PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

JURNAL PENGARUH VARIASI KAMPUH V TERBUKA DAN FLUIDA PENDINGIN PADA LAS MIG TERHADAP KEKUATAN TARIK MENGGUNAKAN BAJA ST 41

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 91-98, 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

PENGARUH HEAT TREATMENT

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

Dimas Hardjo Subowo NRP

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

JURNAL. Oleh : BAGUS DWI CAHYONO NPM: Dibimbing oleh: 1. Fatkur Rhohman, M.Pd 2. M. Muslimin Ilham, M.T

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN VARIASI DIAMETER ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA STAINLESS STEEL AISI 304

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

Bab II STUDI PUSTAKA

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada prosesnya dilakukan pada bulan Juli Tahun 2011 sampai. 2. BLK Disnaker Kota Bandar Lampung.

PENGARUH KADAR GARAM DAPUR ( NaCl ) SEBAGAI MEDIA PENDINGIN LAS MIG TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN PLAT BAJA ST. 41

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

Transkripsi:

PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37 Syarif Faidillah¹, Kosjoko², Andik Irawan³ ¹Mahasiswa, ²Dosen Pembimbing I, ³Dosen Pembimbing II Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendinginan cairan radiator coolant (RC) AHM dan oli SAE 10W- 40 sebagai pembanding terhadap kekuatan tarik hasil pengelasan SMAW. Material yang digunakan adalah plat baja ST 37 merupakan baja karbon rendah dengan kadar karbon ± 0,12%. Penggunaan baja karbon rendah ST 37 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai bahan pembuatan mur, baut, perkakas dan yang lainnya. Penggunaan baja karbon rendah, diperlukan peningkatan sifat mekaniknya terutama dari segi sifat mekanik (tegangan tarik dan kekerasan) tetapi harganya masih relatif murah dibandingkan dengan jenis baja karbon lainnya. Material dibentuk sesuai standar spesimen uji tarik JIS Z 2201 1981 panjang 200 mm dan tebal 10 mm. Material ini menggunakan sudut kampuh V ganda yaitu dengan sudut 60. Material dilas menggunakan elektroda las listrik E4313 berdiameter 3,2 mm. Arus yang digunakan dalam proses pengelasan yaitu AC 125 Amper. Proses pendinginan dilakukan dengan tahap, yaitu : pendingin radiator coolant (RC) dan oli SAE 10W-40 dicelup masing-masing selama 5 detik, dan pendinginan radiator coolant (RC) dan oli SAE 10W-40 dicelup masing-masing sampai dingin. Setiap perlakuan pendinginan dibuat tiga spesimen uji jadi ada 12 spesimen uji. Dari data hasil pengujian bahwa pendinginan Oli SAE 10W-40 dicelup sampai dingin memiliki nilai rata-rata tegangan, regangan yang tinggi, yaitu rata-rata memiliki tegangan 144,27 kgf/mm² dan regangannya 5,19 % kemudian disusul oleh radiator coolant (RC) dicelup sampai dingin memiliki tegangan 142,03 kgf/mm² dan regangan paling terendah diantara perlakuan pendinginan yang lain yaitu 3,65 %. Sedangkan pada perlakuan pendinginan Oli dicelup selama 5 detik memiliki nilai rata-rata tegangan 138,63 kgf/mm² dan regangan 5,13 % kemudian disusul oleh radiator coolant (RC) dicelup selama 5 detik memiliki tegangan 134,17 kgf/mm² dan regangan 4,03 %. Pada hasil pengelasan dengan perlakuan pendinginan RC dicelup sampai dingin memiliki nilai rata-rata modulus elastisitas tertinggi yaitu 38,93 kgf/mm² dibandingkan dengan pendinginan RC 5 detik 33,33 kgf/mm², Oli 5 detik 26,99 kgf/mm² dan Oli dicelup sampai dingin 27,83 kgf/mm². Kata kunci: SMAW, St 37, Media pendingin, Kekuatan tarik 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pengelasan merupakan bagian yang tidak dapat lepas dari pertumbuhan dan peningkatan industri karena peranannya sangat penting didalam reparasi, kontruksi dan produksi logam. Mulai dari peralatan rumah tangga, dunia otomotif dan konstruksi kesemuanya tidak dapat lepas dari unsur pengelasan. Teknik pengelasan telah banyak diaplikasikan pada penyambungan logam dengan maksud untuk mendapatkan hasil sambungan yang lebih ringan dan lebih sederhana. Kualitas dari hasil pengelasan sangat dipengaruhi oleh persiapan 1

