IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA. Faulina, Efni Siregar, Vivianti Novita Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis nantinya akan dapat dilihat. dari bertahan atau tidaknya bisnis yang dijalankannya.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

PENCIPTAAN BATIK MEDAN

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

PENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN PENGRAJIN SONGKET JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

STRATEGI PENGEMBANGAN UKM BATIK DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha yang mayoritas merupakan usaha kecil. Saat ini masih banyak UKM

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

PELATIHAN DESAIN MODEL TEROMPAH (PACCAK) DESA SUMBEREJO BANYUPUTIH SITUBONDO

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PEMASARAN KAIN LURIK

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI. A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA STEM-BANANA (KERAJINAN HAND-MADE PELEPAH PISANG) PENGHASIL UANG. Bidang Kegiatan: PKM Kewirausahaan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. global. 1 Oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan untuk dapat menentukan

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN PENYEDIAAN MEDIA PEMASARAN SEPATU BORDIR UNTUK PENGRAJIN DI KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUBAR BARCA BUSANA BATIK ANAK-ANAK HASIL DAUR ULANG KAIN PERCA PKM-K

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kecil menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 adalah usaha

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. TB. Dua Dua berdiri pada tahun 1995, TB. Dua Dua merupakan toko. buku yang menjual buku pelajaran untuk SD, SMP dan SMA Negeri dan

PKU Pendampingan Manajemen Usaha Industri Limbah Perca Batik UMKM Batik Kebonpolo

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. memudahkan komunikasi antar pengrajin batik. untuk membeli alat baru atau membeli bahan baku untuk produksi.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin majunya perkembangan teknologi informasi dan

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IbPE INDUSTRI BATIK PODHEK DI KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN I

BAB V PENUTUP. pada analisis data penelitian tentang Pemaknaan Stakeholder terhadap. menjawab rumusan masalah dan fokus penelitian sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

Peluang Usaha Perabot Rumah Tangga Batok Kelapa

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia khususnya Ibukota Jakarta membawa masalah yang besar, yaitu sampah.

BAB I PENDAHULUAN. baik dibanding dengan tahun lalu. Kondisi ini tidak lepas dari pembangunan

LAMPIRAN. 1. Sejak kapan usaha batik aster berdiri? 2. Apakah pernah mengikuti pelatihan-pelatihan membatik?

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

DAFTAR HASIL WAWANCARA. Informan yang dipakai dalam penelitian ini adalah informan kunci dan

Program Strategis LLP-KUKM

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan di bidang furnitur mebel semakin banyak jumlahnya disetiap

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

V GAMBARAN USAHA 5.1 Profil Rumah Makan Soto Banjar Waroeng Bumi Khatulistiwa 5.2 Sejarah Rumah Makan Soto Banjar Waroeng Bumi Khatulistiwa

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pembuatan Tas Erwin di Desa Jitengan Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam sehingga banyak sekali objek wisata di Indonesia yang patut untuk

BISNIS PLAN JILBAB SHOP

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar I-1 Proses Pembuatan Batik

Riskin Hidayat dan Siti Alliyah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPPI Rembang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Tahun (Badan Pusat Statistik) Persentase.

BAB III PENGEMBANGAN PERUSAHAAN. restoran dan lain-lain yang umumnya ialah botol plastik bekas minuman sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGEMBANGAN USAHA BATIK MELALUI MESIN PEWARNAAN BATIK DI DESA PILANG KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN. Universitas Sebelas Maret

PELATIHAN PEMBUATAN DAN PERAWATAN WEBSITE BERBAHASA INGGRIS UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN PAKET JASA TOUR DAN TRAVEL DI KECAMATAN KARANGPLOSO MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN. dengan mampu menghasilkan batik tanah liek tradisional dan batik Minang

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-06)

Hasil Wawancara dengan Pemilik RORIE S

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN. Disusun oleh :

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Pemasaran Home Industry Manik-manik Beads Flower. Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu industri

