46 KELOMPOK PEREMPUAN PENAMBANG PASIR DI DESA SUNJU KEC. MARAWOLA KAB. SIGI BIROMARU Rosmala Nur 1, M. Rusydi 2, Abd.Gani Hadi 3 1 Fakultas KIK Universitas Tadulako 2 Fakultas MIPA Universitas Tadulako 3 Fakultas Teknik Universits Tadulako Email : malanur_id@yahoo.com ABSTRAK Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para penambang pasir dalam pembuatan batako sekam untuk meningkatkan penghasilan mereka. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kepada mitra. Dari hasil pelatihan dan pendampingan menunjukkan bahwa kelompok sasaran memiliki IPTEKS/skills membuat batako sekam dengan produk berupa batako sekam. Produk Batako sekam ternyata memiliki kelebihan diantaranya adalah memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatan penghasilan kelompok penambang, rata-rata dijual Rp.2.000 dibanding batako biasa hanya Rp.1.600. Memiliki kandungan silika yang tinggi yang dapat menambah kekuatan batako sehingga tahan gempa. Batako sekam juga dapat meredam panas. Selain itu batako sekam memiliki bobot yang lebih ringan (5 kg dibanding batako biasa 6 kg.), serta biaya produksi yang lebih murah (Rp.1.400, dibanding batako biasa Rp.1450. Dengan beberapa keunggulan dari batako sekam ini merupakan sumber penghasilan baru para perempuan penambang di wilayah ini. Kata kunci: Ipteks, Produk Batako, Sekam padi. I. PENDAHULUAN Memasuki wilayah Desa Sunju akan dijumpai salah satu aktivitas perekonomian penduduk yakni menambang pasir. Sungai Sigibiromaru yang terbentang di wilayah harus menyelam 240 kali ke dalam sungai. Kemudian untuk upah sebagai kuli memindahkan pasir ke dalam truk hanya diupah sekitar Rp.5.000-Rp. 7000. Mereka mengerjakannya jam 5.00 pagi sampai jam 11.00 siang, kemudian diteruskan sore hari. Jika dirata-rata perbulan, mereka hanya mendapatkan penghasilan antara Rp.350.000 - Rp.400.000. Lebih memprihatinkan lagi, apabila mereka menjualnya lewat tengkulak hanya mendapatkan antara Rp.175.000 - Rp.200.000 perbulan. Sementara harga pasir di Kabupaten Sigibiromaru antara ini dimanfaatkan oleh penduduk sebagai tempat menambang pasir. Selain menambang mereka juga menjadi kuli menaikkan pasir dalam truk yang akan mengangkut pasir hasil tambangannya. Sayangnya dari data yang diperoleh terungkap bahwa hasil tambangan setiap warga dengan kapasitas satu truk dihargai hanya Rp. 50.000. Padahal untuk mendapatkan satu truk pasir dengan Rp.235.000 - Rp.250.000 per truk. kapasitas 1 kubik, para penambang tersebut Kenyataan ini sangat merugikan warga
2 penambang dalam aspek ekonomi karena usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan hasil pendapatan yang mereka peroleh (Rosmala, dkk. 2011). Dari data tersebut di atas diidentifikasi bahwa penghasilan mereka sangat minim, belum terhitung bila iklim tidak mendukung misalnya terjadi banjir dan meningkatnya debit air, sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat melakukan penambangan pasir dalam waktu tertentu. Dengan kondisi demikian diperlukan suatu program kegiatan untuk menambah keahlian atau ketrampilan mereka untuk meningkatkan pendapatan. Pendampingan pembuatan industri rumah tangga berbahan baku utama pasir dari hasil tambangannya merupakan cara yang tepat dalam meningkatkan usaha dan pendapatan mereka. Kegiatan yang dianggap sangat membantu kelompok penambang pasir tesebut adalah memanfaatkan pasir mereka sebagai bahan utama pembuatan produksi rumah tangga yakni batako sekam. Jenis produksi ini sederhana, tidak rumit, ringan dan mudah dipahami teknik pembuatannnya oleh kaum penambang pasir. Potensi pengembangan industri rumah tangga berbahan baku utama pasir dan sekam padi di Wilayah Desa Sunju sangat memungkinkan dengan beberapa alasan : 1. Tidak memerlukan modal yang besar, karena pasir mereka tambang sendiri di sungai. 2. Sekam dapat mereka ambil dari limbah pabrik padi di Desa Tetangga sebagai bahan utama batako sekam. 3. Produksi rumah tangga batako dan paping blok dengan biaya agak lebih murah dari batako biasanya, sehingga dalam hal pemasaran kemungkinan tidak ada kendala. 