pelaksanaan dan pengerjaan serta perlakuan pendinginan terhadap logam yang di las. Sehingga untuk mendapatkan hasil sambungan pengelasan yang baik dan berkualitas maka perlu memperhatikan sifat-sifat bahan yang akan di las maupun penelitian tentang perlakuan pendinginan pada logam yang di las sangat mendukung untuk mendapatkan hasil sambungan las yang berkualitas. Media pendingin yang lazim digunakan untuk mendinginkan spesimen pada proses pengelasan antara lain oli, air, air laut, larutan garam dll. Penggunaan baja karbon rendah sangat banyak digunakan meskipun terbatas pada cara ini yang tidak membutuhkan tegangan tarik dan kekerasan relatif tinggi, hal tersebut dikarenakan harganya relatif murah dan mudah pembentukkannya terutama untuk membuat alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, konstruksi, dan alat-alat rumah tangga. Baja karbon rendah biasanya digunakan dalam bentuk pelat, profil, sekrap, ulir dan baut. Dalam aplikasi pemakaiannya, semua baja akan terkena pengaruh gaya luar berupa tegangan-tegangan gesek, tarik maupun tekan sehingga menimbulkan deformasi atau perubahan bentuk. Usaha menjaga baja agar lebih tahan gesekan, tarikan atau tekanan adalah dengan cara mengeraskan baja tersebut, yaitu salah satunya dengan perlakuan pendinginan. Pada kondisi operasinya, komponen permesinan mempunyai kelemahan yaitu nilai kekerasan yang rendah sehingga mengakibatkan kegagalan dalam proses operasinya. Jenis kegagalan yang sering terjadi adalah keausan, deformasi, sobek dan pecah. Untuk memperluas penggunaan baja karbon rendah, diperlukan peningkatan sifat mekaniknya terutama dari segi sifat mekanik (tegangan tarik dan kekerasan) tetapi harganya masih relatif murah dibandingkan dengan jenis baja karbon lainnya. Salah satu alternatif untuk perbaikan sifat mekanik baja karbon rendah adalah dengan metode perlakuan pendinginan agar peningkatan tegangan tarik dan kekerasan dapat dicapai. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk medapatkan metode terbaik dalam peningkatan tegangan tarik dan kekerasan baja karbon rendah ST 37 dengan harapan penggunaan baja karbon rendah menjadi lebih luas dengan pertimbangan harga masih relatif murah dibandingkan dengan jenis baja karbon lain. Dalam penelitian ini, cairan radiator coolant dipilih karena memiliki kandungan air murni, Etilen glikol dan anti-karat. Sebagai pembanding, media pendingin oli digunakan karena mempunyai sifat dan laju pendinginan yang berbeda, sehingga bila diketahui tingkat perbandingan kekuatan tariknya dan kesesuainya terhadap aplikasi dan kegunaannya, maka dapat diambil suatu keputusan untuk menggunakan proses perlakuan pendinginan pada media yang tepat, agar menghemat waktu dan biaya produksi. Atas dasar itulah maka penulis mengambil judul Pengaruh Pendinginan Cairan Radiator Coolant (RC) AHM Terhadap Kekuatan Tarik Hasil Pengelasan SMAW Pada Plat Baja St 37 sehingga kesimpulan akhir dari hasil yang di dapatkan bisa memberikan informasi dan masukan pada masyarakat yang bermanfaat yaitu perlakuan pendinginan terhadap logam yang di las agar sesuai harapan. 2