IbM PENGRAJIN BATIK SEKARWANGI DAN BATIK SURYA KENDAL

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI

Transkripsi:

IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA Faulina, Efni Siregar, Vivianti Novita Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan ABSTRAK Pengabdian bagi produk ekspor tahun kedua ini diselenggarakan di kecamatan Medan Tembung dengan dua mitra tim pelaksana yang menjadi perintis dan mempunyai usaha batik motif Sumatera Utara. Kedua mitra UKM ini bernama UD Mitra Cahaya dan LKP Saudur Sadalanan. Permasalahan yang ada adalah bahan baku, peralatan produksi, inovasi dan jenis produk, manajemen, pemasaran, SDM, serta fasilitas kerja. Luaran yang telah diperoleh kedua mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah: daur ulang bahan baku malam, penambahan alat alat kantor dan produksi, bertambahnya produk turunan dari batik dan jumlah lembaran batik yang dihasilkan dan dijual naik sekitar 10%, mampu mengelola keuangan, administrasi dan produksi usaha modern secara efisien walau masih secara sederhana, mulai berpromosi secara aktif dengan menggunakan kartu nama, brosur, katalog dan web based marketing, pertambahan pegawai, penataan kantor, show room, dan ruang produksi beserta dengan peralatannya. Kata Kunci: Pengabdian, Batik, Sumatera Utara PENDAHULUAN Batik yang selama ini diketahui luas berasal dari berasal dari Jogja, Pekalongan, Solo dan daerah lain di pulau Jawa dan Madura. Tetapi ternyata ada batik yang berasal dari daerah lain yang sedang dikembangkan, contohnya adalah batik yang berasal dari Sumatera Utara dengan corak yang bernuansa etnik daerah tersebut. Motifnya batik disesuaikan dengan lima etnis Batak yang ada di Sumatera Utara, yaitu Mandailing, Tapanuli Utara (Toba), Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, dan Tapanuli Tengah. Motif batik dari lima etnis Batak, itu di antaranya corak dari kain ulos Batak, motif Hari Hara Sundung di Langit yang menunjukkan ciri khas Batak Toba, dan motif Pani Patunda dari Simalungun. Selain itu, motif Melayu seperti pucuk rebung, semut beriring, itik pulang petang. Kemudian motif Toba ada desa nawalu, gorga sitompi, dan juga Batak Mandailing dengan motif mataniari (pemkomedan.go.id.2014). Batik Sumatera Utara ini terdiri dari dua jenis, yaitu batik cap dan batik tulis yang digeluti oleh 15

