Transpormasi kelembagaan tani menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani tidak terelakkan lagi, sejalan dengan tuntunan untuk melakukan penguatan organisasi

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 46/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK

PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

PANDUAN OPERASIONAL PENGEMBANGAN JEJARING USAHA KELEMBAGAAN PETANI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI WADAH KOPERASI UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN. Menteri Pertanian RI Pada : Jakarta Food Security Summit (JFSS)

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

CHAPTER 2 PSAK DALAM MANAJEMEN KEUANGAN KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PERMODALAN EKONOMI RAKYAT PROVINSI RIAU PEKANBARU. A. Sejarah PT. Permodalan Ekonomi Rakyat Provinsi Riau Pekanbaru

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

INSTRUMEN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI. Variabel (Bobot) 1.Status Badan Hukum (30)

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

*35696 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 33 TAHUN 1998 (33/1998) TENTANG MODAL PENYERTAAN PADA KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN LEGAL DUE DILIGENCE/LEGAL AUDIT

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG MODAL PENYERTAAN PADA KOPERASI

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 38 TAHUN 2016 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CHECKLIST PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT.

ANGGARAN DASAR KOPERASI USAHA BERSAMA ALUMNI STMN CIAMIS. BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

RANCANGAN PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /PER/MWA UPI/2016

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BAB III METODOLOGI ANALISIS

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM MODAL PT. BANK JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik. melalui peningkatan pendapatan dan memberikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2002

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN, TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

HUKUM DAGANG ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DAN PERUSAHAAN LAINNYA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2001

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 78

Dana pihak ke-1 dan kepemilikan saham pada bank syariah bukopin tahun 2013

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti

Contoh laporan keuangan koperasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Transpormasi kelembagaan tani menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani tidak terelakkan lagi, sejalan dengan tuntunan untuk melakukan penguatan organisasi usaha yang berbadan hukum, terbentuk organisasi pelaku utama dan pelaku usaha yang didorong menjadi organiasi formal. Organisasi tersebut dapat berupa kelembagaan ekonomi petani yang berbentuk Korporasi (Perusahaan), antara lain Koperasi Pertanian (Koptan) dan Perseroan Terbatas (PT)

Kelembagaan petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani guna memperkuat kerjasama dalam memperjuangkan kepentingan petani, seperti kelompoktani (Poktan), gabungan kelompoktani (gapoktan), kelompok pembelajaran agribinis, kelompok usaha bersama agribisnis dan asosiasi

Kelembagaan Ekonomi Petani Adalah kelembagaan usaha petani yang berbadan hukum, memiliki usahatani produktif yang meliputi sebagian atau seluruh sistem agribisnis dengan skala ekonomi yang menguntungkan, serta ditumbuhkembangkan oleh, dari dan untuk petani guna meningkatkan taraf hidup petani dan keluarganya

Keberadaan Kelembagaan Petani, baik kelompoktani (Poktan), Gabungan Kelompoktani (Gapoktan), Kelompok Pembelajaran Agribinis, Kelompok Usaha Bersama Agribisnis dan Asosiasi yang belum memiliki kekuatan hukum seringkali membuat ketidakberdayaan pada saat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan usaha dan posisi air tawar dalam bermitra usaha dengan pihak lain. Sedangkan yang berbadan hukum akan meningkatkan kepercayaan pihak lain selaku mitra usaha dan meningkatkan akses terhadap lembaga keuangan/perbankan, serta lembaga penyedia layanan agribisnis lainnya

Bentuk kelembagaan ekonomi petani yang berbadan hukum atau korporasi (Perusahaan), antara lain koperasi pertanian (Koptan) Perseroan terbatas (PT). Untuk itu kapasitas kelembagaan petani dan pelaku utama, baik secara berkelompok maupun individual, perlu ditingkatkan untuk membentuk kelembagaan ekonomi petani sesuai dengan kebutuhan

adalah badan usaha yang berbadan hukum, beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang-orang yang terlibat dalam usaha pertanian dan memiliki ruang lingkup usaha dibidang pertanian/ agribisnis dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan fungsi koperasi.