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1. Bagaimanakah mengetahui kekuatan tarik pada pendinginan cairan radiator coolant (RC) AHM dan oli SAE 10W 40 terhadap pengelasan SMAW pada plat baja ST 37? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik pada pendinginan cairan radiator coolant (RC) AHM dan oli SAE 10W - 40 terhadap pengelasan SMAW pada plat baja ST 37. 1.4 Batasan Masalah 1. Material yang digunakan adalah plat baja St 37. 2. Pengelasan yang digunakan adalah pengelasan SMAW dengan elektroda las listrik selaput pelindung jenis terbungkus tipe E4313 standart JIS. 3. Arus listrik yang digunakan dalam proses pengelasan dengan las listrik yaitu AC 125 amper. 4. Kampuh yang digunakan adalah V ganda dengan kemiringan sudut 60. 5. Pengujian yang dilakukan adalah tensile strength yaitu pengujian tarik. 6. Pengaruh perubahan suhu kamar, kelembaban udara diabaikan. 7. Media pendingin adalah cairan radiator coolant (RC) AHM dan oli SAE 10W-40. 1.5 Manfaat Penelitian Bagi Mahasiswa : 1. Secara khusus memberikan gambaran kepada mahasiswa pengaruh pendinginan cairan radiator coolant terhadap hasil pengelasan SMAW pada plat baja St 37. 2. Untuk dapat mengetahui hasil uji tarik pada proses penyambungan dengan las SMAW dengan pendinginan cairan radiator coolant (RC) AHM dan oli SAE 10W - 40. 3. Sebagai referensi untuk perkembangan dan penelitian selanjutnya dilingkup Jurusan Teknik Mesin khususnya Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Jember. Bagi Peneliti : 1. Sebagai pembanding hasil penelitian dengan pendinginan air, udara normal dan perlakuan pendinginan yang sudah ada. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan didalam teknik pengelasan. 3. Untuk mengetahui aplikasi dan prinsip kerja dalam industri. Bagi Peneliti berikutnya : 1. Sebagai referensi penyusunan penelitian lanjutan. 2. Sebagai pembanding dengan penelitian yang akan dilakukannya. Bagi Industri : 1. Sebagai informasi untuk mengetahui pengaruh pendinginan cairan radiator coolant terhadap kekuatan tarik hasil pengelasan. 2. Mengetahui media pendingin yang tepat untuk memperoleh kualitas hasil las yang diharapkan. 3

3. Mengetahui nilai ekonomis, keamanan dan kualitas bahan suatu produk. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan didalam teknik industri organisasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelasan SMAW Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding) yaitu penyambungan dua buah logam atau lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau pencairan dengan busur nyala listrik. Las busur nyala listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan mengubah arus listrik menjadi panas untuk melelehkan atau mencairkan permukaan benda yang akan disambung dengan membangkitkan busur nyala listrik melalui sebuah elektroda. Jenis elektroda yang dipergunakan akan menentukan hasil pengelasn sehingga sangat penting untuk mengetahui sifat dan jenis dari masing-masing elektroda sebagai dasar pemilihan elektroda yang tepat. Elektroda terbungkus terdiri dari bagian inti dan zat pelindung atau fluks. Selaput yang ada pada elektroda jika terbakar akan menghasilkan CO 2 yang berfungsi untuk melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja dari udara luar. Tipe elektroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah E4313 menurut Santoso, (2006) Untuk arti masing-masing kode elektroda adalah: E : Elektroda las listrik (E4313 diameter 3,2 mm). 43 : Tegangan tarik minimum dari hasil pengelasan 43 kg/mm². 1 : Posisi pengelasan, dapat digunakan pengelasan semua posisi. 3 : Jenis selaput titania dan pengelasan arus AC atau DC 2.2 Pendinginan Semakin cepat logam didinginkan maka akan semakin keras sifat logam itu, karbon yang dihasilkan dari pendinginan cepat lebih banyak dari pendingian lambat. Dengan alasan media pendingin tersebut digunakan sesuai dengan kemampuannya untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju pendinginannya lambat. Angka di belakang huruf SAE inilah yang menunjukkan tingkat kekentalannya (viskositas). Semakin tinggi angkanya, semakin kental pelumas tersebut. Penulisan angka viskositas misalnya SAE 10W-40 artinya standar olinya SAE 10 pada suhu 10 C standar sampai SAE 40 pada suhu 100 C. Angka ini berdasarkan pada angka yang ditentukan oleh Sociaty Automotive Engineers (Organisasi Insinyur) di Amerika Serikat. Radiator coolant (RC) pada setiap jenisnya memiliki karakteristik yang berbeda, demikian juga dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing tergantung pada banyaknya campuran zat yang terkandung di dalamnya, Pada umumnya radiator coolant (RC) memiliki kandungan air murni, Etilen glikol dan anti-karat. Etilen glikol menjadi unsur terpenting di dalamnya. Karena fungsinya digunakan sebagai pendingin. Senyawa ini tak berwarna dan tak berbau serta berasa manis. 4