kedua mitra dari tim pengabdian yaitu Ibu Nur Cahaya Nasution pemilik UD Mitra Cahaya dengan kelompok pengrajin batik yang dipunyainya bernama Maju Bersama sebagai mitra pertama. dan Bapak Zuhair Kustanto pemilik LKP Saudur Sadalanan yang berlokasi di Medan Tembung sebagai mitra kedua. Ibu Nurcahaya mempunyai visi kedepannya yaitu agar batik Sumatera Utara mendunia. Bapak Zuhair Kustanto sebagai pemilik LKP Saudur Sadalanan, gigih dalam memberikan pelatihan membatik. Walaupun sebelumnya mitra kedua ini juga memproduksi kain batik dan seragam sekolah, tetapi mulai tahun kedua mitra tersebut fokus terhadap pemberian pelatihan kemasyarakat dan mahasiswa, serta mengembangkan motif dan corak Sumatera Utara. Selain itu beliau menjadi salah seorang pendiri koperasi untuk produk-produk yang berorientasi ekspor di Sumatera Utara yang diwadahi oleh Dinas Koperasi Sumatera Utara yang baru didirikan pada tahun 2014 lalu. Keberadaan batik ini berkembang sedikit demi sedikit sehingga mulai dikenal masyarakat, hingga telah dibawa kebeberapa negara seperti Thailand, Malaysia dan Nigeria. Tetapi walaupun begitu, masih menjadi peluang yang sangat besar bagi kemajuan batik Sumatera Utara dengan corak uniknya, warna - warna yang memikat, dan hasil yang berkualitas merupakan produk unggulan daerah yang berorientasi besar untuk ekspor. Pembuatan batik Sumatera Utara ini tidak ada bedanya dengan batik dari daerah Jawa, hanya berbeda pada corak yang dihasilkan. Untuk batik yang berasal dari daerah Jawa lebih utama pada motif hewan, bunga dan sebagainya. Sedangkan untuk batik Sumatera Utara coraknya condong kepada berbagai etnik yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dilakukan antara tim pengabdian dan kedua mitra bahwa permasalahan yang telah diselesaikan hingga tahun kedua kegiatan adalah masalah bahan baku, proses produksi, produk turunan, pengelolaan manajemen, pemasaran offline dan online, kurangnya sumber daya manusia (pembatik), dan fasilitas produksi dan administrasi yang memadai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sriyana (2010) bahwa pada umumnya UKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yeng menghambat kegiatan usahanya. Berbagai hambatan tersebut meliputi kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM berkualitas, masalah bahan baku, keterbatasan teknologi, infrastruktur pendukung dan rendahnya komitmen pemerintah. Rincian dari permasalahan yang ada yaitu: lilin (malam) dan pewarna sebagai bahan baku masih dikirim dari Jawa, sehingga harga lembaran batik yang ditawarkan kepada konsumen masih tergolong 16

tinggi. Antisipasi mitra dengan mendaur ulang lilin yang telah dipakai. Daur ulang ini bias digunakan hingga beberapa kali pemakaian. Hal ini dapat menghemat biaya mitra ketika produksi. Pengerjaan satu lembar batik yang lama, membutuhkan waktu sekitar tiga hari untuk batik cap, karena alat yang digunakan masih berupa cap tembaga yang berat, dan untuk memperolehnya harus pesan dari Solo. Produk yang dihasilkan mulai tahun kedua hanya berupa lembaran batik cap dan tidak lagi memproduksi produk turunannnya. Bagi pengelolaan usaha, telah mulai ada perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang yang dilakukan. Pembukuan dan administrasi telah dilakukan dengan menggunakan computer. Pasar utama produk masih di kota Medan walau sudah merambah kedaerah lain seperti Jakarta, dan produk berpotensi besar untuk dipasarkan ke mancanegara. Sumberdaya pembatik yang ada masih kurang dibandingkan dengan cerahnya prospek usaha kedepannya. Terakhir adalah fasilitas yang mulai ditata untuk ruang kantor dan produksi. Identifikasi permasalahan mitra seperti tampak pada Gambar 1: Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah Potensi Mitra : - Jumlah produksi - Produk orientasi ekspor Alternatif Pemecahan Masalah: - Pencarian bahan baku alternatif - Penambahan peralatan membatik, kantor, dan produksi - Inovasi dan pengembangan produk berupa bertambahnya corak, jenis produk, dan jumlah produk yang dihasilkan. - pelatihan manajemen baik produksi, keuangan, administrasi, dan pemasaran. - Pemasaran secara offline dan online Permasalahan Mitra: - bahan baku, - proses produksi, - produk turunan, - pengelolaan manajemen, - pemasaran offline dan online, - kurangnya sumber daya manusia (pembatik), dan PENINGKATAN JUMLAH HASIL PRODUKSI DAN DAERAH PEMASARAN 17

