BAB II TELAAH PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB II TUJUAN PUSTAKA. dikembangkan berlandaskan pada Al Qur an dan Al-Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh penelitian kali ini tidak mengabaikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DI INDONESIA (TINJAUAN BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL)

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari kata syara a, yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang didasarkan pada prinsip syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ada perbedaan hanya nampak pada tugas atau usaha bank. Bank dapat didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Walaupun kerjasama ini dapat menjadi peluang untuk menyetarakan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2

Transkripsi:

11 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank Saat ini, Bank dan lembaga keuangan merupakan salah satu pelaku terpenting dalam perekonomian sebuah negara. Masyarakat maupun kalangan industri/usaha sangat membutuhkan jasa Bank dan lembaga keuangan lainnya, untuk mendukung dan memperlancar aktivitasnya. Lembaga keuangan bank atau bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap, di samping menyalurkan dana atau memberi pinjaman (kredit) juga usaha menghimpun dana dar i masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Kemudian usaha bank dalam bentuk lainnya memberikan jasa yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana. Dalam praktiknya lembaga keuangan dapat dibagi menjadi: 1. Bank 2. Lembaga Keuangan Non-Bank Sedangkan Bank itu sendiri terbagi dalam 2 bentuk yakni, Bank konvensional dan Bank Syariah. 11

12 2.1.2. Bank Syariah Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah (Undang -undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008: pasal 1 nomor 1) dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) (Soemitra, 2009: 61). Dalam peristil ahan internasional bank syariah dikenal sebagai Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free banking. Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat lepas dari asal-usul sistem perbankan syariah itu sendiri yaitu penyedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip syariah Islam (Muhammad, 2004: 13). Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbangkan Syariah menjelaskan bahwa Perbankkan Syariah sebgaimana yang terdapat pada pasal 1 ayat 1, 2, 7 dan 8 berikut ini; Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya, ayat Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentu(2); Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat ; ayat (7) Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Ayat (8); Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana untuk disalurkan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya dengan sistem tanpa bunga (Suhendi, 2002: 143).

13 Bank syariah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan berupa jual beli, bagi hasil, pembiayaan, pinjaman, dan investasi khusus. Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu Earning Asset (aktiva yang menghasilkan) dan Earning Non Asset (aktiva yang tidak menghasikan) (Arifin, 2009: 63). Bang Syariah memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Manajer Investasi Bank Syariah dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen investasi 2. Investor Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai dengan syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi secara proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana. 3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran Bank Syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan seperti bank non syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 4. Pengembangan fungsi sosial Bank syariah dapat memberikan pelayanan sosial dalam bentuk pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah serta pinjaman kebajikan sesuai ketentuan yang berlaku (Rustam, 2008: 7). Keberadaan bank syariah di Indonesia cukup strategis, karena pilihan produknya yang sangat beragam. Baik yang bersifat konsumtif hingga yang

14 bersifat produktif. Adapun produk-produk syariah yang ada pada bank syariah Indonesia menurut Rustam (2008: 7) adalah sebagai berikut: 1. Al-wadi ah (Simpanan) Al-Wadi ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki. a. Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan. b. Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta izin kepada si pemilik uang dan dengan catatan si pengguna uang menjamin akan mengembalikan uang tersebut secara utuh. Dengan demikian prinsip yad al-amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-dhamanah (tangan penanggung). c. Konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad adh-dhamanah pihak bank akan menerima seluruh keuntungan dari penggunaan uang, namun sebaliknya bila mengalami kerugian juga harus ditanggung oleh bank. d. Sebagai imbalan kepada pemilik dana disamping jaminan keamanan uangnya juga akan memperoleh fasilitas lainnya seperti insentif atau bonus untuk giro wadiah. Artinya bank tidak dilarang untuk memberikan jasa atas pemakaian uangnya berupa insentif atau bonus, dengan catatan tanpa perjanjian terlebih dulu baik nominal maupun

15 persentase dan ini murni merupakan kebijakan bank sebagai pengguna uang. Pemberian jasa berupa insentif atau bonus biasanya digunakan istilah nisbah atau bagi hasil antara bank dengan nasabah. Bonus biasanya diberikan kepada nasabah yang memiliki dana rata-rata minimal yang telah ditetapkan. Dalam praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan (mudharib) biasanya bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah 40%:60% untuk simpanan tabungan dan nisbah 45%:55% untuk simpanan deposito. 2. Pembiayaan dengan bagi hasil Pada bank syariah, ada beberapa cara dalam pembiayaan dengan bagi hasil. Adapun cara-caranya adalah sebagai berikut: a. Al-musyarakah Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. AI-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-

16 musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura. b. AI-mudharabah Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab. 1) mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis. 2) mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis. Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.