4. Pasir diolah menjadi batako dan paving blok akan menghasilkan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dalam satu truk pasir yang tadinya hanya dihargai Rp.20.000, Jika dibuat paping menghasilkan 500 biji seharga @ Rp.1.000 =Rp.500.000 dan apabila dibuat Batako menghasilkan 250 biji seharga @ Rp.1.600 =Rp. 625.000. Dengan demikian bila program ini dapat terlaksana dapat diproyeksikan akan meningkatkan penghasilan kelompok penambang pasir sehingga mereka dapat bertahan hidup, memiliki kekuatan ekonomi yang tangguh dan mandiri. 1. Memberdayakan kaum penambang berdasarkan potensi yang dimilikinya akan memberi peluang lebih besar mengubah kehidupannya secara ekonomi ketimbang memberikan keterampilan lain yang tidak berdasarkan potensi personal maupun potensi wilayah yang mendukungnya. Widyantoro (2012), telah melakukan penelitian tentang tinjauan Mutu dan Biaya Produksi Batako Ringan dengan Komposisi PC, Pasir, Kapur, dan Abu Sekam. Dari hasil pengujian kuat tekan batako ringan dengan tambah campuran 1 kapur dan 1 abu sekam dengan prosentase (A) 10% memenuhi SNI 03 0349 1989 menunjukkan kuat tekan kelas III mempunyai berat yang paling ringan yaitu 7,85 kg. Dari segi biaya produksi lebih murah yaitu batako ringan dengan tambah campuran 1 kapur dan 1 abu sekam Rp 250.750,00 dan untuk batako konvensional tanpa campuran Rp 253.750,00 dengan selisih Rp 3.000,00. Penggunaan bata merah dan batako sebagai bahan bangunan pembuat dinding sudah populer dan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia sampai dengan saat ini, namun dari bahan-bahan bangunan ini mempunyai kelemahan tersendiri yaitu berat per meter kubiknya yang cukup besar
3 sehingga berpengaruh terhadap besarnya beban mati pada struktur bangunan. Menurut Wijanarko ( 2008) dalam Tjokrodimuljo, (1996) ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengurangi berat jenis beton atau membuat beton lebih ringan antara lain sebagai berikut: 1. Dengan membuat gelembunggelembung gas/udara dalam adukan semen sehingga terjadi banyak poripori udara di dalam betonnya. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menambah bubuk aluminium kedalam campuran adukan beton. 2. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat, batu apung atau agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih ringan dari pada beton biasa. 3. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir-butir agregat halus atau pasir yang disebut beton non pasir. Batako tergolong suatu komposit dengan matriks adalah perekat (semen) dan pengisinya (filler) adalah agregat (batu kecil atau pasir). Proses penguatan atau pengerasan pada batako sangat tergantung pada perbandingan (ratio berat) air : sekam padi, normalnya bervariasi dari 0,8-1,2. Batako dikualifikasikan menjadi dua golongan yaitu batako normal dan batako ringan. Sedangkan untuk batako ringan adalah batako yang memiliki densitas <1,8 gr/cm (Maydayani, 2009), begitu juga kekuatan mekaniknya biasanya disesuaikan pada penggunaan dan pencampuran bahan bakunya (mix design). Jenis batako ringan terbagi menjadi dua bagian yaitu: batako ringan berpori (aerated concrete) dan batako ringan non aerated. Batako ringan ini dibuat dari campuran air, semen, pasir dan sekam padi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai bahan bangunan dengan memanfaatkan beton sekam padi sebagai panel dinding (batako) memberikan hasil bahwa semakin besarnya penambahan proporsi sekam padi pada campuran menjadikan bahan bangunan lebih ringan, akan tetapi kekuatan yang didapat lebih rendah. Oleh karena itu, pada penelitian ini mencoba untuk melakukan peningkatan kekuatan dengan campuran semen pasir secara bervariasi. (Sumaryanto dkk. 2009). II. METODE Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pembuatan batako sekam dilakukan di lokasi mitra (Surya Mandiri) Jl Dewi Sartika kurang lebih 50 m dari jembatan II (Sungai Sigibiromaru) DesaSunju Kec. Marawola Kabupaten Sigibiromaru. Di Sepanjang sungai ini warga menambang pasir pada sungai tersebut. Kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dilakukan selama 5 bulan. Bahan dan Peralatan a. Bahan a. Semen b. Pasir c. Abu sekam padi d. Kapur e. Air Bersih b. Peralatan a. Skop b. Ayakan c. Cetakan Batako d. Sendok semen e. gerobak f. Ember g. baskom Besar h. Baskom kecil i. Timbangan j. Martil kayu h. oli bekas
