BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 20 TAHUN 2012 T E N T A N G

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

^ Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 99 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS BUPATI MALANG,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME PERSETUJUAN DAN PENGAWASAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : TAHUN 2017 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI JALAN

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI JALAN WALIKOTA SORONG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

: a. bahwa untuk mew'ujudkan tertib kawasan maka perlu dilakukan

Kepmen LH no. 17 Tahun 2001

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 030 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 57 TAHUN 2009 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

4. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR36 TAHUN 2016 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU UNTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATASAN ANGKUTAN BARANG PADA RUAS JALAN PROVINSI RUAS JALAN SAKETI-MALINGPING-SIMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 19 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 21 Tahun 2017 Seri E Nomor 15 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : C

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Transkripsi:

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 20 TAHUN 2012 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS DAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO Menimbang : a. bahwa kegiatan pembangunan dan pusat usaha memiliki potensi menimbulkan dampak berupa terganggunya kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan yang akhirnya berpengaruh pada ketertiban, kelancaran, keamanan, kenyamanan, dan pemenuhan hak atas lingkungan yang sehat; b. bahwa dengan melihat perkembangan kehidupan sosial maupun ekonomi yang ada saat ini sangat pesat sehingga diperlukan pengaturan yang bertujuan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan; c. bahwa untuk mencegah dampak yang ditimbulkan diperlukan adanya analisis dampak lalu lintas yang efektif, akurat dan berkesinambungan; d. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada haruf a, huruf b dan huruf c konsideran ini, perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Petunjuk Terknis dan Pelaksanaan Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9 dan Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4953); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); 8. Peratuaran Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 9. Peratuaran Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 10. Peratuaran Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Kabupaten Situbondo (Lembaran Daerah Kabupaten Situbondo Tahun 2008 Nomor 2); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI SITUBONDO TENTANG PETUJUK TEKNIS DAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI KABUPATEN SITUBONDO. BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud : 1. Daerah adalah Kabupaten Situbondo. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Situbondo. 3. Bupati adalah Bupati Situbondo. 4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Situbondo. 5. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Situbondo. 6. Tim andalalin adalah tim yang dibentuk oleh Bupati yang susunan keanggotaannya yang terdiri dari Instansi terkait yang mempunyai tugas pokok dan fungsi yang berkaitan dengan Andalalin. 7. Manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas. 8. Dampak Lalu Lintas adalah dampak yang mengakibatkan perubahan tingkat pelayanan jalan menjadi lebih rendah disebabkan bangkitan dan/atau pengoperasian kawasan pada unsur-unsur jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang 9. Analisis Dampak Lalu Lintas yang selanjutnya disingkat ANDALALIN adalah serangkaian kegiatan kajian mengenai dampak lalu lintas dari pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen hasil analisis dampat lalu lintas. 10. Dampak Lalu Lintas adalah dampak yang mengakibatkan perubahan tingkat pelayanan jalan menjadi lebih rendah disebabkan bangkitan dan / atau pengoperasian kawasan pada unsur-unsur jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan. 11. Studi ANDALALIN adalah studi yang meliputi kajian terhadap jaringan jalan yang terpengaruh oleh pengembangan kawasan sejauh radius tertentu. 12. Bangkitan lalu lintas adalah jumlah kendaraan masuk dan keluar rata-rata perhari atau selama jam puncak, yang dibangkitkan oleh suatu kegiatan dan/atau usaha. 13. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah dan/ atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. 14. Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung volume lalu lintas ideal per satua waktu,

dinyatakan dalam kendaraan per jam atau satuan mobil penumpang per jam. 15. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan per jam atau satuan mobil penumpang per jam. 16. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor atau Kendaraan Tidak Bermotor. 17. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel. 18. Sepeda bermotor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpah rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan beroda tiga tanpa rumah-rumah. 19. Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. 20. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. 21. Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang digunaan untuk angkutan barang. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud dari pelaksanaan Studi Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) adalah untuk dapat mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh suatu kawasan pengembangan terhadap lalu lintas di sekitarnya. (2) Tujuan dilakukannya ANDALALIN adalah untuk : a. Memprediksi dampak yang ditimbulkan suatu pembangunan kawasan; b. Menentukan bentuk peningkatan/perbaikan yang diperlukan untuk mengakomodasikan perubahan yang terjadi akibat pengembangan baru; c. Menyelaraskan keputusan-keputusan mengenai tata guna lahan dengan kondisi lalu lintas, jumlah dan lokasi akses, serta alternatif peningkatan/perbaikan; d. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat mempengaruhi putusan pengembang dalam meneruskan proyek yang diusulkan; e. Sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas. BAB III