17 c. Al-muzara'ah Pengertian AI-muzara'ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil panen. d. Al-musaqah Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza'arah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. 3. Bai'al Murabahah Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya. 4. Bai'as-salam Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang.

18 5. Bai'Al istishna' Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam. Pengertian Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang. 6. Al-Ijarah (Leasing) Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease. 7. Al-Wakalah (Amanat) Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat. 8. Al-Kafalah (Garansi) Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak

19 kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang. 9. Al-Hawalah Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau factoring. 10. Ar-Rahn Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai. 2.1.3. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen untuk mempertanggungjawabkan tugas- tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan (Baridwan, 2004: 17). Ketentuan umum laporan keuangan bank syariah, tujuan laporan keuangan adalah (Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), 2003: 5-6):

20 1. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam mengambil keputusan ekonomi yang rasional, seperti: a. Shahibul maal atau pemilik dana b. Pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana c. Pembayar zakat d. Pemegang saham e. Otoritas pengawasan f. Bank Indonesia g. Pemerintah h. Lembaga penjamin simpanan, dan i. Masyarakat 2. Informasi bermanfaat yang disajikan dalam laporan keuangan, antara lain meliputi informasi: a. Untuk pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan b. Untuk menilai prospek arus kas baik penerimaan maupun pengeluaran kas di masa datang c. Mengenai sumber daya ekonomis bank ( economic resources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber-sumber tersebut

21 d. Mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, termasuk pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya e. Untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi terikat, dan f. Mengenai pematuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat g. Laporan keuangan juga merupakan saran pertanggungjawaban manajemen atas pengguanaan sumber daya 2.1.4. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan bank mencerminkan kemampuan operasional bank baik dalam bidang penghimpunan dana, penyaluran dana, teknologi serta sumber daya manusia. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank (Abdullah, 2004: 120). 2.1.5. Return On Assets (ROA) Rasio laba bersih atas asset ( Return On Asset) menyatakan seberapa banyak laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dari setiap dolar asset yang dimilikinya (Zimmerer, et all, 2008: 140). Rasio ini menjelaskan seberapa efektif

22 suatu perusahaan memanfaatkan semua asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak penghasilan bersih yang diambil seorang wirausahawan dari tiap dolar asset perusahaan. Return On Asset dihitung dengan cara berikut: Laba Bersih Return On Asset = Total Aset 2.1.6. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyer taan dan surat berharga tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain (Margaretha, 2007: 63). Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Modal Bank Capital Adequacy Ratio = x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko 2.1.7. Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) Bank tersebut mengeluarkan banyak pendapatannya untuk biaya jika rasio efisiensi meningkat (Guinan, 2009: 110). Rasio biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Loen Dan Ericson, 2007: 121).

23 Biaya (Beban) Operasional BOPO = X 100% Pendapatan Operasional 2.1.8. Non Performing Financing (NPF) Rasio Non Performing Financing (NPF) atau rasio kredit bermasalah. Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Rasio ini semakin tinggi maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio NPF ini sesuai dengan SE BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 dapat dirumuskan sebagai berikut (Hariyani, 2010: 52): Non Performing Financing Total Kredit Bermasalah = Total Kredit X 100% 2.1.9. Financing Deposit Ratio (FDR) Financing Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Margaretha, 2007: 60). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan nasabah yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.

24 Semakin tinggi rasio memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Jumlah Kredit Yang Diberikan Financing Deposit Ratio = Total Dana Pihak Ketiga + KLBI + Modal X 100% Inti 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian Adyani (2011) yang berjudul Faktor -faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (Pada Bank Umum Syariah Yang Terdaftar Di BEI Periode Desember 2005-September 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR, NPF, BOPO dan FDR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Penelitian Millatina (2012) yang berjudul Analisis Faktor -faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi Pada Bank Umum Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa NIM berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA dan BOPO berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ROA tetapi CAR, LDR dan NPL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Pratiwi (2012) yang berjudul Pengaruh CAR, BOPO, NPF Da n FDR Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2005-2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA sedangkan BOPO, CAR dan NPF berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ROA. Ringkasan penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 2.1. sebagai berikut.

