II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**)

BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Menurut Nuraeni (2010),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

I. PENDAHULUAN. mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Hasil survey PISA tahun 2012 pada aspek sains, Indonesia mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keterampilan Proses Sains. Makalah disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA. oleh Litasari Aldila Aribowo ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

LEMBAR VALIDASI LEMBAR KEGIATAN SISWA BANGUN RUANG SISI DATAR BERBASIS MASALAH UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII UNTUK AHLI MEDIA

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau

TEKNIK PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. biologi belum secara maksimal diterapkan, terutama dalam pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

PERAN BAHAN AJAR MULTIMEDIA INTERAKIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA KELAS X SMA

Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

Pembelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam. Empat Unsur Utama IPA

TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan proses keberhasilan siswa. efektif untuk proses pembelajaran berlangsung. Bahan ajar mutlak

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2011). Hakekat IPA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

I. PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan (produk) dan cara mencari tahu (proses). Biologi sebagai

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Proses pembelajaran membutuhkan bahan ajar sebagai salah satu komponen penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar seharusnya mendapat perhatian guru sebagai fasilitator disetiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu setiap pendidik perlu mengetahui bagaimana menetapkan bahan ajar agar dapat megefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar-mengajar (Suryani dan Agung, 2012: 34). Selama proses pembelajaran kehadiran suatu bahan ajar memiliki arti yang sangat penting, salah satunya yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). Hosnan (2014: 116) menyatakn bahwa LKS merupakan bagian dari media cetak yang menjadi bahan ajar sehingga dapat digunakan oleh pengajar di dalam proses mengajar. LKS dapat berupa pemahaman siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS juga dapat berupa pemahaman untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi (Trianto, 2007: 73). Suyanto, Paidi, dan Wilujeng (2011: 2) mengungkapkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait

10 dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut LKS sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran siswa yang tidak hanya dengan mendengarkan penjelasan guru tetapi juga dapat menuntun siswa dalam melakukan kegiatan seperti melakukan pengamatan, percobaan, mengidentifikasi, membuat tabel, serta mencatat hasil penelitiannya pada LKS. Penelitian tentang pengembangan LKS dilakukan oleh Setiawan, Wisanti, dan Ulfi (2014: 388) menunjukkan bahwa dengan adanya LKS disertai spesimen awetan seluruh peserta didik dapat melatih keterampilan proses sains dan menemukan sendiri fakta dan konsep yang dipelajarinya melalui serangkaian kegiatan penyelidikan ilmiah dengan adanya benda nyata sebagai objek yang diamatinya. Widjajanti (2008: 1) mengungkapkan: Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang Darmodjo dan Kaligis (dalam Widjajanti, 2008: 3-5) menyatakan bahwa keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: 1. Syarat- syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan

11 yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran b. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa e. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi. 2. Syarat konstruksi, berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS yang pada hakikatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat konstruksi meliputi: a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu: a) Menghindari kalimat kompleks. b) Menghindari kata-kata tak jelas misalnya mungkin, kira-kira. c) Menghindari kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda. d) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif.

12 c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks sebaiknya dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu. d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas. e. Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa. f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Anak harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan. h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat formal atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak. i. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat. j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi.

13 k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya. 3. Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS. Adapun rinciannya yaitu: a. Tulisan a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi. b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. c) Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris. d) Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa. e) Perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi. b. Gambar Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. c. Penampilan Penampilan sangat penting dalam LKS. Siswa biasanya terlebih dahulu akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya.

14 Penggunaan LKS sebagai bahan ajar yang dicetak diharapkan dapat memberikan manfaat dalam proses pembelajaran, seperti yang ditulis oleh Arsyad (2011: 25-27), antara lain: 1. Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untu belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 3. Penggunaan LKS sebagai media cetak dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. 4. Peserta didik dapat memperoleh kesamaan pengalaman dengan peserta didik lain tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan dan memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan. B. Keterampilan Proses Sains (KPS) Proses pembelajaran IPA maupun biologi seharusnya mengarah pada pendekatan ilmiah seperti yang dilakukan para ilmuwan sehingga siswa dapat memperoleh kemampuan dalam mengambil keputusan secara ilmiah. Dalam hal ini guru berperan sebagai mediator jalannya proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam menemukan suatu konsep dasar pengetahuan, proses ilmiah yang terjadi dalam pembelajaran, serta dapat membangun sikap ilmiah siswa.

15 Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan kepada keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya itu (Hosnan, 2014: 370). Hal ini berarti bahwa dalam setiap pembelajaran IPA seharusnya siswa dapa memperoleh keterampilannya sendiri yang disebut keterampilan proses sains. Pernyataan tersebut dibuktikan oleh Deden (2013: 10) dalam penelitiannya tentang peningkatan keterampilan proses sains menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA menyatakan bahwa dengan adanya eksperimen dalam proses pembelajaran IPA memberikan dampak yang sangat positif dalam peningkatan keterampilan proses sains siswa. Rustaman, dkk (2005: 78) menyatakan bahwa Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dan memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Semiawan dkk (dalam Nasution, 2007: 9-10) Keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuankemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains merupakan suatu kemampuan dasar siswa yang juga dimiliki oleh ilmuwan dalam proses pembelajaran maupun kegiatan ilmiah untuk memperoleh dan mengembangkan informasi sebagai ilmu pengetahuannya yang baru.