4 Metode Pelaksanaan Kegiatan Dalam melaksanakan kegiatan dilakukan tahapan-tahapan kerja sebagai berikut: a. Tahap Pengenalan Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mengumpulkan kelompok masyarakat binaan (para penambang pasir) sebagai suatu kelompok kerja sebanyak 14 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok dikoordinir 1 orang sebagai ketua kelompok. Pada tahapan ini juga telah diperlihatkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat batako dari sekam padi. b. Tahapan Penyuluhan dan Pelatihan Pada tahapan ini dijelaskan tentang tata cara membuat batako sesuai dengan leaflet yang berisi tata cara pembuatannya, agar para penambang dengan mudah memahami sekaligus mempraktekkannya. c. Tahapan Praktek Bersama Pembuatan paving dan batako 1) Tahap Persiapan. Pada tahapan ini masyarakat binaan sudah mulai membuat batako dan paping blok. Mula-mula tim menyediakan bahan berupa pasir dan sekam padi dari wilayah mereka sebanyak 6 gerobak pasir, 1 zak semen, sekam padi dan kapur masing 10% dari bahan tersebut kemudian air bersih seperlunya. Bahan sekam padi dan kapur ditimbang terlebih dahulu agar sesuai dengan campuran batako sekam yang berkualitas. 2) Pengolahan secara manual dengan cara bahan tersebut dicampur menjadi satu, diaduk rata hingga campuran tersebut dianggap siap untuk dimasukkan dalam cetakan. Alat yang disediakan adalah ember, skop dan cetakan batako. Cetakan diolesi dengan oli bekas terlebih dahulu agar hasil cetakan rata dan campuran semen tidak melengket pada cetakan. Setelah itu campuran dimasukkan dalam cetakan masing-masing, kemudian dipadatkan sampai permukaan cetakan rata dengan campuran tadi. 3) Selanjutnya cetakan dibuka pada tempat pengeringan batako. Kurang lebih 2-3 hari hasil cetakan batako dijemur matahari maka produksi batako telah siap dipasarkan. Praktek ini dilakukan di wilayah penambang pasir di Desa Sunju. Gambar 1. Suasana Para Peserta Pelatihan Melakukan Pembuatan Batako Sekam d. Tahap Akhir (Pemasaran) Tahapan ini merupakan tahap akhir dimana hasil produksi mereka siap diperkenalkan di pasaran lokal maupun rumah tangga. Pada tahap ini tim mengajarkan teknik pemasaran produk baik pada pasar tradisional maupun pada rumah tangga melalui leaflet atau brosur. Pemasaran produk ini tidak mendapatkan hambatan karena batako sekam ini agak lebih murah harganya dan berkualitas ketimbang batako konvensional. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini didahului dengan survey pendahuluan. Hasil survey pendahuluan dan wawancara dengan aparat Desa Sunju serta
5 informasi dari buku potensi Desa terlihat bahwa penduduk Desa Sunju sebagian sebagai penambang pasir dan sebagian lagi sebagai pembuat Batako. Pembuatan batako mereka dilakukan secara konvensional. Hasil wawancara dengan beberapa warga pembuat batako diperoleh data bahwa mereka belum mengenal teknik pembuatan batako dari abu sekam. Bahan batako yang digunakan masih berasal dari metode secara konvensional dimana potensi produksinya bersaing di pasaran. Pembuatan batako sekam padi merupakan cara solusi yang ditawarkan untuk menggantikan metode konvensional yang selama ini mereka lakukan. Kegiatan yang dianggap sangat membantu kelompok penambang pasir tesebut adalah memanfaatkan pasir mereka sebagai bahan utama pembuatan produksi rumah tangga yakni batako sekam. Jenis produksi ini sederhana, tidak rumit, ringan dan mudah dipahami teknik pembuatannnya oleh kaum penambang pasir. Gambar 2. Hasil Kegiatan Pelatihan Berupa Produk Batako Sekam Yang siap