KEUANGAN DAN ASET SUB BAGIAN PROGRAM EVALUASI DAN PELAPORAN BIDANG SEKOLAH MENENGAH UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

PERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Diharapkan. Perubahan. Tidak diharapkan. Vertikal. Mobilitas Sosial. Horisontal. Mobilitas Geografik

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi pemerintah yang didasarkan pada politik zonasi, telah mengubah komunitas kawasan Borobudur dalam ekosistem yang dinamis, menjadi komunitas yang kompleks. Pengelolaan sumber daya alam yang semula dilakukan oleh komunitas secara natural, kemudian terjadi perubahan ekosistem antara lain yang semula lahan pertanian, perkebunan, permukiman penduduk, kawasan hutan, berubah menjadi kawasan industri, perhotelan, perkantoran, sarana prasarana umum (taman wisata, jalan, parkir, terminal), dan lain-lain. Pada akhirnya kompleksitas totalitas komunitas masyarakat kawasan Borobudur menjadi masyarakat berkelaskelas, perubahan itu dimulai dari kelas yang paling rendah adalah penduduk asli yang tidak mempunyai skill, menjadi kelompok orang terpinggir dan pengangguran. Kemudian kelas yang lebih tinggi dari pengangguran, ialah kelas pengasong, pemandu wisata, pedagang, sedangkan yang lebih tinggi lagi yaitu kelompok intelektual elit baik pemerintah maupun swasta, pengusaha/pemodal kuat. Itulah hasil penelitian di kawasan wisata Borobudur oleh karena itu peneliti berani menyimpulkan, bahwa suatu daerah baik di dalam maupun di luar 212

213 negeri bila dijadikan kawasan wisata, dimana pun daerahnya, tidak bisa dihindari akan terjadi proses-proses transformasi ekosistem maupun komunitas masyarakat di kawasan wisata menjadi lebih kompleks sehingga masyarakatnya berkelaskelas, seperti yang terjadi di Borobudur. Di samping itu terjadi beberapa transformasi lainya akibat Politik Zonasi yaitu : a. Transformasi dari sumber daya alam menjadi obyek wisata kawasan Candi Borobudur, secara umum berdampak positip, karena semula kawasan Candi Borobudur belum tertata dalam satu kawasan industri, ketika industri pariwisata masuk maka kawasan tersebut menjadi tertata. Berdasarkan Keputusan Presiden No.1 Tahun 1992 tentang pengelolaan PT.Taman Wisata Candi Borobudur, kemudian dibentuk Zonasi : Zona I : Merupakan lingkungan kepurbakalaan diperuntukkan bagi perlindungan dan pemeliharaan kelestarian fisik Candi seluas 44,8 Ha yang dikelola oleh pemerintah yang didelegasikan kepada Balai Konservasi Candi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Zona II : Merupakan kawasan di luar zona I yang diperuntukkan bagi pembangunan taman wisata sebagai tempat kegiatan kepariwisataan, pemeliharaan dan pelestarian bangunan Candi seluas 42,3 Ha yang dikelola oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur. Zona III : Merupakan kawasan di luar zona II yang diperuntukkan bagi pemukiman terbatas, jalur hijau, daerah pertanian untuk menjamin keserasian dan kawasan keseimbangan di zona I yang dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten Magelang.

