BAB I PENDAHULUAN. Perkalian menurut Ig Sumarno dan Sukahar (1997:44) adalah. Penjumlahan Berulang, Pembagian menurut Suripto dan Joko Sugiarto

dokumen-dokumen yang mirip
MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK?

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia indonesia yang memiliki kekuatan spiritual,

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR REDAKSI... ii

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi dengan bilangan dan simbol-simbol, serta. optimis terhadap pembalajaran matematika.

Oleh: Nyoman Dantes PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

BAB I PENDAHULUAN. sikap ilmiah. Sebagaimana dan kurikulum 2006 (KTSP), tujuan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang RI No. 20 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB V SIMPULAN, DISKUSI & SARAN. Mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: ERNA DWI JAYANTI NIM A

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh, bertujuan untuk membentuk manusia sesuai dengan cita-cita

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dalam sistem tematik dikenal cukup sulit diajarkan karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menghadapi era globalisasi, pemerintah Indonesia

IMPLEMENTASI HASIL IDENTIFIKASI KETERKAITAN KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dan suasana belajar yang kondusif. Suasana belajar yang kondusif. mengeksplorasi dan mengelaborasi keterampilannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS 1 SD NEGERI 03 SRINGIN KEC.

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentunya tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) BERBASIS VIDEO MENGGUNAKAN APLIKASI VIDEO SCRIBE UNTUK ANAK KELAS 2 SEKOLAH DASAR

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih banyak dibanding dengan pelajaran yang lain. Meskipun. matematika. Akibatnya berdampak pada prestasi belajar siswa.

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Susanto, 2013:184) siswa berada

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Khabibah Lestari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. keberanian, siswa akan senantiasa untuk mau mencoba hal-hal yang baru,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di tingkat SD adalah

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan fokus perhatian dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses penting dalam kehidupan, manfaat dari

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling

Aktualisasi Pemikiran Jean Piaget dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Suatu Kajian Teoritis)

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Karena, kreativitas belajar dapat melatih siswa untuk tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah satu aspek yang dilihat dari

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang mendapat masalah sesuai kemampuannya. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KUMON UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkalian menurut Ig Sumarno dan Sukahar (1997:44) adalah Penjumlahan Berulang, Pembagian menurut Suripto dan Joko Sugiarto (2007:119) adalah Pengurangan Berulang, pembagian dan perkalian sangatlah berhubungan karena mendasari beberapa konsep matematika lain. Perkalian dan pembagian dibutuhkan untuk memecahkan persoalan berhitung dalam kehidupan sehari - hari penguasaan perkalian dan pembagian bagi siswa di kelas 2 SD Cakraningratan Surakarta Perlu dioptimalkan mengingat hampir semua bahan pelajaran di kelas ini mengunakan dasar perkalian dan pembagian Perkalian dan pembagian merupakan basic skill yang penguasaannya sangat diperlukan untuk bekal meniti kehidupan di masyarakat. Hampir setiap saat pada kehidupan sehari-hari, siswa dihadapkan pada persoalan yang berkaitan dengan perkalian dan pembagian. Pada anak kelas 3 SD Cakraningratan Surakarta konsep ini belum sepenuhnya dikuasai karena konsep tersebut menurut anak - anak masih sangat asing dan sulit sehingga menghambat penguasaan konsep matematika selanjutnya. 1

2 Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil ulangan harian selama tengah semester II tahun 2010, hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD Cakraningratan Surakarta kurang memuskan. Tujuh puluh lima persen nilai ulangan harian tentang perkalian dan pembagian mereka masih kurang dari 6. Peneliti merasa prihatin, sebab jika dibiarkan, masalah ini akan berkelanjutan pada konsep lain yang mengunakan dasar perkalian dan pembagian, misalnya; kelipatan persekutuan terkecil, faktor persekutuan terbesar, penyederhanaan pecahan, konversi pecahan, soal cerita perkalian, soal cerita pembagian dan lain-lain. Jean Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya Teori Perkembangan Kogniti. Menurutnya, setiap anak memiliki Struktur Kognitif yang disebut Schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan proses akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin

3 dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia sekolah dasar tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: 1. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak 2. Mulai berpikir secara operasional 3. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda 4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat 5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu: 1. Konkrit Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami,

4 sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. 2. Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. 3. Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. Dari pendapat Jean Piaget (1950) anak sekolah dasar yang kebanyakan mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu,oleh karena itu penulis berupanya mengunakan konsep dan media serta metode sesuai dengan piskologi belajar anak sekolah dasar. Akibat hasil belajar anak kurang memuaskan maka di butuhkan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga, pemahaman mereka menjadi lebih mudah. Varian kemampuan masing - masing siswa yang berbeda membutuhkan layanan secara individu sehingga dapat berkembang secara optimal pemahaman yang lambat membutuhkan tahapan bahan pelajaran yang detail dan latihan yang berulang - ulang

5 sedangkan ketrampilan sosial dan pemahaman budi pekerti memerlukan kegiatan bersama dengan teman. Berdasarkan hal - hal diatas, peneliti berupaya menemukan solusi pemecahan masalah melalui penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini penelitian tindakan kelas perlu dilakukan untuk menyempurnakan atau meningkatkan proses dan praktis pembelajaran, terutama dalam hal menangulangi permasalahan belajar melalui penelitian tindakan, permasalahan yang ada dapat dikaji, di tingkatkan dan di tuntaskan secara berkesinambungan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan ketercapaian tujuan pendidikan, khususnya penguasaan perkalian, dapat diaktualiusasikan secara sistematis. Secara garis besar rancangan tindakan yang akan dilakukan terdiri dari 3 siklus dirancang sedemikian rupa sehingga tindakan yang dilakukan membuat siswa aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Diharapkan melalui pembelajaran yang PAKEM kinerja siswa dan guru/ peneliti lebih meningkat, proses pembelajaran lebih efektif dan berkualitas, siswa lebih kreatif, penguasaan perkalian lebih optimal dan hasil belajar matematika lebih memuaskan. Untuk mendukung hal diatas, peneliti berupaya menyusun perencanaan matang melakukan tindakan perbaikan yang didasar pada kompetensi dasar per siswa dan mengembangkannya step by step, memupuk tangung jawab pribadi, meningkatkan kemandirian menenamkan dasar perkalian dan pembagian yang kuat sesuai prinsip metode Kumon. Sistem