dipasarkan Hasilnya menunjukkan bahwa batako sekam memiliki bobot yang lebih ringan (5 kg dibanding batako biasa 6 kg.). Selain itu setelah dipasarkan produk batako sekam ternyata memiliki kelebihan diantaranya adalah memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatan penghasilan kelompok penambang,rata-rata dijual Rp.2.000 dibanding batako biasa hanya Rp.1.600. Memiliki kandungan silika yang tinggi yang dapat menambah kekuatan batako sehingga tahan gempa. Batako sekam juga dapat meredam panas. Selain itu serta biaya produksi yang lebih murah (Rp.1.400, dibanding batako biasa Rp.1450. Dengan beberapa keunggulan dari batako sekam ini merupakan sumber penghasilan baru para penambang di wilayah ini. Hal-hal yang menjadi faktor pendorong dalam kegiatan ini adalah : 1. Tidak memerlukan modal yang besar, karena pasir mereka tambang sendiri di sungai. 2. Sekam dapat mereka ambil dari limbah pabrik padi di Desa Tetangga sebagai bahan utama batako sekam. 3. Produksi rumah tangga batako dan paping blok dengan biaya agak lebih murah dari batako biasanya, sehingga dalam hal pemasaran kemungkinan tidak ada kendala. 4. Batako sekam merupakan hal baru bagi mereka Setelah dilakukan pelatihan bagi 5. Keingintahuan yang cukup besar dari kelompok penambang pasir hasilnya para peserta kelompok penambang menunjukkan bahwa mereka telah memiliki terhadap materi penyuluhan yang pengetahuan dan skills teknik pembauatan diberikan. batako sekam. Hal ini dapat dibuktikan dari 6. Produk batako sekam memiliki nilai kemampuan mempraktekkannya dan dapat ekonomis tinggi ketimbang batako memproduksi batako sekam. Praktek dan konvensional. hasil produksi batako sekam kelompok penambang pasir dapat dilihat pada gambar Sementara itu yang menjadi faktor 2. penghambat dalam kegiatan ini adalah: Selanjutnya jika produk batako telah 1. Rendahnya pendidian penambang kering kemudian ditimbang beratnya dan sehingga sangat sulit di arahkan dibandingkan dengan batako konvensional. untuk beralih atau meningkatkan
6 usahanya dari penambang ke produksi batako. 2. Kurangnya input penambang berupa modal sehingga sebagian enggan bergelut dalam usaha ini. 3. Masih rendahnya kesadaran warga penambang tentang pentingnya mengembangkan usaha. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kelompok sasaran memiliki pengetahuan dan IPTEKS/skills membuat batako sekam dengan produk berupa batako sekam. 2. Produk Batako sekam ternyata memiliki kelebihan diantaranya adalah memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatan penghasilan kelompok penambang,rata-rata dijual Rp.2.000 dibanding batako biasa hanya Rp.1.600. Memiliki kandungan silika yang tinggi yang dapat menambah kekuatan batako sehingga tahan gempa. Batako sekam juga dapat meredam panas. Selain itu batako sekam memiliki bobot yang lebih ringan (5 kg dibanding batako biasa 6 kg.), serta biaya produksi yang lebih murah (Rp.1.400, dibanding batako biasa Rp.1450. Dengan beberapa keunggulan dari batako sekam ini merupakan sumber penghasilan baru para penambang di wilayah ini. Dari hasil kegiatan ini disarankan: 1. Perlu kiranya dilakukan penyuluhan yang lebih intensif untuk lebih banyak memberikan informasi terbaru mengenai pembuatan dan teknik pemasaran batako sekam. 2. Perlu adanya tindak lanjut dari warga penambang untuk memadukan jenis usahanya disamping sebagai penambang pasir juga memproduk batako karena modalnya kecil dan dapat menghasilkan nilai jual yang tinggi. REFERENSI LPPM Universitas Tadulako. 2014. Profil Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat. Universitas Tadulako. Palu. Nur, R. 2011. Model Pembinaan Perempuan Penambang. Yulianti, I. 2005. Perilaku Mekanik Beton Ringan Sekam Padi Dengan kandungan semen Portland. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Biro Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Sigibiromaru Dalam Angka. Kabupaten Sigibiromaru Biro Pusat Statistik Kabupaten Sigibiromaru. 2013. Kecamatan Marawola Dalam Angka.