214 Akibat dari Politik zonasi yang harus dipatuhi, maka mengakibatkan proses perubahan secara total ekologi dan ekosistem menjadi berubah. Perubahan tersebut berdampak positif, karena penataan wilayah kawasan wisata menjadi lebih baik, sehingga layak dijadikan obyek wisata yang bertaraf internasional. Perubahan fungsi sebagian lahan pertanian maupun lahan permukiman menjadi infrastruktur pariwisata seperti fasilitas perkantoran, perhotelan, homestay, pertokoan, perumahan, rumah makan, tempat parkir, pasar, tempat ibadah, dan lain-lain, berakibat sistem bentukan swakarsa masyarakat dengan lingkungannya (ekosistem) berubah. Pada giliranya sebagian mata pencarian penduduk dan pemandangan alam yang indah, berubah. Dengan datangnya investasi baru baik eksternal maupun internal, sebagian kehidupan masyarakat di sekitar kawasan wisata Candi Borobudur terdesak oleh migrasi eksternal dan internal, lahan permukiman penduduk dipindahkan mengakibatkan sebagian penduduk kehilangan mata pencaharian dari natural resources. Bagi masyarakat yang mampu, dapat menyiapkan sarana dan prasarana pariwisata seperti perhotelan, homestay, pertokoan, rumah makan, tempat parkir, berjualan di pasar, dan lain-lain, di sisi lain menjadi peluang bagi sejumlah orang di kawasan wisata mendapatkan pekerjaan. Namun juga berdampak negatif karena sebagian penduduk asli yang tidak mampu serta tidak mendapatkan akses pekerjaan baik dari pemerintah maupun swasta di kawasan Borobudur maka tersingkir dan terpinggirkan kemana-mana. b. Perubahan lahan aset wisata menjadi aset ekonomi. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar daerah tujuan wisata, diberikan peluang untuk mengembangkan usaha misalnya kedai

215 souvenir, membatik khas Borobudur, bengkel mobil atau motor, warung, latihan ketrampilan pembuatan anyaman dan gerabah dan lain-lain. Proses pengembangan kepariwisataan di kawasan wisata candi Borobudur ternyata meningkatkan kehidupan ekonomi, pendapatan dan taraf kesejahteraan masyarakat, serta mengurangi pengangguran di sekitar daerah tujuan kawasan wisata Candi Borobudur. Perubahan tersebut tidak hanya membawa dampak positif seperti bertambahnya lapangan kerja baru dan pengangguran berkurang, tetapi juga membawa dampak negatif yaitu sejumlah orang dari dusun-dusun yang dipindahkan karena digunakan menjadi aset obyek wisata, masyarakatnya tergusur, karena prosesnya tidak menguntungkan bagi masyarakat lokal, sehingga sebagian masyarakat menjadi korban dan terpinggirkan. c. Ketika Politik Zonasi telah menjadikan obyek wisata yang menjadikan peluang ekonomi, terutama bagi pihak penduduk asli di kawasan wisata, maka penduduk di luar kawasan wisata memanfaatkan peluang tersebut, karena telah memahami tentang prospek kemajuan kedepan berkembangnya kawasan wisata Borobudur. Penduduk asli yang tidak mempunyai skill dan sebagian penduduk yang terpinggirkan, melihat peluang kawasan wisata hanya terbatas pada menjadikan dirinya sebagai pedagang kecil, pengasong, tukang parkir, dan kuli bangunan. Bagi penduduk asli yang berkemampuan dan memiliki skill mereka memilih membuka warung, berdagang, dan menjadi pemandu wisata. Sedangkan sebagian penduduk asli dan investor serta migran yang berkemampuan lebih tinggi dapat diterima menjadi pegawai sipil kelurahan, kecamatan dan kabupaten,

216 atau membuka hotel, homestay, dan bekerja di kantor-kantor swasta serta instansi vertikal maupun horisontal. d. Perubahan masyarakat dalam pelembagaan sistem sosial budaya. Kehadiran wisatawan mancanegara maupun nusantara dalam kegiatan pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung, telah membawa pengaruh budayanya kepada masyarakat di kawasan wisata. Pengaruh wisatawan tersebut terhadap masyarakat kawasan wisata, membawa dampak positif dalam arti memacu diri untuk mampu berkomunikasi. Secara ekonomi dapat memotivasi untuk belajar bahasa asing sehingga kemampuanya dapat menguntungkan. Proses belajar itulah yang kemudian merubah kemampuan berbahasa. Setelah bahasa berubah, maka baik langsung maupun tidak langsung cara-cara bergaul pun berubah akibat dari pengaruh wisatawan. Di sisi lain kehidupan masyarakat sehari-hari, yang dahulu dilakukan secara teratur, sehingga tercipta tata kelakuan yang serasi bagi masyarakatnya, seperti kehidupan dalam adat istiadat, gotong royong, hidup penuh kekeluargaan, nilai toleransi, nilai solidaritas, saling menghormati, cenderung ada pergeseran, karena telah terpengaruh masuknya media massa, nilai materialisme, konsumerisme, individualism. Kebiasaan adat istiadat dalam kekeluargaan/kekerabatan yang dahulu sangat kental, saat ini menjadi berkurang. Pelembagaan ini belum terbentuk tetapi terkoneksi dalam bentuk seperti konflik antara pemerintah,pengusaha dan masyarakat. Di sisi lain peran aparatur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh adat, kurang mampu melembagakan dalam sistem budaya/nilai.