2.3 Perlakuan Pendinginan Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan struktur mikro yang berbeda. 2.4 Time Temperature Transformation Pada diagram TTT kurva sebelah kiri menunjukkan saat mulai transformasi isothermal dan kurva sebelah kanan menunjukkan saat selesainya transformasi isothermal. Gambar 2.1 Diagram Pendinginan Tak Menerus ( Anrinal, 2013) Diagram yang menyatakan hubungan antara temperature dimana terjadi perubahan fasa selama pendinginan dan pemanasan dengan kadar karbon tertentu disebut dengan fasa. Diagram fasa ini akan menjadi dasar pemahaman untuk semua operasi perlakuan panas. Gambar 2.2 Diagram keseimbangan besi-karbon (Anrinal, 2013) Gambar 2.3 Diagram TTT (Anrinal, 2013) 2.5 Tegangan Sisa Tegangan sisa adalah tegangan yang bekerja pada bahan setelah semua gaya-gaya luar yang bekerja pada bahan tersebut dihilangkan. Dalam proses pengelasan bagian yang dilas menerima panas pengelasan setempat dan selama proses berjalan suhunya berubah terus sehingga distribusi suhu tidak merata. Karena panas tersebut maka pada bagian yang dilas terjadi pengembangan termal. Sedangkan pada bagian yang dingin tidak berubah sehingga terbentuk penghalangan pengembangan yang mengakibatkan terjadinya peregangan yang rumit. Dan jika tidak dihindari peregangan ini akan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk tetap yang disebabkan karena adanya perubahan besaran mekanik. Disamping terjadi perubahan bentuk, dengan sendirinya terjadi regangan maka terjadi juga tegangan yang sifatnya tetap yang disebut dengan tegangan sisa. 5

2.6 Teori Kegagalan Suatu material dikatakan gagal jika tegangan yang di izinkan melebihi dari hasil tes/uji. Kegagalan pada suatu material dapat terjadi dalam berbagai wujud. Misalnya retak dan patah. Dalam penelitian ini hanya akan dibahas kegagalan material yang diakibatkan oleh kekuatan tarik (tensile strength). Kekuatan tarik merupakan sifat mekanik logam yang penting. Terutama untuk perencanaan kontruksi maupun pengerjaan logam tersebut. Kekuatan tarik suatu material dapat diketahui dengan menguji tarik pada material yang bersangkutan. Dari hasil pengujian tarik tersebut dapat diketahui pula sifat-sifat yang lain seperti : Tegangan, Regangan dan Modulus Elastisitas. Sesuai dengan Hukum Hooke (Hooke's Law) hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke yaitu rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan. Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan, atau dengan persamaan: dimana: σ = σ = Tegangan mekanis (kgf/mm 2 ) P max = Gaya tarikan maksimum (N). A = Luas penampang (mm 2 ). Strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan, atau dengan persamaan: dimana: ΔL L ε = = Pertambahan panjang (mm). = Panjang awal (mm). ε = Regangan dalam (%) Modulus elastisitas atau Young (E) dinyatakan sebagai berikut: E = σ/ε (kgf/mm 2 ) modulus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain. Peneliti mengadakan percobaan untuk mengetahui pengaruh pendinginan cairan radiator coolant (RC) AHM dan Oli SAE 10W-40 terhadap kekuatan tarik hasil pengelasan SMAW pada plat baja St 37. Dalam penelitian ini memerlukan langkah-langkah atau tindakan yang tersusun sehingga dapat menjawab hasil yang diteliti. Gambar 3.1 dibawah ini menunjukkan diagram alir penelitian sebagai berikut: Mulai Studi Literatur Persiapan Bahan Pembuatan Spesimen Pengelasan Proses Pendinginan 6

Radiator Coolant AHM Oli SAE 10W-40 Pengujian Kekuatan Material g. Bejana air h. Jangka sorong i. Jam j. Mistar dan Spidol 3.3 Pembuatan Spesimen Uji Tarik Apakah spesimen uji mengalami perubahan kekuatan mekanis? Pengolahan Data dan Interprestasi Data Ya Tidak Gambar 3.2 Spesimen JIS Z 2201 1981 Keterangan: L o : Panjang spesimen uji= 200mm W o : Lebar awal= 20 mm. T : Tebal plat baja = 10 mm. Kesimpulan dan Saran selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 3.2 Persiapan Alat dan Bahan Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Plat baja karbon rendah ST 37 dengan kadar karbon ± 0,12%, untuk bahan uji sesuai aturan standar pengujian tarik JIS Z 2201 1981, tebal 10 mm dengan panjang 200 mm lebar 20 mm. b. Cairan Radiator Coolant (RC) AHM. (Baru) c. Oli SAE 10W-40. (Baru) Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Mesin Uji Tarik (Universal Testing Mechine) Model TM 113 ESSO. b. Gergaji besi c. Gerinda d. Kikir e. Mesin sekrap f. Mesin las 3.4 Pembuatan Kampuh Setelah pembuatan spesimen uji tarik selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan pembuatan kampuh V dengan kemiringan sudut 60 o. 16,71 Gambar 3.2 Kampuh V ganda (Mohammad Nuh; hal 10,12,14 (2013) 3.5 Pengelasan Benda Uji a. Arus listrik yang digunakan AC / 125 amper. b. Jenis elektroda yang digunakan Familiarc RB-26 Ø 3,2 mm. Klasifikasi JIS E 4313 dan AWS E 6013. Tipe Covering High Titania. Penggunaan untuk (Mild Steel). c. Posisi pengelasan 1G yaitu posisi datar. 60 2 40 2 10 7