16 Keterampilan proses berarti pula sebagai perlakuan yang diterapkan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan daya pikir dan kreasi secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan. Tujuan keterampilan proses adalah mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar sehingga siswa secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuan-kemampuannya. Siswa belajar tidak hanya untuk mencapai hasil, melainkan juga belajar bagaimana belajar (Hosnan, 2014: 370). Keterampilan proses sains sangat penting dan memiliki alasan yang ditulis oleh Wenno (2008: 66-67) yakni : 1) sains tidak terpisah dengan metode penyelidikan, dalam memahami sains tidak hanya memahami materi saja, melainkan dapat mengataui bagaimana cara mangumpulkan fakta dan mengolahnya untuk membuat suatu kesimpulan, 2) keterampilan proses sains diperlukan sepanjang hidup dan digunakan tidak hanya untuk mempelajari ilmu melainkan juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses sains dapat dibedakan menjadi dua tingkatan sebagaimana yang dikemukakan oleh Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2012: 140) menyebutkan keterampilan proses dapat dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu: 1. Keterampilan dasar (Basic Skills) yang terdiri atas enam keterampilan yaitu mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksikan, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan; 2. Keterampilan terintegrasi terdiri atas sepuluh keterampilan yaitu mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis,

17 mengidentifikasikan variabel secara oprasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen. Hosnan (2014: 370) menyatakan kemampuan-kemampuan yang diharapkan terbentuk melalui keterampilan proses adalah kemampuan : 1. Mengamati, 2. Mengklasifikasikan, 3. Menafsirkan, 4. Meramalkan, 5. Menerapkan, 6. Merencanakan Penelitian, dan 7. Mengkomunikasikan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (2012: 140-145) keterampilan-keterampilan proses dasar terdiri atas enam keterampilan yakni: 1) Mengamati Melalui pengamatan siswa dapat belajar tentang duinia sekitar,dengan mengamati objek-objek dan fenomena alam menggunakan pancaindra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa/pengecap. Semua informasi yang diperoleh dapat menuntut keingintahuan siswa tentang lingkungan sekitar. Kegiatan mengamati memiliki dua sifat utama yaitu sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindra untuk memperoleh informasi, contohnya yaitu menentukan warna (penglihatan), mengenali suara (pendengaran), membandingkan rasa (pengecap), menentukan objek yang kasar dan halus (perabaan), dan membedakan bau objek (penciuman). Sedangkan mengamati bersifat kuantitatif dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindra yaitu menggunakan peralatan lain yang dapat memberikan informasi khusus dan tepat, contohnya seperti kegiatan meghitung panjang objek yang

18 sangat panjang sehingga membutuhkan alat bantu meteran, menentukan suhu air yang mendidih dengan menggunakan bantuan alat ukur termometer, dan lain sebagainya. 2) Mengklasifikasikan Berbagai macam objek, peristiwa, dan segala yang ada dikehidupan sekitar akan lebih mudah dipahami apabila dilakukan dengan menentukan berbagai jenis golongannya dengan cara mengamati persamaan, perbedaan, dan hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Contoh kegiatan mengklasifikasi yaitu mengklasifikasikan/mengelompokan makhluk hidup selain manusia menjadi dua kelompok : binatang dan tumbuhan. Contoh lain yaitu mengelompokkan binatang yang beranak, bertelur, dan beranak dan bertelur, dan lain sebagainya. 3) Mengkomunikasikan Kemampuan berkomunikasi seseorang merupkan dasar untuk segala yang dikerjakan. Komunikasi efektif yang jelas, tepat dan tidak samar-samar menggunakan keterampilan yang perlu dalam komunikasi,seharusnya dilatih dan dikembangkan pada siswa. Hal ini dikarenakan semua orang memiliki kebutuhan untuk mengemukakan ide dan perasaan dapa diri seseorang. Contoh keterampilan komunikasi adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, membaca grafik, tabel, dan kegiatan lainnya yang sejenis.

19 4) Mengukur Kegiatan mengukur di dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan, untuk mengetahui jumlah objek, jarak, dan sebagainya. Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh kegiatan mengukur antara lain yaitu : mengukur panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperatur kamar, dan kegiatan lain yang sejenis. 5) Memprediksi Prediksi merupakan ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin dapat diamati. Memprediksi juga dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi di waktu mendatang dengan berdasarkan perkiraan pada pola tertentu atau hubungan antara fakta, konsep dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. 6) Menyimpulkan Menyimpulkan merupakan suatu keterampilan memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui. Contoh kegiatannya yaitu: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa api lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapatrapat, sehingga siswa dapat menyimpulkan bahwa lilin dapat menyala apabila ada oksigen.