KEWAJIBAN DAN KRITERIA Pasal 2 (1) Setiap lokasi/kawasan dan/atau rencana pembangunan lahan yang akan dan/atau telah menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu lintas yang signifikan terlebih dahulu wajib dilakukan ANDALALIN. (2) (2) Hasil ANDALALIN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan salah satu syarat bagi pengembang/ pengusaha/pembangun untuk mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan. Pasal 3 1. Pihak pengembang / pembangun yang melakukan pembangunan / pengoperasian kawasan sebagaimana dimaksud pasal 2, wajib menyusun ANDALALIN yang terdiri Dokumen Kerangka Acuan ( DKA) dan Dokumen Rencana Manejemen dan Rekayasa Lalu Lintas Jalan. 2. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatas, disampaikan sekaligus oleh pihak pengembang/pembangun kepada Bupati, 3. Pihak pengembang / pembangun berhak memperoleh tanda bukti penyerahan dokumen dari Bupati, 4. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), disususn oleh pihak pengembang / pembangun berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bupati, 5. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dilengkapi dengan : a. Gambar desain bangunan ; b. Peta Lokasi detail tanah bangunan ; c. Data-data lokasi bangunan, meliputi : - Luas tanah ; - Luas bangunan ; - Luas pelataran parkir ; - Jumlah personil pegawai dan penghuni ; - Jumlah pengunjung yang ditampung ; - Fasilitas pendukung d. Rencana Pengembangan ; e. Surat Ijin Tempat Usaha ; f. Surat Ijin Tempat Penggunaan lokasi ; g. Surat Ijin pemilikan hak. Pasal 4 1. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, dinilai oleh Bupati ; 2. Buparti menunjuk Tim untuk melaksanakan penilaian, 3. Pembentukan Tim dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan melalui Keputusan Bupati 4. Berdasarkan penilaian yang dilakukan sebagaimana dimaksud ayat (1) Bupati dapat memberikan Keputusan ;

5. Keputusan sebagaimana dimaksud dapat berupa penolakan atau persetujuan. 6. Keputusan sebagaimana dimaksud diberikan paling lama 30 (tigapuluh) hari kerja dari sebagaimana pasal 3 ayat (3) ; 7. Dalam keputusan yang berupa persetujuan sebagaimana dimaksud diatur antara lain tugas dan kewajiban pihak pengembang/pembangun didalam melaksanakan Menejemen dan Rekayasa Lalu Lintas Jalan BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 5 1) Maksud dari pelaksanaan Studi Analisis Dampak Lalau Lintas (Andalalin) adalah untuk dapat mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh suatu kawasan pengembangan terhadap Lalu Lintas Jalan 2) Meneliti dan mengevaluasi kinerja bangkitan dan tarikan lalu lintas pada kawasan yang sudah beroperasi. 3) Tujuan dilakukan ANDALALIN adalah untuk : a. Mermprediksi dampak lalu lintas yang ditimbulkan suatu pengembangaan kawasan, b. Menentukan bentuk penuingkatan / perbaikan yang diperlukan untuk mengakomodasikan perubahan yang terjadi akibat pengembangan baru, c. Menyelaraskan keputusan-keputusan mengenai tataguna lahan dengan kondisi lalu lintas, jumlah dan lokasi akses, serta alternatif peningkatan/perbaikan, d. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat mempengaruhi putusan pengembangan dalam meneruskan proyek yang diusulkan, e. Sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan menejemen dan rekayasa lalu lintas. BAB III PENILAIAN DAN EVALUASI Pasal 6 Andalalin sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) disampaikan Pengembang atau pembangun kepada Bupati melalui Kepala Dinas Perhubujngan Komunikasi dan Informatika untuk dilakukan penelitian / penilaian oleh tim evaluasi. Pasal 7