METODE Metode pendekatan dalam kegiatan ini dilakukan dengan metode partisipatif kelompok dan individual melalui pendampingan dan koordinasi serta pemantauan, metode ceramah dan diskusi melalui pelatihan pelatihan yang akan diberikan. Koordinasi dan pemantauan akan dilakukan setiap dua minggu sekali atau disesuaikan dengan keperluan mitra UKM guna memperlancar kegiatan. Pendampingan dan pemantauan akan dilakukan secara optimal agar dapat memberikan motivasi kepada mitra dalam menciptakan usaha produk berorientasi ekspor yang berkelanjutan. Solusi yang Ditawarkan Solusi yang ditawarkan untuk usaha batik ini adalah: 1. Pencarian bahan baku alternatif pembuatan batik seperti lilin ( malam). 2. Penambahan peralatan produksi untuk membatik/ produksi seperti mesin batik. 3. Pemberian pelatihan manajemen keuangan, produksi, administrasi, dan kearsipan secara manual dan komputerisasi, 4. Pemberian pelatihan pemasaran offline dan online untuk pemasaran nasional dan internasional. Untuk pemasaran online menggunakan web base marketing. 5. Pemberian pelatihan membatik bagi masyarakat dan mahasiswa untuk menambah tenaga pembatik. 6. Penataan ruang kantor, show room, dan produksi serta penambahan/ pengadaan peralatan, seperti: meja, kursi, komputer, dan lain-lain. Pada tahun ini, pembuatan mesin batik, yang dikerjakan oleh salah seorang dosen jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan dan akan dibuatkan HAKI untuk mesin tersebut. Gambar 2. Mesin Batik 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Target luaran yang diharapkan adalah dalam aspek produksi, produk, manajemen, pemasaran, SDM dan fasilitas. Pengetahuan pemasaran online merupakan salah satu cara yang sebaiknya diajarkan untuk memperkaya pengetahuan mitra dalam pemasaran modern. Karena sumber daya pada sebuah usaha sering tidak berwujud, seperti pengetahuan yang unik dan teknologi yang eksklusif (Kraus & Kauranen.2009). Sesuai dengan kesepakatan antara tim dan kedua mitra mengenai kegiatan pengabdian, maka kegiatan dilaksanakan sesuai dengan hal hal yang telah direncanakan bersama. Pelaksanaan pelatihan membatik bagi masyarakat yang berminat untuk menjadi pembatik dan menjadikannya sebagai penghasilan tetap ataupun tambahan hingga mahir selama 4 hari. Pelatih berasal dari LKP. Saudur Sadalanan dan diadakan sebanyak sekali dalam tahun kedua kegiatan. Peserta pelatihan adalah masyarakat sekitar kota Medan yang tertarik untuk membatik sebanyak 10 orang setiap kegiatan. Walaupun kegiatan ini diharapkan mampu untuk menambah jumlah pembatik secara signifikan, tetapi ternyata hanya 10 orang saja yang serius untuk mendalami proses membatik hingga saat ini. Pelatihan membatik yang direncanakan diadakan tiga kali, hanya dilakukan sekali karena biaya yang ada dialihkan kepada pelatihan pembuatan canting cap selama 4 hari dengan pelatih didatangkan langsung dari Pekalongan. Tahap pelaksanaan selanjutnya adalah pemberian pelatihan manajemen usaha modern bagi mitra yang mencakup aspek administrasi (pencatatan segala kegiatan), keuangan lanjutan (pembukuan dan laporan keuangan), serta produksi (pemilihan dan perencanaan produk, pengelolaaan bahan baku, serta proses produksi). Pelatihan manajerial ini ditujukan agar mitra dapat menjalankan UKM mereka dengan berdasarkan manajemen yang tertata baik, untuk pencapaian usaha yang efektif dan efisien. Semua kegiatan telah terlaksana dengan peserta dari kedua pemilik UKM beserta anak dan istri, serta beberapa orang karyawan sebanyak enam orang pada setiap kegiatan. Kemudian, pelatihan pemasaran (pemilihan lokasi pemasaran, penentuan harga, target pasar dan promosi) untuk pasar lokal menuju internasional, menjadi agenda selanjutnya. Meskipun diluar dari pelatihan, tim dan mitra sering berdiskusi mengenai tindakan pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh mitra. Pada tahap ini juga diberikan alat promosi seperti kartu nama dan brosur, serta website sebagai toko online kedua mitra yang berbahasa Indonesia dan Inggris. Pembuatan website bilingual ini bertujuan agar produk batik Sumatera Utara bukan hanya dikenal lokal dan nasional, tapi juga dapat 19

