BUPATI LAMPUNG SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA / KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Tugas Pokok LPMD Tugas pokok Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dalam:

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUSIN,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 7 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 9 TAHUN 2005 T E N T A N G LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2003 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

Transkripsi:

BUPATI LAMPUNG SELATAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI LAMPUNG SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG RUXUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG SELATAN, Menimbang a. bahwa berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 dalam Pasal 5 menyebutkan bahwa di Dese dan Kelurahan dapat dibentuk Rukun Tetangga (RT) atau scbutan lain sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ditetapkan oleh Desa dan Kelurahan; b. bahwa dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan tugastugas Pemerintahan, Pembangunen dan Kemasyarakatan di Desa dan Kelurahan perlu dibentuk Rukun Tetangga (RT); c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b tersebut diatas, perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Rukun Tetangga; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956, Undang-Undang Darur-at Nomor 5 Tahun 1956, Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kota Praja dalam Lmgkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahunl959 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nornor 5035): 2. Undang-Undang Nomcr 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tahun tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan [Lembaran Negara RepubIik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 4. Undang-Undang Nomor 6 'I'ahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 4588); 6. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Sebutan Lain; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabuparerr/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, 'Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 20 14 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 14 Tahun 2006 tentang Pernbentukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2006 Nomor 14); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 06 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata KeIja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008 Nomor 06) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturen Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 23 Tahun 2012 (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012 Nomor 23, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 23). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG RUKUN TETANGGA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Lampung Selatan. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Selatan. 3. Bupati adalah Bupati Lampung Selatan. 4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan. 5. Camat adalah Camat di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan.

6. Lurah adalah kepala kelurahan sebagai perangkat daerah Kabupaten Lampung Selatan dalam wilayah kerja kecamatan. 7. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat Kabupaten Lampung Selatan dalam wilayah kerja kecamatan. 8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lampung Selatan. 10. Rukun Tetangga, yang selanjutnya disingkat RT atau sebutan lainnya adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa atau Lurah. II. Penduduk Setempat adalah setiap orang yang bertempat tinggal tetap disuatu wilayah dan tercatat dalam Kartu Keluarga yang beralamatkan dan bertempat tinggal pada wilayah RT setempat. 12. Kartu Keluarga yang selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas keluarga yang memuat tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga. 13. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disingkat KTP adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 14. Kepala Keluarga adalah : a. orang yang berternpat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai hubungan darah maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap keluarga; b. orang yang bertempat tinggal seorang diri. 15. Gotong royong adalah bentuk kerjasama/ bantu membantu dan melembaga serta mengandung unaur timbal balik yang bersifat sukarela. 16. Swadaya Masyarakat adalah kemampuan atau kekuatan masyarakat secara mandiri dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk membentuk kelembagaan RT. 17. Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar penata kelolaan lembaga RT berjajan secara efesien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. 18. Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan bersama atas penyelesaian masalah. 19. Rapat adalah pertemuan untuk membicarakan sesuatu. 20. Rapat RT adalah kegiatan rapat yang pesertanya kepala keluarga dalam RT tersebut. 21. Pertemuan RT adalah kegiatan pertemuan yang dihadiri warga RT untuk membahas pennasalahan tertentu atau untuk melaksanakan kegiatan tertentu dalarn suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan. 22. Keluarga adalah inti terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang tinggal dalam 1 (satu) rumah.

23. Kepala Dueun adalah orang yang mengetuai sebuah dusun 1 (satu) wilayah di bawah desa. BABII MAKSUD, TUJUAN DAN PEMBENTUKAN (1) RT dibentuk dengan maksud untuk : Bagian Kesatu Maksud dan Tujuan Pasal2 a. memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotong-royongan dan keke1uargaan; b. membantu merringkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah desajkelurahan dalam pembangunan dan kemasyarakatan; dan c. memberdayakan seluruh potensi swadaya masyarakat dalam usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat. (2) Tujuan pembentukan RT adalah untuk mewujudkan lembaga RT yang membantu kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah desaj1urah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dengan memperkuat dan memberdayakan potensi sosial masyarakat. Bagian Kedua Pembentukan Pasal3 (1) Setiap RT terdiri dari paling sedikit 30 (tiga puluh) dan paling banyak 50 (lima puluh) Kepala Keluarga. (2) Dalam hal jumlah RT kurang atau melebihi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), harus digabungkan atau dimekarkan. (3) Penggabungan dan pemekaran RT sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan dengan musyawarah mufakat atas prakarsa masyarakat dengan ketentuan mengajukan usul permohonan kepada CamatjLurah setempat untuk mendapat penetapan; dan (4) Tata cara penggabungan RT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yakni sebagai berikut: a. penggabungan RT yaitu jum1ah penduduk paling sedikit 30 KK; b. ketua RT bersama-sama kepala dusun mengajukan usulan kepada kepala desaj1urah dan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD); dan c. kepala desaj1urah dengan anggota BPD mengadakan rapat usulan tersebut dan hasil dimuat dalam Keputusan Kepala Desa. (5) Tata cara pemekaran RT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yakni sebagai berikut: a. pemekaran RT dengan persyaratan jumlah penduduk paling sedikit 60 KK; b. ketua RT bersama-sama kepala dusun mengajukan usulan kepada kepala desa dan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD); dan c. kepala desa dengan anggota BPD mengadakan rapat usulan tersebut dan hasil dimuat dalam Keputusan Kepala Desa.