3.6 Proses Pendinginan Benda Uji Setelah dilakukan pengelasan pada benda uji, saat suhu benda uji masih panas maka dilakukan perlakuan pendinginan dengan cairan radiator coolant, oli SAE 10W- 40 masing-masing dengan tahap sebagai berikut: a. Pendinginan dengan cairan radiator coolant, oli SAE 10W - 40 selama 5 detik yaitu benda kerja setelah mengalami proses pengelasan di celupkan kedalam cairan radiator coolant, oli SAE 10W - 40 masing-masing selama 5 detik. b. Pendinginan cairan radiator coolant, oli SAE 10W - 40 total yaitu setelah benda kerja di las maka di celupkan sedalam cairan radiator coolant, oli SAE 10W - 40 masing-masing sampai dingin. 3.7 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan diberbagai instansi yang terkait dengan pembahasan yang penulis ambil antara lain: 1. Untuk pembentukan spesimen dan pengelasan serta perlakuan pendinginan dilakukan di CV. Budi Daya Motor, Jember. 2. Untuk proses uji tarik spesimen dilakukan di Universitas Muhammadiyah Jember. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel hasil rata rata tegangan tarik, regangan dan modulus elastisitas Perlakuan Pendingin RC 5 Detik Oli 5 detik RC Celup Dingin Oli Celup Dingin Spesimen σ (kgf/mm²) Ɛ (%) Modulus Elastisitas (kgf/mm²) 1 133,79 3,85 34,79 2 134,83 4,3 31,34 3 133,79 3,95 33,86 1 139,35 5,2 26,77 2 138,26 5,05 27,38 3 138,26 5,15 26,82 1 142,73 3,85 37,07 2 141,64 3,55 39,82 3 141,64 3,55 39,82 1 145,02 5,25 27,67 2 142,73 5,1 27,95 3 145,02 5,2 27,82 σ (kgf/mm²) Rata-Rata Ɛ (%) Modulus Elastisitas (kgf/mm²) 134,17 4,03 33,33 138,63 5,13 26,99 142,03 3,65 38,93 144,27 5,19 27,83 8

146 144 142 Hasil Uji Tarik (kgf/mm²) 142.03 144.27 Tegangan Tarik (σ) 140 138 136 134 132 130 134.17 138.63 RC Oli 128 RC 5 detik RC Celup Oli 5 Detik Oli Celup Perlakuan Pendinginan Gambar 4.1 Grafik Tegangan Rata Rata Hasil Uji Tarik 6 5.13 5.19 5 4.3 Regangan (%) 4 3 2 3.65 RC Oli 1 0 RC 5 Detik RC Celup Oli 5 detik Oli Celup Perlakuan Pendinginan Gambar 4.2 Grafik Regangan Rata-rata Hasil Uji Tarik Modulus Elastisitas kgf/mm² 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 38.93 33.33 26.99 27.83 RC 5 detik RC Celup Oli 5 detik Oli Celup RC Oli Perlakuan Pendinginan Gambar 4.3 Grafik Modulus Elastisitas Rata-rata Hasil Uji Tarik 9

