PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN PENGRAJIN LOGAM DESA CIBATU KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA RUMAHAN BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Industri dapat

PERPINDAHAN PEKERJAAN DARI PETANI KE PENGRAJIN Ravik Karsidi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab yang terakhir ini akan dibahas kesimpulan dari hasil penelitian

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebelum tahun an, mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PENGECORAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

MOBILITAS SOSIAL. Pertemuan Kesembilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

...Masyarakat adalah sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai. pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

PENGGUNAAN RUANG PADA USAHA BATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No.25

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN ALAT INJEKSI PLASTIK UNTUK GAGANG PISAU PADA UKM PENGRAJIN PISAU DI DESA HADIPOLO KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

BAB III FAKTOR FAKTOR YANG MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN PANDAI BESI TRADISIONAL. Peralatan produksi yang dimaksud di sini adalah alat-alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perjuangan orang pedesaan untuk mempertahankan hidupnya pada pokoknya adalah

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

REKONSTRUKSI KUJANG PAMOR: Upaya Mengangkat Citra dan Entitas Sunda Makalah pada pameran SawaRGI_Itenas

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

PENDAHULUAN. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

Pembuatan, Pemasangan dan Pengoperasian Tungku Perlakuan Panas untuk Pande Besi. Laporan Teknis Pemasyarakatan Teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Foto 19. Peleburan tahap (ke-2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Globalisasi dan kemajuan teknologi adalah hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Komponen Biaya Produksi. 1. Terdapat perhitungan tenaga kerja langsung yang kurang tepat,

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 15 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 15 TAHUN 2001 T E N T A N G

Bab. Penggunaan Uang. kompetensi dasar. Mengetahui penggunaan uang sebagai alat pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB XIII MANAJEMEN OPERASI/PRODUKSI. PAB -Manajemen Operasi dan Persediaan. M.Judi Mukzam

PENDAHULUAN. jalan, alat alat pertanian dan perkebunan, Stone / Coal Crusher Plant & Mobile,

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

UPAYA ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL DI DESA KLAPAGADING KECAMATAN WANGON ABSTRAK

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

1. PENDAHULUAN. produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dalam arti luas industri mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. MENGAPA PENGETAHUAN BAHAN DIPERLUKAN. Tergantung dari penugasan yang diterima, tapi seorang sarjana teknik industri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

Transkripsi:

PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN PENGRAJIN LOGAM DESA CIBATU KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI Farhan Firdaus 1, Gurniwan Kamil Pasya 2, Syaifullah Syam 3 1 SMA Negeri 1 Cibadak 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pengrajin logam, faktor yang mempengaruhi perubahan orientasi serta upaya yang dilakukan mantan pengarjin logam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan orientasi mata pencaharian masyarakat Desa Cibatu Kecamatan Cisaat terutama pada mata pencaharian pengrajin logam. Upaya yang dilakukan mantan pengrajin logam untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menekuni mata pencaharian baru yang merupakan langkah nyata dari pemenuhan tanggung jawab. Alasan perubahan orientasi mata pencaharian disebabkan faktor sosial, ekonomi dan teknologi. Kata kunci : mata pencaharian, pengrajin logam, industri kecil PENDAHULUAN Corak masyarakat Kabupaten Sukabumi khususnya Desa Cibatu Kecamatan Cisaat bermata pencaharian sebagai pengrajin logam. Desa Cibatu Kecamatan Cisaat memiliki sejarah sebagai ikon kerajinan logam di kabupaten Sukabumi. Salah satu industri sekunder di pedesaan yakni industri kerajinan logam yang mencakup penempaan besi (yang biasa disebut pandai besi), penuangan besi, penuangan tembaga dan campurannya, kerajinan perak dan emas, industri baru yang memproduksi barang dengan mengelas tabung dan lempeng logam buatan pabrik, biasanya alumunium atau seng, industri perbaikan barang-barang, termasuk patri yang memperbaiki barang-barang dari logam. Produk yang dihasilkan seperti peralatan rumah tangga, pertanian, industri seperti pembuatan pisau, arit, cangkul dan sejenisnya. Dunham (2008:37) menjelaskan mengenai industri pendukung sektor ekonomi bahwa, kehadiran industri pandai besi sebagai industri kecil di pedesaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang luas dengan penghasilan memadai untuk masyarakat sekitarnya dan juga sebagai industri pendukung pertumbuhan sektor ekonomi yaitu pertanian. Profil industri logam Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi masih bersifat tradisional

Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1 terdapat di rumah-rumah (home industry) dan termasuk industri kecil. ORIENTASI MATA PENCAHARIAN PENGRAJIN LOGAM SAAT INI Industri rumahan pandai besi beserta masyarakatnya merupakan warisan turun temurun dari sejak dulu. Generasi muda telah menyadari akan arti ekonomis warisan tersebut. Tidak banyak di antara mereka melanjutkan sekolah ke tingkat lanjutan hanya sebatas sekolah dasar saja. Setelah itu lapangan kerja warisan nenek moyang dapat menyerap anak-anak tersebut untuk bekerja, walaupun dengan mengalami pasang surut. Dunia pandai besi belum bisa menjamin ketersediaan lapangan kerja yang tetap dengan tingkat pendapatan yang tetap pula. Mayoritas penduduk Desa Cibatu bekerja mengandalkan pandai besi sebagai mata pencaharian utama, membuka usaha sendiri dengan menerima order (pesanan) dari pemesan memalui tengkulak. Sistem kerja seperti ini mereka sebut dengan gaweun (pekerjaan yang dilakukan borongan sesuai dengan jangka waktu proses produksi). Adapun sistem gaweun ini, pandai besi terlebih dahulu menerima pesanan dari tengkulak seperti pesanan golok, pedang, pisau dapur dan lain sebagainya. Proses produksi tersebut dikerjakan di gosali (bengkel) mereka masing-masing. Setiap pandai besi memiliki keahlian masing-masing sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Proses produksi terdiri dari beberapa tahapan, antara lain produksi, seperti proses pemotongan logam, pembakaran logam, penempaan logam, ngagerinda, ngambil waja (baja), ngagagangan, panyipuhan. Sampai tahapan akhir yaitu proses pemasaran. Setiap pandai besi mengerjakan tahap produksi sesuai dengan keahliannya, setiap tahapan pekerjaan yang sudah selesai segera dikirimkan ke pemesan melalui tengkulak atau langsung ke pemesan. Pandai lain yang memiliki keahlian seperti ini terdiri dari berbagai orang yang memiliki keahlian yang berbeda. Pandai besi mengirimkan kepada pandai besi lain untuk proses selanjutnya seperti tahapan ngagagangan (tahapan digunakan untuk memberi gagang pada peralatan) yang dilakukan diluar gosali (bengkel produksi) sehingga proses produksi terdiri dari berbagai tahapan dan berbagai pandai besi. Perubahan orientasi mata pencaharian pengrajin logam merupakan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned change) hal tersebut dikarenakan perubahan orientasi pengrajin logam tidak dikehendaki atau tidak direncanakan oleh masyarakat sendiri. Perubahan orientasi mata pencaharian pengrajin logam tidak direncanakan secara sistematis namun karena terdesak keadaan yang menjadikan perubahan orientasi mata pencaharian tersebut terjadi. Proses produksi yang semakin menurun menjadikan pendapatan semakin berkurang sedangkan