6 belajar KUMON di kembangkan oleh Toru KUMON dari jepang. Keistimewaan KUMON adalah bimbingan perseorangan sesuai kemampuan masing-masing siswa, bahan pelajaran disusun secara Efektif, Sistematis dan step by step. Siswa dilatih memahami dan mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri untuk membentuk kemandirian. Supaya tindakan kelas efektif dan menyenangkan sehinga hasil belajar optimal, penelitian ini didukung media dan strategi pembelajaran yang inovatif melalui rolet magnet. Guna mengetahui kualitas tindakan dan tingkat penguasaan perkalian di lakukan observasi. Hal ini dilaksanakan berkesinambungan mulai siklus I sampai III. Dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lain tindakan yang akan dilaksanakan. Pada bab selanjutnya rancangan penelitian prosedur, alat yang digunakan, rincian waktu, biaya, daya dukung dan tingkat keberhasilan per siklus akan diuraikan secara jelas dan sistematis. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam penelitian sebagai berikut: 1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa SD Cakraningratan terutama dalam hal perkalian dan pembagian dikarenakan kurang minat, keaktifan dan angapan materi tersebut sulit.

7 2. Kurang tepatnya metode yang digunakan guru dalam menyampaikan pokok bahasan mempengaruhi prestasi belajar. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah di titik beratkan pada: 1. Prestasi belajar Prestasi belajar dalam pembelajaran matematika dibatasi pada dua aspek, yaitu aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif dibatasi pada pemahaman terhadap materi pelajaran. Aspek efektif dibatasi pada hal keaktifan siswa dalam mengerjakan soal di depan dalam menjawab pertanyaan. 2. Model pengajaran dan pembelajara Model pembelajaran yang digunakan adalah Metode Kumon dengan alat bantu model rolet magnet dan kartu remi. D. Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah variasi metode KUMON dapat meningkatkan penguasan perkalian dan pembagian siswa SD Cakraningratan Surakarta? E. Tujuan Dan Manfaat 1. Tujuan penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dapat / tidaknya penguasaan perkalian dan pembagian dioptimalkan melalui variasi Metode KUMON.

8 Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemahaman siswa tentang perkalian dan pembagian dengan mengunakan strategi dan media pembelajaran Rolet Magnet dan kartu remi. 2. Memudahkan siswa menguasai perkalian dan pembagian melalui penahapan materi perkalian dan pembagian dari yang mudah sampai yang sulit 3. Meningkatkan kinerja guru dan siswa dalam proses pembelajaran tentang perkalian dan pembagian melalui strategi yang memadukan metode KUMON dan media pembelajaran Rolet Magnet serta media kartu remi. 4. Mengoptimalkan penguasaan perkalian dan pembagian siswa sehingga terampil menyelesaikan berbagai soal matematika yang mengunakan dasar perkalian dan pembagian. 2. Manfaat penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan motivasi belajar dan mengembangkan kreativitas siswa. 2. Mendorong keberanian siswa dalam mengaktualisasikan kompetensinya. 3. Mengoptimalkan penguasaan perkalian dan pembagian siswa. 4. Meningkatkan kreativitas dan semangat berinovasi bagi para guru dan calon guru.

9 5. Memberikan pengalaman berharga bagi sesama rekan guru dan para calon guru. 6. Membudayakan kebiasaan meneliti. 7. Memberikan berpikir sistematis,efektif,dan berhasil guna. 8. Menjadi solusi problem pembelajaran akibat keragaman kemampuan siswa. F. Definisi Operasional 1. Peningkatan upaya mencapai yang terbaik/menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi kondisi yang dapat di usahakan,yaitu hasil tindakan dianalisis dengan metode alur kemudian di bandingkan dengan kondisi sebalumnya. 2. Perkalian Penjumlahan Berulang Ign. Sumarno dan Sukahar (1997:44). Konsep perkalian sangat dibutuhkan untuk memecahkan persoalan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak SD Cakraningratan Surakarta, metode dan media yang tepat amat dibutuhkan dalam mengoptimalisasikan penguasaan perkaliannya. 3. Pembagian Pengurangan Berulang Suripto dan Joko Sugiarto (2007:112). Konsep pembagian sangatlah berkaitan dengan perkalian dan sangat dibutuhkan untuk memecahkan persoalan berhitung dalam kehidupan sehari-hari.

10 Bagi anak SD Cakraningratan Surakarta. Metode dan media yang tepat amat dibutuhkan dalam mengoptimalisasikan penguasaan pembagiannya. 4. Metode KUMON Suatu metode yang ditemukan oleh TORU KUMON dari Jepang. Dengan prinsip pembelajaran perseoranngan sesuai kemampuan masingmasing siswa dan disusun secara sistematis step by step. 5. Media Pembelajaran Gange (1978) mengartikan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. 6. Rolet Magnet Media permainan perkalian yang menyerupai Rolet terbuat dari mika dilengkapi lampu led, magnet dan bisa diputar 7. Kartu remi Media permainan pembagian mengunakan kartu remi yang di jual dipasaran dengan cara permainan anak-anak (permainan minuman)