DAB III TUGAS DAN FUNGSI Bagian Kesatu Tugas Pasal4 Tugas RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri dari : a. menjaga kerukunan antar tetangga, memelihara dan melestarikan kegotongroyongan dan kekeluargaan dalam rangka meningkatkan ketenteraman dan ketertiban; b. rnenampung dan mengusulkan aspirasi warga dalarn rencana dan pelaksanaan pembangunan diwilayah kerja RT; c. menggali potensi swadaya mumi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dan menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat di wilayah kerja RT; d. membantu menyebarluaskan dan mengamankan setiap Program Pemerintah; e. membantu memungut Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);dan f. membantu pengawasan terhadap tanah-tanah untuk bahan pendataan PBB. Bagian Kedua Fungsi Pasal5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, RT mempunyai fungsi sebagai berikut : a. pendataan penduduk dan pelayanan administrasi Pemerintahan; b. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga; c. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan d. penggerak swadaya gotong-royong dan partisipasi masyarakat diwilayahnya. (I) BABIV KEPENGURUSAN Bagian Kesatu Susunan Kepengurusan Pasal6 Pengurus RT terdiri dari penduduk setempat yang terdaftar dalam KK. (2) Setiap Warga Negara Indonesia diwilayah RT setempat memiliki hak yang sarna untuk memilih dan dipilih sebagai calon pengurus RT sesuai dengan mekanisme. (3) Pengurus RT sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2), dengan memperhatikan keterwakilan perempuan.

(I) Susunan pengurus RT, terdiri dari: Pasa17 a. I (satu) orang Ketua; b. I (satu) orang Wakil Ketua; c. I (satu) orang Sekretaris; d. I (satu) orang Bendabara; dan e. bidang-bidang yang disesuaikan kebutuhan masyarakat. (2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf e, sekurangkurangnya terdiri dari bidang pembangunan, bidang ketertiban umum dan ketenteraman rnasyarakat, dan bidang sosial kemasyarakatan. (3) Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (I), tidak boleh merangkap jabatan pada Lembaga Kemasyarakatan lainnya dan bukan merupakan anggota partai politik. Pasal8 (1) Ketua RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (I J huruf a, dipilih oleh penduduk setempat diwilayab kerja RT yang telah memenuhi kriteria sebagai pemilih berdasarkan musyawarah mufakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam proses pemi1ihan Ketua RT, dibentuk kepanitiaan yang difasilitasi oleh Kepala Desa/Lurah/Kepala Dusun. (31 Panitia Pemilihan Ketua RT dapat melakukan penjaringan calon Ketua yang berasal dari penduduk setempat. Pasal9 Ketua RT yang terpi1ih sebagaimana dimaksud da1am Pasal 8, dituangkan dalam Berita Acara hasil pemilihan, dan disampaikan oleh Panitia Pemilihan kepada Camat/Lurah untuk ditetapkan menjadi Keputusan Ketua RT defmitif. Bagian Kedua Tam Cara Pemilihan Pengurus PasallO (I) Tata cara pemilihan kepengurusan RT ditetapkan sebsgai berikut : a. pengurus RT sebageimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (I) huruf b, huruf c dan huruf d, dibentuk berdasarkan musyawarab mufakat Ketua RT terpilih bersama Kepala Keluarga da1am wilayab kerja RT; b. pengurus RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf d, dibentuk berdasarkan musyawarab mufakat; c. tata earn pemilihan dilaksanakan secara demokratis, tranaparan dan diserabkan sepenuhnya atas kehendak warga masyarakat; d. hasil pemilihan kepengurusan RT dituangkan dalam Berita Acara Pemilihan yang ditandatangani oleh Panitia dan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Camat/Lurah: dan