20 C. LKS Berbasis Keterampilan Proses Sains Secara umum LKS bermanfaat untuk guru dan peserta didik, baik sebagai pedoman dalam pembelajaran dan sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan di sekolah dalam proses belajar mengajar. LKS berbasis KPS mengajarkan peserta didik untuk menemukan hal-hal baru secara langsung melalui suatu eksperimen dan penguasaan konsep. Pada penilitian ini LKS dikembangkan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses, langkah-langkah keterampilan proses di integrasikan ke dalam seluruh bagian LKS, mulai dari uraian materi untuk memunculkan motivasi siswa, langkah kerja yang disusun sistematis sampai dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa dalam menemukan konsep pembelajaran. LKS yang berbasis KPS mempunyai kelebihan seperti yang diungkapkan Salirawati (2011: 2), yaitu LKS yang berbasis KPS dapat memudahkan guru dalam mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsepkonsep melalui aktivitas sendiri, dapat mengembangkan sikap ilmiah serta mengembangknan minat siswa terhadap alam sekitarnya, mengubah kondisi belajar dari suasana guru sentris menjadi siswa sentris. Langkah-langkah pengembangan LKS menurut Suryobroto (dalam Salirawati, 2011: 4) sebagai berikut: 1. Menetapkan standar kompetensi, judul, dan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) yang ingin dicapai. 2. Menganalisis dan menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator

21 dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Merumuskan kompetensi dasar yang ingin dicapai. b) Memilih dan menjabarkan materi pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar yang ingin dicapai. c) Membuat indikator pencapaian kompetensi dasar. d) Menetapkan prosedur, jenis, dan alat penilaian berbasis kelas sesuai dengan misi Kurikulum. Menetapkan alternatif kegiatan (pengalaman belajar) yang dapat memberikan peluang yang optimal kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan keterampilan proses sains di dalam dirinya. e) Menetapkan dan mengembangkan bahan / media / sumber yang sesuai dengan kemampuan dasar yang akan dicapai, karakteristik siswa, fasilitas (sarana dan prasarana), dan karakteristik lingkungan siswa. f) Menyusun LKS yang lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil yang telah dilakukan menjadi sebuah LKS. Sedangkan Prastowo (2014: 216-224) mengungkapkan langkah-langkah pengembangan LKS, antara lain: a) Menentukan tujuan pembelajaran. b) Pengumpulan Materi; dalam tahapan ini kita menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan ke dalam LKS. c) Penyusunan Elemen atau unsur-unsur d) Pemeriksaan dan Penyempurnaan; pada tahapan ini dilakukan validasi yang meliputi 3 variabel.

22 Untuk mengetahui suatu LKS itu dikatakan layak atau tidak, maka perlu dilakukan penilaian. Menurut Joni (dalam Salirawati, 2011: 4-5 ) penilaian LKS dapat diadaptasi dari cara penilaian Paket Belajar, yaitu: 1. Penilaian pra input, yaitu penilaian yang dilakukan segera setelah LKS selesai disusun dengan tujuan untuk pemantapan / penyempurnaan sebelum LKS disebarluaskan. Penilaian ini dilakukan oleh tim pengembang dengan cara menganalisis LKS berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan bantuan instrumen penilaian yang merupakan terjemahan dari kriteria tersebut. 2. Penilaian input, yaitu penilaian yang bertujuan mengetahui peran LKS dalam keseluruhan program uji coba. Penilaian ini dilakukan sebelum LKS diterapkan di dalam kelas. Penilaian dilakukan oleh personel yang terlibat dalam uji coba, seperti: tim pengembang, dosen, dan administrator. Cara penilaian sama dengan penilaian pra input. 3. Penilaian proses, yaitu penilaian yang bertujuan mengetahui seberapa jauh LKS tersebut sesuai dengan kondisi kelas yang sebenarnya, yang akhirnya akan dipakai untuk penyempurnaan atau merevisi LKS. Penilaian ini dilakukan ketika LKS sedang diterapkan. Caranya dapat dengan mengadakan observasi kelas dan wawancara dengan pihakpihak yang terlibatpenilaian kualitas LKS dapat dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidang penyusunan LKS atau ahli media (karena

23 LKS adalah media), guru bidang ilmu yang sesuai dengan materi dalam LKS, maupun siswa sebagai pengguna LKS. Prastowo (2014: 319) mengungkapkan bahwa terdapat manfaat dan kegunaan yang diperoleh dari pengembangan bahan ajar LKS bagi siswa maupun guru, diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi guru 1) Diperoleh bahan ajar LKS ynag sesuai tuntutan kurikulum dan kebutuhan siswa 2) Tidak lagi bergantung pada buku teks 3) Mengembangkan komunikasi pembelajaran yang efetif antara guru dan siswa karena siswa merasa lebih dipercaya kepada gurunya 4) Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar. 2. Bagi siswa 1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik 2) Siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan guru 3) Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai LKS hasil pengembangan ini diharapkan dapat membantu siswa melakukan kerja ilmiah untuk menemukan konsep pembelajaran yang ingin dicari, sehingga siswa menjadi terbiasa untuk melakukan kegiatankegiatan ilmiah dan kemampuan kerja ilmiahnya dapat meningkat.