Dari data hasil pengujian bahwa pendinginan Oli SAE 10W-40 dicelup sampai dingin memiliki nilai rata-rata tegangan, regangan yang tinggi, yaitu rata-rata memiliki tegangan 144,27 kgf/mm² dan regangannya 5,19 % kemudian disusul oleh radiator coolant (RC) dicelup sampai dingin memiliki tegangan 142,03 kgf/mm² dan regangan paling terendah diantara perlakuan pendinginan yang lain yaitu 3,65 %. Sedangkan pada perlakuan pendinginan Oli dicelup selama 5 detik memiliki nilai rata-rata tegangan 138,63 kgf/mm² dan regangan 5,13 % kemudian disusul oleh radiator coolant (RC) dicelup selama 5 detik memiliki tegangan 134,17 kgf/mm² dan regangan 4,03 %. Pada hasil pengelasan dengan perlakuan pendinginan RC dicelup sampai dingin memiliki nilai rata-rata modulus elastisitas tertinggi yaitu 38,93 kgf/mm² dibandingkan dengan pendinginan RC 5 detik 33,33 kgf/mm², Oli 5 detik 26,99 kgf/mm² dan Oli dicelup sampai dingin 27,83 kgf/mm². 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Dari data hasil pengujian tarik terhadap plat baja St 37 dengan perlakuan pendinginan Radiator Coolant (RC) AHM dan Oli SAE 10W-40 maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 5.2 Saran 1. Pada hasil pengelasan dengan perlakuan pendinginan Oli dicelup sampai dingin nilai Tegangan dan Regangannya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pendinginan RC 5 detik, Oli 5 detik dan RC dicelup sampai dingin. 2. Pada perlakuan pendinginan RC dicelup sampai dingin spesimen memiliki Regangan paling rendah dikarenakan laju pendinginannya lebih cepat, adanya tegangan sisa yang tinggi sehingga memiliki sifat mudah patah getas. 3. Perlakuan pendinginan RC 5 detik, Oli 5 detik dan RC dicelup sampai dingin dapat menyebabkan spesimen menjadi sangat getas. 4. Pada hasil pengelasan dengan perlakuan pendinginan RC dicelup sampai dingin nilai Modulus Elastisitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan pendinginan RC 5 detik, Oli 5 detik dan Oli dicelup sampai dingin. Adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah 1. Untuk lebih menyempurnakan penelitian ini diperlukan dengan meneliti sifat fisiknya yaitu dengan mengamati struktur mikro dari spesimen uji. 2. Perlu dilakukan meneliti terhadap ketahanan dan laju korosinya. 3. Sebaiknya menggunakan alat uji tarik yang sudah terkomputerisasi. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai media pendingin air sebagai pembanding sebagaimana sering dilakukan oleh tukang las. 10

DAFTAR PUSTAKA Anrinal., (2013). Metalurgi Fisik. Yogyakarta: CV Andi Offset. Ardiansyah., (2010). Pengaruh Variasi Pendinginan Terhadap Kekuatan Tarik Hasil Pengelasan SMAW Pada Plat Baja St 37. Skripsi Universitas Muhammadiyah Jember. Firmansyah., (2014). Analisis Efektivitas Laju Pembuangan Panas Fluida Air Dengan Radiator Coolant (RC) Pada Sepeda Motor. Skripsi Universitas Jember. Imbarko., (2010). Studi Pengaruh Perlakuan Panas Pada Hasil Pengelasan Baja St 37 Ditinjau Dari Kekuatan Tarik Bahan. Universitas Sumatera Utara Medan. Karuniawan.P., (2007). Perbedaan Nilai Kekerasan Pada Proses Double Hardening Dengan Media Pendingin Air Dan Oli SAE 20 Pada Baja Karbon Rendah. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Kosjoko., (2013). Buku Panduan Penulisan Penelitian Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin. Universitas Muhammadiyah jember. Marwanto., (2007). Shield Metal Arc Welding. Universitas Negeri Yogyakarta Nuh.M., (2013). Teknik Las SMAW. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pahlevi., (2011). Gambar Teknik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Santoso., (2006). Pengaruh Arus Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik dan Ketangguhan Las SMAW. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Sanusi., (2014). Pengaruh (Heat Treatment) Terhadap Kekerasan (Hardness) Material Al 6061, dengan Pendingin Air, Oli, Air garam. Skripsi Universitas Muhammadiyah Jember. Sawitri dan Abdurrakhman., (2013). Modul Praktikum Tegnologi Mekanik. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November Sukamto., (2009). Pengaruh Media Pendingin Terhadap Hasil Pengelasan TIG Pada Baja Karbon Rendah. Jurnal Volume 11 Nomor 2 Juli. Wiryosumarto.H., dan Okumura.T., (2000). Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya Paramita. Yuwono., (2009). Buku Panduan Praktikum Karakterisasi Material 1. Depok: Departemen Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 11