Prosedur pendirian koperasi pertanian sesuai dengan undang undang No.17 tahun 2012 tentang perekonomian, pendirian koperasi ini dimulai dari pelaksanakan rapat pembentukan koperasi yang dihadiri oleh pejabat dinas/ instasi/ badan yang membidangi koperasi setempat, sesuai domisili anggota.

Perseroan terbatas (PT) adalah badan usaha yang berbadan hukum dan merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian pada saat pembentukan Perseroan terbatas harus disebutkan besar modal dasar berdasarkan kesangupan pada pemegang saham untuk menyetorkan sejumlah uang

Prosedur pendirian PT sesuai dengan undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas, pendirian PT ini dimulai dari pendaftaran pendirian notaris yang mempersyaratkan adanya bukti setoran modal dari para pemegang saham, sesuai peraturan perundangan yang berlaku

PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

Arah pengembangan kelembagaan ekonomi petani yaitu sesuai dengan peraturan kepala penyuluh dan pengembangan SDM Pertanian Nomor : 90/PER/SM.820/J/12/12 tanggal 4 desember 2012 tentang petunjuk pelaksanaan (Juklak) pengembangan kelembagaan ekonomi petani, kelebagaan ekonomi petani diarahkan menjadi badan usaha milik petani (BUMP) dalam bentuk koperasi petani (Koptan) dan Perseroan terbatas (PT)

Ada 7 Kriteria umum yang harus dipenuhi sebelum menumbukan kelembagaan petani menjadi kelembangaan ekonomi petani yaitu : 1. Telah melakukan kegiatan usaha berkelompom yang berorientasi pasar 2. Struktur organisasi kelembagaan petani (Poktan, gapoktan, kelompok pembelajaran agribisnis, kelompok usaha bersama agribisnis dan asosiasi) telah memiliki kepengurusan yang melakukan kegiatan usaha atau unit usaha agribisnis 3. Memiliki perencanaan usaha yang disusun secara partisipatif dalam kurung waktu atau siklus usaha tertentu 4. Memilki pencataan dan pembukuan usaha 5. Telah membangun jejaring dalam pengembangan usaha dengan kelembangaan petani lainnya 6. Telah membangun kemitraan usaha dengan pengusaha atau kelembagaan ekonmi lainnya 7. Membutuhkan dukungan aspek legal formal untuk memperkuat pengembangan usaha

Gapoktan bisa langsung ditumbuhkembangkan menjadi kelembagaan ekonomi petani dengan syarat gapoktan melalui unit-unit usaha otonomnya telah membangun jejaring dan kemitraan usaha serta usaha serta menumbuhkan aspek legal formal untuk pengembangan usaha poktan-poktan anggotanya

Kelompok pembelajaran agribisnis bisa langsung ditumbuhkembangkan menjadi kelembagaan ekonomi petani dengan syarat telah berkembang fungsinya menjadi kelompok usaha yang berorientasi pasar, memiliki perencanaan usaha, memiliki pencatatan dan pembukuan usaha

Kelompok usaha bersama agribisnis bisa langsung ditumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi petani dengan syarat kelompok usaha bersama agribisnis tersebut telah membangun jejaring dan kemitraan usaha serta membutuhkan aspek legal, formal untuk pengembangan usaha anggota-anggotanya

Tujuan pengembangan kelembagaan ekonomi petani adalah meningkatkan jumlah dan kapasitas kelembagaan ekonomi petani yang memenuhi indikator kelayakan organisasi usaha keuangan sumber daya manusia dan sosial

Indikator kelayakan kelembagaan ekonomi petani dari aspek organisasi 1. Sudah berbadan hukum 2. Badan usaha yang dijalankan sesuai dengan anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) 3. Pemegang saham pada PT atau anggota koperasi memahami hak dan kewajibannya 4. Rapat umum pemegang saham (RUPS) pada PT atau rapat anggota tahunan (RAT) pada koperasi dijalankan sesuai AD 5. Komisaris pada PT atau pengawas pada koperasi memahami dan mejalankan fungsinya 6. Memiliki struktur organisasi yang jelas 7. Pereseroan terbatas (PT) membagikan devien dan koperasi membagikan Selisih Hasl Usaha (SHU)