e. pengukuhan pengurus RT dilakukan oleh CamatJLurah. (2) Pemilihan pengurus RT dilaksanakan oleh Panitia yang terdiri dari : a. 2 (dua) orang pengurus lama; dan b. 3 (tiga) orang wakil masyarakat. Pasal 11 (1) Masa bakti pengurus RT yaitu 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya. (2) 3 (tiga) bulan sebelum masa bakti berakhir harus dilaksanakan pemilihan pengurus. (3) Dalam hal pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) belum dibentuk, CamatJLurah dapat menunjuk pengurus sementara paling lama 6 (enam) bulan dan segera dilaksanakan pemilihan pengurus. Pasal 12 Syarat-syarat yang dapat dipilih menjadi pengurus RT, yaitu : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. warga Negara Indonesia yang menjadi penduduk setempat; c. setia dan taat kepada Pancasila dan UUD NKRI 1945; d. tidak tercela, berkelakuan baik, jujur dan adil; e. sehat jasmani dan rohani; f. berpendidikan minimal SLTP atau sederajat; g. penduduk DesaJ Kelurahan setempat dan bertempat tinggal tetap di wilayah RT tersebut, eekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan dengan tidak terputus putus atau berpindah -pindah tempat, terdaftar pada KK dan memiliki KTP setempat; h. berusia serendah -rendahnya 21 (dua puluh satu) tahun atau pemah kawin dan paling tinggi 56 (Lima puluh enamj tahun pada saat pencalonan; dan 1. mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian. (I) Pengurus RT berbak : BABV HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 13 a. menyampaikan aspirasi dan saran pertimbangan kepada Kepala DesaJlurahJinstansi pemerintah lainnya mengenai hal-hal yang terkait dengan kelancaran pelaksanaan tugaa pemerintah, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat; dan b. mendapatkan insentif danjatau dana tali asih dari Pemerintah Daerah. (2) Pengurus RT wajib : a. melaksanakan tugas pokok RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; b. melaksanakan keputusan musyawarah anggota; c. membina kerukunan hidup warga; d. membuat laporan lisan dan/ atau tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit 6 (enam) bulan sekali; dan

e. melaporkan hal-hal yang terjadi dalam masyarakat yang dianggap perlu mendapat penyelesaian oleh Pemerintahan Kecarnatan kepada Camat. (3) Pengurus RT melaporkan segala kegiatan kepada anggota melalui musyawarah anggota. BABVI PEMBERHENTIAN Pasal 14 (I) Pengurus RT berhenti karena : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri atas pennintaan sendiri; c. pindah tempat tinggal diluar wilayah RT; d. telah habis masajabatannya. (2) Dalam hal Ketua RT berhenti atau diberhentikan sebelum habis masa baktinya, dinyatakan dalam berita acara. Pasal 15 (1) Ketua RT yang dituduh atau tersangkut melakukan tindak pidana atau melawan hukum diberhentikan oleh kepala desa; (2) Pemberhentian ditetapkan dengan keputusan kepala desa; dan (3) Kepala Desa dapat mernberhentikan ketua RT, apabila ada dugaan kuat berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti melanggar sebagaimana pada ayat (1). BABVII TATA KERJA DAN PENYALURAN ASPIRASI Pasal 16 Pengurus RT dalam memberikan pelayanan publik hams berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal17 Penyaluran aspirasi anggota masyarakat ditingkat RT dimusyawarahkan melalui musyawarah RT. Pasal18 Apabila Ketua RT tidak dapat melaksanakan tugasnya, Ketua RT dapat menunjuk Wakil Ketua danj'atau pengurus RT untuk mewakilinya atas persetujuan pengurus RT.

BAB VIII HUBUNGAN KERJA (I) Pasal 19 Hubungan kerja RT dengan Pemerintah Kecamatanykelurahan bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. (2) Hubungan kerja RT lainnya bersifat koordinatif dan konsultatif. (3) Hubungan kerja RT dengan pihak ketiga hersifat kemitraan. BABIX PEMBINAAN Pasal20 (1) Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi RT. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), meliputi : a. memherikan pedornan teknis pelaksanaan dan pengembangan RT; b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; c. menetapkan bantuan pembiayaan alokasi dana untuk pembinaan dan pengembangan RT d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta pemberdayaan RT; e. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan RT; f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bag; RT; dan g. memherikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan RT. BABX SUMBER DANA DAN PELAPORAN Pasal21 (I) Sumber dana RT diperoleh dari : a. swadaya masyarakat berdaearkan hasil musyawarah mufakat; b. anggaran yang dialokasikan dalam APBD; c. bantuan dati Pemerintah dan pemerintah Provinsi; dan d. bantuan lainnya yang sah dan tidak mengikat. (2) Pengelolaan keuangan yang diperoleh dari sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf b dan huruf c, diadministrasikan secara tertib, teratur dan membuat laporan tertulis kepada pihak pemheri bantuan melalui Kecamatan. BABXI KETENTUAN PERALlHAN Pasal22 Kepengurusan RT yang ada pada saat Peraturan ini diundangkan, tetap diakui sebagai kepengurusan RT berdasarkan Peraturan ini sampai habis masa baktinya.

BAS XII PENUTUP PasaJ 23 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Lampung Selatan. Ditetapkan di Kalianda pada tanggal \\ juvl.\ 2014 SUPAT! LAMPUNG STAN, Diundangkan di KaHanda pada tanggai II jviii 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPAT LAMPUNG SELATAN ONO SERITA DAERAH KABU ATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014 NOMOR