25 Tabel II.1. Penelitian Terdahulu No. Nama Judul Hasil Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi 1. Profitabilitas (Pada Adyani Bank Umum Syariah (2011) Yang Terdaftar Di BEI Periode Desember 2005-September 2010) 2. 3. Millatina Arimi (2012) Pratiwi (2012) Sumber: data diolah Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi Pada Bank Umum Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010) Pengaruh CAR, BOPO, NPF Dan FDR Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2005-2010) CAR, NPF, BOPO dan FDR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA NIM berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA dan BOPO berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ROA tetapi CAR, LDR dan NPL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA FDR berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA sedangkan BOPO, CAR dan NPF berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ROA 2.3. Kerangka Pemikiran dan Perumusan Hipotesis Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut sebagai rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta

26 membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank (Kuncoro dan Suharjono,2002 : 31). Menurut Dendawijaya (2003:23), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR menunjukkan sejauhmana penurunan asset bank yang masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi bank (Tarmidzi, 2003:18). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2011), Millatani (2012) dan Pratiwi (2012) menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). H 1 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return On Assets (ROA)

27 2. Pengaruh Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) terhadap Return On Assets (ROA) BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi (Siamat, 2005). Biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisien dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya).pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank, yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Bank yang efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi kerugian akibat ketidakefisienan bank dalam mengelola usahanya sehingga laba yang diperoleh juga akan meningkat. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya sehingga semakin sehat bank tersebut (Herdiningtyas, 2005). Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Menurut bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya oprasi dengan total pendapatan operasi atau sering disebut BOPO. Sehingga dapat disusun suatu logika bahwa variabel

28 efisiensi operasi yang diproksikan dengan BOPO berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Millatina (2012) dan Pratiwi (2012) menunjukkan hasil bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA). H 2 : Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) berpengaruh negatif terhadap Return On Assets (ROA) 3. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Assets (ROA) Credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat (Sri Susilo, 2000). Adanya berbagai sebab membuat debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajiban kepada bank. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang operasinya memberikan kredit, karena semakin besar piutang semakin besar pula resikonya (Bambang dalam Mawardi,2005). Apabila suatu bank kondisi NPF tinggi maka akan memperbesar biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005). Rasio NPF menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPF maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar (Herdiningtyas, 2002). Maka dalam hal ini semakin tinggi rasio NPF maka semakin rendah profitabilitas suatu bank.

29 Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012) menunujukan pengaruh negatif Non Performing Financing (NPF) terhadap perubahan laba, semakin tinggi Non Performing Financing (NPF) maka semakin besar risiko yang disalurkan bank sehingga semakin rendah pendapatan sehingga laba yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) menurun. H 3 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap Return On Assets (ROA) 4. Pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Assets (ROA) Financing Deposit Ratio (FDR) yaitu menunjukkan kemampuan suatu bank di dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan oleh masyarakat (Kusuno, 2003). Financing Deposit Ratio (FDR) mencerminkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga. Semakin tinggi nilai rasio Financing Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar (Adyani, 2011), sebaliknya semakin rendah rasio Financing Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba. Jika rasio berada pada standar

30 yang ditetapkan bank Indonesia, maka laba akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut menyalurkan kreditnya dengan efektif). Meningkatnya laba, maka Return On Asset (ROA) juga akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return On Asset (ROA). Penelitian yang dilakukan Adyani (2012) dan Pratiwi (2012) memperlihatkan hasil bahwa Financing Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). H 4 : Financing Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap Return On Assets (ROA) Berdasarkan uraian diatas dan hasil dari penelitian terdahulu, maka yang menjadi varabel didalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan Financing Deposit Ratio (FDR) sebagai variabel independent (bebas) dan Return On Assets (ROA) sebagai variabel dependent (terikat). Sehingga kerangka pikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

31 Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Capital Adequacy Ratio Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi Return On Assets Non Performing Financing Financing Deposit Ratio 2.4. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian, landasan teori, penelitian sebelumnya dan kerangka penelitian teoritis, maka dapat diperoleh beberapa hipotesis sebagai berikut: 1. Capital Adequecy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA). 2. BOPO berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA). 3. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA). 4. Financing Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA). 5. Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO, Non Performing Financing (NPF), Financing Deposit Ratio (FDR) dan berpengaruh secara simultan terhadap Return On Asset (ROA).