Indikator kelayakan kelembagaan ekonomi petani dari aspek usaha 1. Peseroan terbatas (PT) atau koperasi memiliki usaha yang menjamin keberlanjutannya 2. Memiliki Standard Operating Procedure (SOP) atau panduan khusus untuk operasional usaha 3. Memilki izin khusus 4. Menunjukkan pertumbuhan asset dalam tiga tahun terakhir 5. Memilki modal yang bersumber dari pinjaman 6. Usaha yang dijalankan menunjukkan kecenderungan yang meningkat 7. Sudah menghasilkan suplus usaha 8. Memiliki rencana usaha perusahaan (bussiness plan) 9. Diaudit secara berkala

Indikator kelayakan kelembagaan ekonomi petani dari aspek keuangan 1. Perseroan terbatas (PT) atau koperasi memiliki laporan keuangan sesuai standar 2. Proses akuntansi dilakukan secara baik 3. Penyusutan dan amortisasi (pelunasan hutang dilakukan) 4. Dokumen dan bukti diarsip dengan baik 5. Prosedur manajemen kas dan bank jelas 6. Ada prosedur pengeluaran pembiayaan dalam setiap transaksi yang dibuat (yang menusulkan, memeriksa dan menyetujui) 7. Ada SOP khusus untuk pembukuan 8. Ada audit berkala

Indikator kelayakan kelembagaan ekonomi petani dari aspek kekayaan sumberdaya manusia (SDM) 1. struktur organisasi sudah lengkap 2. Ada pembagian tugas dan petunjuk pengembangan SDM 3. Sudah ada pembinaan teknis bagi petani, baik sebagai pemasok, pengurus, maupun pengelola usaha 4. Sudah melaksanakan pelatihan teknis bagi pengelola usaha 5. Memiliki rencana pengembangan SDM 6. Ada kontrak kerja dengan pengelola usaha 7. Kapasitas SDM sesuai dengan kebutuhan teknis bagian/unit kerjanya

Indikator kelayakan kelembagaan ekonomi petani dari aspek sosial 1. Melibatkan masyarakat petani disekitarnya 2. Usaha yang dikelola menjadi pilihan utama untuk usaha petani diwilayahnya 3. Ada dukungan teknis dari dinas instansu diwilayahnya 4. Mempunyai cadangan terhadap kemungkinan kerugian usaha 5. Keterlibatan petani berpengaruh besar dalam mendukung kelangsungan usaha 6. Usaha juga melibatkan petani dilaur wilayah 7. Usaha berdampak terhadap kemajuan sosial ekonomi masyarakat sekitar

1. Kempuan menyusun rencana usaha (business plan) 2. Kemampuan mengelola dan mengembangkan usaha 3. Kemampuan melakukan pengembangan Produk (diversifikasi) 4. Kemampuan menyusun rencana pemasaran 5. Kemampuan melakukan pembukuan keuangan akutansi dan perpajakan 6. Kemampuan menghimpun permodalan dan mengakses sumber pembiayaan 7. Kemampuan merespon peluang dan permintaan pasar 8. Kempuan mengembangkan sumberdaya manusia

Contoh pengisian daftar kelembagaan petani yang memenuhi tujuh kriteria umum untuk menjadi kelembagaan ekonomi petani No Nama Kelembagaan Petani Alamat tujuh kriteria umum untuk menjadi kelembagaan ekonomi petani *) 1 2 3 4 5 6 7 1 Poktan Mekar Sari - - - 2 Gapoktan Sukamaju Kelompok pembelajaran Agribisnis - - - 3 Mujur Kelompok Usaha 4 Bersama Damai - Catatan

*) Beri tanda ( ) pada masing masing kolom 1 7 bila dinilai telah mampu memenuhi kriteria umum, yaitu : 1) telah melakukan usaha kelompok berorientasi pasar; 2) memiliki unit usaha agribisnis dalam struktur organisasinya; 3) memiliki rencana usaha; 4) memiliki pencatatan dan pembukuan usaha; 5) telah membangun jejaring pengembangan usaha; 6) telah membangun kemitraan usaha; dan 7) menumbuhkan aspek legal formal