217 6.2 Saran a. Berdasarkan uraian di atas, Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, utamanya Kabupaten Magelang dan PT Taman Wisata Candi Borobudur di masa depan dalam membangun kawasan pariwisata baru, disarankan: 1) Perlu memperhatikan kehormatan dan keharmonisan kehidupan masyarakat kawasan wisata Candi Borobudur utamanya dalam kegiatan ibadat. 2) Perlu merumuskan sebuah kebijakan yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tergusur dan pengangguran dengan menyiapkan badan latihan kerja, utamanya masyarakat di kawasan wisata Candi Borobudur untuk memperoleh lapangan pekerjaan yang memadai. 3) Perlu adanya kebijakan dari aparat pemerintah setempat mengenai pengamanan dan pengawasan secara dini terhadap kegiatan jaringan narkoba, perjudian dan sex bebas, utamanya di hotel-hotel maupun kafe serta tempattempat hiburan yang perlu diwaspadai. 4) Mengingat masyarakat di kawasan wisata Candi Borobudur belum mampu secara mandiri untuk beradaptasi terhadap akses pariwisata, maka diperlukan sosialisasi dan pembinaan di berbagai aspek penghidupan dan kehidupan terhadap masyarakat kawasan Candi Borobudur, agar potensi masyarakat tersebut meningkat, berkualitas, dan produktif dalam mendukung pembangunan pariwisata. 5) Dalam perkembangan mengantisipasi jumlah pengunjung wisatawan baik asing maupun domestik yang berkunjung di Candi Borobudur, maka perlu dibangun infrastruktur pariwisata yang berkaitan dengan kesehatan, seperti Rumah Sakit dan para dokternya yang berkualitas bertaraf Internasional, serta laboratorium kesehatan di sekitar kawasan Candi Borobudur.

218 b. Belajar dari hasil penelitian yang menggambarkan bahwa komunitas kawasan Borobudur komunitas masyarakatnya menjadi berkelas kelas akibat intervensi industri pariwisata. Di sisi lain mimpinya bahwa komunitas diharapkan mampu menunjukkan identitasnya tetap utuh, maka diperlukan pembangunan komunitas baru, seperti contohnya yang dilakukan oleh Sutanto Mendut. Membangun komunitas karya budaya secara kolaboratif dengan kelompok pekerja seni lainnya baik di sekitar desanya maupun kelompok dari luar daerah setempat. Untuk pelestarian Candi Borobudur sekaligus mengukuhkan komunitas sosial budaya Magelang dan Kabupaten Magelang secara komprehensif, integral dan holistik, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membentuk komunitas baru yang berorientasi terhadap konservasi total kawasan wisata dengan melakukan pembinaan serta pengembangan terhadap kelompok-kelompok seni pahat batu di daerah Muntilan, pembuatan keris di Blabak, ukiran tanduk, kayu di Pucang, seni rupa, seni musik dan pelbagai kesenian Jawa di Magelang dan Kabupaten Magelang secara berkelanjutan dan kolaboratif. Hal itu penting agar kehidupan sosial budaya di kawasan Borobudur bisa bertahan dan tidak tergerus oleh perubahan jaman. 2) Pemberdayaan komunitas baru tersebut seyogyanya berorientasi kepada budaya lokal, diprakarsai dan difasilitasi oleh pemerintah pusat maupun daerah. Di samping itu diperlukan adanya bangunan infrastruktur yang memadai, agar dapat digunakan sebagai fasilitas pengkaderan sumber daya manuia secara berkelanjutan, sehingga menghasilkan kualitas seni budaya yang bertaraf internasional.