1. Penilaian Andalalin sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh Tim Evaluasi ; 2. Tim Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan sekurang-kurangnya beranggotakan : a. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika; b. Unsur Kepolisian Negara Republik Indonesia; c. Badan Perencanaan Kabupaten ; d. Dinas Cipta Karya; e. Dinas Bina Marga Kabupaten ; f. Dinas Bina Marga Propinsi ; Pasal 8 Tim Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) mempunya tugas : 1. Melakukan penilaian terhadap hasil analisis dampak lalu lintas ; 2. Menilai kelayakan rekomendasi yang diusulkan dalam hasil analisis dampak lalu lintas. Pasal 9 1. Penilaian sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (1) sekurang - kurangnya meliputi : a. Kondisi kawasan/lokasi ; b. Konsep pengembang/pembangun kawasan/lokasi; c. Kondisi lalu lintas dan peramalannya ; d. Rencana menejemen dan rekayasa lalu lintas dalam konteks sistem transportasi Kabupaten. 2. Dalam hal hasil penilaian tim evaluasi menyatakan hasil analisis dampak lalu lintas yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 telah memenuhi persyaratan, bupati meminta kepada pengembang atau pembangun untuk membuat dan menandatangani surat pernyataan kesanggupan melaksanakan semua kewajiban yang tercantum dalam dokumen hasil analisis dampak lalu lintas. 3. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 2 ) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen hasil analisis dampak lalu lintas. 4. Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal (2) harus terpenuhi sebelum dan selama pusat kegiatan, permukiman dan infrastruktur dioperasikan. 5. Dalam hal hasil penilaian tim evaluasi menyatakan hasil analisis dampak lalu lintas yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (1) belum memenuhi persyaratan, bupati mengembalikan hasil analisis kepada pengembang atau pembangun untuk disempurnakan. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pemberian persetujuan Adalalin diatur dengan Keputusan Bupati. Pasal 10 1. Setiap pengembang atau pembangun yang melanggar pernyataan kesanggupan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) dikenai

sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 2. Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. Peringatan tertulis ; b. Penghentian sementara pelayanan umum ; c. Penghentian sementara kegiatan ; d. Denda administratif ; e. Pembatalan persetujuan ; dan/atau f. Pencabutan persetujuan. Pasal 11 1. Saksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pasal 10 ayat 2 huruf a dikenai sebanyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu masing-masing 30 (tigapuluh hari kalender). 2. Dalam hal pengembang atau pembangun tidak melaksanakan kewajiban setelah berakhirnya jangka waktu peringatan tertulis ke 3 (tiga), dikenai sanksi administratif berupa penghentiuan sementara pelayanan umum dan/atau penghentian sementara kegiatan selama 30 (tigapuluh) hari kalender. Pasal 12 1. Evaluasi terhadap Andalalin dilakukan secara berkala; 2. Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat 2. 3. Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) dilaporkan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika ; 4. Berdasarkan hasil evaluasi Bupati dapat memberikan ketetentuanketentuan / kewajiban-kewajiban baru yang harus dilaksanakan oleh pengembang atau pembangun ; 5. Bupati dapat melimpahkan kewenagan pemberian kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) kepada Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 1. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan persetujuan Andalalin oleh Bupati ; 2. Bupati dapat melimpahkan kewenangan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;

Pasal 14 Uraian mengenai penilaian dokumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Keputusan Bupati ; Pasal 15 Terknik Menejemen dan rekayasa Lalu Lintas yang disetujui sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat ( 7) berlaku dalam jangka waktu 5 (lima) tahun dan selanjutnya dapat ditinjau kembali ; BAB V TATACARA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS Pasal 16 1. Pengembang atau pembangun melalukan analisis dampak lalu lintas dengan menunjuk lembaga konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat. 2. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh menteri yang bertanggung jawab dibidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. Pasal 17 1. Hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 disusun dalam bentuk dokumen hasil analisis dampak lalu lintas. 2. Dokumen hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat : a. Analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat pembangunan ; b. Simulasi kinerja lalu lintas tanpoa dan dengan adanya pengermbangan ; c. Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak ; d. Tanggung jawab pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam penanganan dampak ; e. Rencana pemantauan dan evaluasi ; dan f. Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan. 3. Tanggungjawab pengembang atau pembangun dalam penanganan dampak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 haruf ( d ) dilakukan dalam lokasi pusat kegiatan, permukiman, atau infrastruktur yang dibangun atau dikembangkan. BAB VI JENIS KEGIATAN PEMBANGUNAN YANG WAJIB MEMBUAT ANDALALIN