merambah hingga ke mancanegara dengan keunikan pada motifnya yang beragam dan tidak dipunyai daerah lain di Indonesia. Pelatihan pemasaran ini juga dihadiri oleh pemilik beserta keluarganya dengan jumlah peserta tetap enam orang. Pada pelatihan ini diberikan teori tentang pemasaran mulai dari penentuan segmentasi pasar hingga penentuan harga dan macam macam promosi. Selain itu juga diadakan pelatihan untuk pengelolaan website bagi kedua mitra. Gambar 3. Motif Batik Sumatera Utara yang Lebih Berwarna dan Beragam 20

Setelah pelatihan dan kegiatan diatas, adalah tahap implementasi dimana mitra menerapkan hasil dari pelatihan dan ilmu yang diperoleh. Mitra sudah mempunyai pembukuan yang mulai rapi. Selain itu, pada produk yang dihasilkan mulai terlihat berbeda; yaitu: warna lebih bervariasi, motif semakin banyak, bertambahnya jumlah produksi dan permintaan konsumen terhadap batik Sumatera Utara yang naik sekitar 150%. Selama tahun kedua kegiatan pengabdian ini, mitra pertama banyak melakukan perjalanan pameran baik dalam kota Medan, maupun kota lainnya di Jawa d an Kalimantan. Pameran yang telah diikuti berada dikota kota seperti Yogyakarta, Pekalongan dan Jakarta serta Banjarmasin. Mitra kedua juga sering mengunjungi kota lain di Sumatera Utara untuk memberi pelatihan membatik. Penataan ruang kantor, show room, dan ruang produksi menjadi tahap selanjutnya. Tim pelaksana membantu mitra UKM untuk menata ruangan dan mengisinya dengan perabot dan peralatan kantor. Pada tahun pertama, mitra dengan, inisiatif sendiri membangun gedung untuk kantor dan show roomserta tempat produksi, dilanjutkan ditahun kedua, mitra telah memperluas tempat produksi dengan memindah area cuci yang tadinya didepan, sehingga pindah kebelakang dan tertutup dari pandangan. Tempat menjemur juga sudah dipindahkan keatas bangunan, sehingga tidak terlihat lagi dari luar kain batik basah yang dijemur. SIMPULAN 1. Kegiatan IbPE dengan tujuan pengabdian kepada masyarakat yang diberikan kepada dua orang mitra pemilik usaha batik dan LKP dilaksanakan selama tiga tahun, dan sekarang telah menyelesaikan tahun kedua. 2. Pada kegiatan tahun kedua, bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dialami kedua mitra,yaitu: bahan baku,proses produksi, pengelolaan manajemen, pemasaran,kurangnya sumber daya manusia (pembatik), danfasilitas produksi dan administrasi yang memadai. 3. Luaran yang telah diperoleh kedua mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah: daur ulang bahan baku malam, penambahan alat alat kantor dan produksi, bertambahnya produk dan jumlah lembaran batik yang dihasilkan dan dijual naik sekitar 150% dari akhir tahun pertama, mampu mengelola keuangan, administrasi dan produksi usaha modern secara efisien, mulai berpromosi secara aktif dengan menggunakan kartu nama, brosur sertaweb based marketing, pertambahan pegawai, penataan kantor, show room, dan ruang produksi beserta dengan peralatannya. 21

DAFTAR PUSTAKA Kraus. S & Kauranen.2009.Strategic Management and entrepreneurship.friends or Foes. International Journal of Business and Applied Management.Vol 4. Hal.39. Sriyana, Jaka. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif. Sumber Lain Batik Medan. http://pemkomedan.go.id/cirikh as_detail.php?id=927. Dilihat pada 10 November 2015. 22