kebutuhan untuk menutupi kekurangan tersebut merupakan hal yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan dari aspek sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam masyarakat meliputi, aspek kehidupan sosial, interaksi sosial, status sosial dan tindakan sosial lainnya. Perubahan kendatinya terjadi karena adanya perubahan sikap dan perasaan bahwa ingin merubah struktur yang ada menjadi lebih baik lagi. Orientasi mata pencaharian ini diawali karena adanya perubahan yang terjadi terhadap kebutuhan. Hal ini menyebabkan pandai besi mengalami penurunan populasi, perubahan tidak berjalan secara tibatiba namun mempunyai gejala atau tahapan-tahapan sebelum mengalami perubahan. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN PENGRAJIN LOGAM DESA CIBATU KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI a. Faktor sosial Hubungan yang terjalin antara majikan dan buruh pandai yang terjalin menyangkut persahabatan, pekerjaan serta hubungan kekeluargaan yang menjadikan faktor sosial yang mempengaruhi perubahan orientasi mata pencaharian pandai besi dan pengrajin logam. Seorang majikan dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi (majikan) menggunakan pengaruh dan sumber-sumber yang dimilikinya untuk menggunakan pengaruh dan sumber-sumber yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan dan keuntungan bagi seseorang yang statusnya lebih rendah (buruh) dan sebaliknya membalas dengan memberikan dukungan dan bantuan secara umum termasuk pelayanan pribadi kepada majikan. b. Faktor ekonomi Faktor yang mempengaruhi penurunan hasil produksi, sebenarnya pesanan masih ada sampai saat ini namun terkendala modal dan memang harga produksi tidak sesuai dengan harga jual, lebih besar hagra produksi dibanding harga jual. Tidak ada sedikitpun keuntungan dalam memproduksi pesanan, jika dipaksakan proses produksi bisa berjalan namun kualitas barang yang menggunakan kualitas yang lebih rendah. Pandai besi juga pengrajin logam tidak mau memproduksi pesanan dengan kualitas yang berbeda karena akan merusak citra dan nama baik pandai besi dan pengrajin logam itu sendiri. c. Faktor teknologi Mata pencaharian pandai besi dari tahun ke tahun semakin menurun seiring berkembangnya teknologi permesinan yang menunjang kegiatan produksi, pekerjaan sebagai pandai besi dipilih untuk menghidupi keluarga dari pada kebutuhan keluarga tidak terpenuhi maka mata pencaharian pandai besi menjadi satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbekal pengalaman yang didapatkan ketika menjadi buruh pandai besi, kemudian bekerja menjadi karyawan di CV.Alpindo sampai membuka bengkel sendiri untuk memproduksi kerajinan logam. Hal tersebut yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1 Peralatan produksi kini juga telah mengalami perubahan. Emposan (alat untuk menghembuskan api dengan bantuan tenaga manusia) merupakan peralatan yang sudah tidak ada lagi di tempat penelitian, pertimbangan mereka adalah tingkat panas dari besi tempa kurang tinggi. Blower (alat untuk menhembuskan tenaga angin dibantu dengan tenaga listrik yang menggantikan fungsi emposan) Blower inilah yang menggantikan emposan (alat untuk menghembuskan api dengan bantuan tenaga manusia) karena dinilai sudah kirang efektif dan tidak banyak memakan tenaga manusia. Keberadaan industri logam terbagi menjadi dua kategori fase yaitu keberadaan pandai besi mulai muncul dan berkembang dari zaman penjajahan Belanda sampai pertengahan tahun 1990-an, sedangkan keberadaan pengrajin logam muncul pada pertengahan tahun 1970-an beriringan. Seiring bertambahnya pesanan maka koperasi karya logam membentuk workshop (bengkel kerja) sebagai pelopor keberadaan industri pengrajin logam. UPAYA YANG DILAKUKAN MANTAN PENGRAJIN LOGAM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP 1. Buruh diajak bekerja karena melihat saudara atau tetangga tidak bekerja. 2. Upaya mendapat modal utama yang digunakan berasal dari tabungan dan simpanan keluarga pandai yang diwariskan kepada generasi berkutnya. 3. Pemenuhan kekurangan modal dengan meminjam uang ke koperasi karya pusaka, sejak tahun 1972 dibentuk koperasi Karya Pusaka untuk mewadahi seluruh pandai besi dan pengrajin logam di Desa Cibatu. 4. Menekuni mata pencaharian baru yaitu: a. Pengurus Koperasi BMT AL- Anhar b. Penarik ojeg calo c. Petani Pemilik Pedagang Warung d. Petani pemilik- tukang pijat e. Peternak Ikan Air Tawar - Tukang Kiridit f. Petani Penggarap Tukang Pijat g. Buruh h. Pedagang warung PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan orientasi mata pencaharian pengrajin logam dan pandai besi Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi yang bertumpu pada sektor pertanian dan peternakan serta perdagangan dan jasa. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan hidup. Terdapat tiga faktor signifikan yang mempengaruhi perubahan orientasi mata pencaharian yaitu (1) sosial, (2) ekonomi dan (3) teknologi. Upaya yang dilakukan mantan pengrajin logam untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menekuni mata pencaharian baru yang merupakan langkah nyata dari pemenuhan tanggung jawab. Berbagai

mata pencaharian baru ditekuni mantan pandai besi dan pengrajin logam. Melalui pengalaman yang dimiliki sebelumnya serta belajar informal dari lembaga pelatihan kerja. DAFTAR RUJUKAN Adiatama, I dan Marfirani, R (2012) Pergeseran Mata Pencaharian Nelayan Tangkap Menjadi Nelayan Apung Di Desa Batu Belubang. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, hlm.105-114. Dunham, S. (2008). Pendekarpendekar Besi Nusantara : Kajian Antropologi Tentang Pandai Besi di Indonesia. Bandung : Mizan