Pasal 18 1. Setiap lokasi/kawasan dan/atau rencana pembangunan lahan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu lintas yang signifikan terlebih dahulu wajib dilakukan Andalalin, 2. Studi ANDALALIN merupakan kewajiban pengembang yang akan melalukan pengembang/pembangunan di suatu kawasan tertentu. 3. Studi ANDALALIN harus disusun dan / atau disupervisi oleh tenaga profesional dengan tingkat pelatihan dan pengalaman yang memadai di bidang menejemen dan rekayasa lalu lintas dan perencanaan transportasi dan mendapat persetujuan kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. Pasal 19 Kegiatan Pembangunan kawasan yang dalam proses pembangunannya perlu terlebih dahulu dilakukan studi ANDALALIN adalah sebagai berikiut : a. Pemukiman, b. Apartemen, c. Pusat perkantoran, dan atau perdagangan, d. Pusat perkantoran/pemerintahaan, e. Pusat perbelanjaan, f. Toko swalayan / supermaket, g. Hotel/motel/losmen h. Rumah Sakit, i. Universitas / sekolah, j. Kawasan Industri/pergudangan, k. Tempat pertemuan/hiburan/pusat olah raga, l. Restauran, m. Terminal/pool kendaraan/gedung parkir parkir n. Pelabuhan / bandara, o. Stadion, p. Tempat Ibadah, q. Pencucian kendaraan r. Dan kegiatan lainnya yang menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu lintas. Pasal 20 Kretirea Pembangunan Kawasan yang wajib membuat Andalalin Pasal 21 1. Kewajiban melakukan studi ANDALALIN tergantung pada bangkitan lalu lintas yang ditimbulkan oleh pembangunan kawasan, dimana besarnya bangkitan lalu lintas tesebut ditentukan oleh jenis dan besaran peruntuknan lahan. 2. Ukuruan minimal peruntuknan lahan yang wajib melakukan studi ANDALALIN adalah sebagai berikut : PERUNTUKAN LAHAN UKURAN MINIMAL KAWASAN YANG WAJIB ANDALALIN

Pemukiman 50 unit Apartemen 50 unit Perkantoran 1000 meter persegi luas lantai bangunan Pusat perbelanjaan/swalayan 500 meter persegi luas lantai bangunan Hotel/Motel/penginapan 50 kamar Rumah sakit 50 tempat tidur Klinik 10 ruang pratek dokter Sekolah/Universitas 500 siswa Tempat Kursus Kapasitas 50 siswa/waktu Industri/pergudangan 25600 meter persegi luas lantai bangunan Restauran 100 tempat duduk Tempat pertemuan/hiburan/pusat Kapasitas 100 tamu/100 tempat duduk Olah raga Terminal/pool Wajib kendaraan/gedung parkir Pelabuhan/bandara Wajib SPBU/SPBE 4 slang / Bengkel kendaraan bermotor 2000 meter persegi luas lantai bangunan Pencucian mobil/kendaraan Wajib Stadion Wajib Tempat Ibadah Wajib BAB VI P E N U T U P Pasal 22 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan agar setiap orang dapat mengetahuinya dan menempatkan pengundangan Peraturan Bupati ini dalam Lembaran Daerah Kabupaten Situbondo. Ditetapkan di Situbondo Pada tanggal 23 April 2012 BUPATI SITUBONDO H. DADANG WIGIARTO, SH

PETUNJUK TEKNIS DAN PELAKSANAAN Salinan Peraturan ini disampaikan kep ada Yth. 1. Sdr. Gubenur Jawa Timur ; 2. Sdr. Ketua DPRD Situbondo ; 3. Sdr, Kapolres Situbondo ; 4. Sdr. Inspektor Kabupaten Situbondo ; 5. Sdr. Kepala Bapeda Kabupaten Situbondo ; 6. Sdr. Ka.Badan/ Dinas/ Kantor di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Situbondo ; 7. Sdr. Kabag di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Situbondo; 8. Sdr. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 9. Sdr. Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu ; 10. Sdr. Kepala Dinas Cipta Karya ; 11. Sdr. Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Situbondo; 12. Sdr. Kepala Dinas Bina Marga Propinsi ; 13. Sdr. Camat se-kabupaten Situbondo. R A N C A N G A N PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR : TAHUN 2012 T E N T A N G