BAB I PENDAHULUAN. 20%. Hal ini membuktikan bahwa krisis ekonomi yang melanda negara-negara di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membuktikan bahwa krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Benua Eropa

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak bisa dipisahkan dari pasar modal yang

imbal hasil yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan return pada pasar modal. Di dalam pasar modal diperdagangkan berberapa jenis surat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang baik. Sumber daya tersebut diantaranya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pihak investor kemudian digunakan pihak emiten untuk pengembangan usaha,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan bagi investor atau pemegang saham baik itu individu

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit, kelapa, pinang, kopi, sagu, kakao diantara produk-produk tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan modal kerja, ekspansi dan lain-lain dan sebagai tempat bagi investor

BAB I PENDAHULUAN. mencapai keuntungan maksimal, ingin memakmurkan pemilik atau pemegang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada sektor riil di tingkat lokal, karena kekuatan akumulasi modal

BAB I PENDAHULUAN. maupun dagang yang saling bersaing untuk dapat bertahan dan menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. harapan dapat meningkatkan nilai perusahaannya. Manajer perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga saham. Bila harga saham suatu perusahaan tinggi maka nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. (surplus fund). Dalam pasar modal, investor sebagai pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang lain dibandingkan dengan nilai saham ( Book Value ) selama satu

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada saat ini sangat berpengaruh pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perolehan laba merupakan ukuran keberhasilan kinerja financial perusahaan. Laba

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, keberadaan pasar modal membantu kebutuhan pendanaan jangka

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif yang baik. Pengelolaan perusahaan yang baik dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi pihak makro dan mikro Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang seperti obligasi saham, dan lainnya (Wikipedia). penjualan saham meningkat secara signifikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB I PENDAHULUAN. sedang tumbuh pasti akan meningkatkan investasi untuk masa mendatang yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dengan menjalankan dua fungsi. Fungsi pertama ialah fungsi

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB 1 PENDAHULUAN. sarana yang berguna untuk menggalang pengerahan dana jangka panjang dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu alasan Indonesia pernah menjadi tempat penyelenggaraan

) TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI SELAMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan investasi di negara ASEAN lainnya. Bagi produsen, permintaan. keuntungan dari penjualan produk antar negara ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memasuki era globalisasi, perkembangan teknologi informasi dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah. Melalui pasar modal pemerintah dapat mengalokasikan dana dari

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mencari sumber-sumber dana yang efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 laju investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur rmerupakanindustri yang mendominasi perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan dan kompetisi. Teknologi telah membuat dunia tanpa batas, supply

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan cara melakukan penawaran saham kepada masyarakat di bursa

Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 15, No. 2, Agustus 2015: jab.fe.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. maupun dengan tujuan mengembangkan perusahaannya. Perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pasar modal merupakan tempat memperjualbelikan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan dividen (dividend

BAB I PENDAHULUAN. dana. Tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, pasar modal banyak dijumpai diberbagai negara.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, pasar modal atau bursa merupakan pendanaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya. Jasa jasa perbankan memang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demi untuk kemakmuran pemiliknya. Dikatakan makmur apabila pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan pernah redup. Bayangkan jika semua koneksi telekomunikasi, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan. menjadi cerminan dinamika ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perekonomian di Indonesia mengalami. akan mengakibatkan terjadinya perubahan untuk memiliki harapan akan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Menurut Husnan (2004) nilai

2015 PENGARUH FAKTOR FUND AMENTAL TERHAD AP HARGA SAHAM PAD A EMITEN SEKTOR PROPERTI D AN REAL ESTATE D I BURSA EFEK IND ONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. saham dengan memaksimalkan nilai perusahaan. dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan.

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Pasar modal merupakan salah satu jalan alternatif baru

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang. kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam)

BAB I PEDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat

BAB I PENDAHULUAN. harta ataupun modal baik pada aset riil maupun aset finansial pada suatu unit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar dalam perekonomian suatu negara, hal

BAB I PENDAHULUAN. yang didapat dari dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2011, minat investor asing untuk masuk ke pasar modal Indonesia pada tahun 2011 tumbuh hingga 20%. Hal ini membuktikan bahwa krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Benua Eropa tidak berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia tahun 2011. Hal ini juga dibuktikan oleh kinerja perekonomian Indonesia terus meningkat hingga mencapai 6,5% (Berita Resmi Statistik No. 72/11th. XIV). Kenaikan iklim investasi dan kinerja perekonomian Indonesia ini membuat beberapa ahli ekonomi optimis bahwa di tahun 2012 pun Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tentu diharapkan dapat bertahan atau bahkan meningkat di tahun 2012 ini. Untuk dapat mencapai prospek pertumbuhan ekonomi tersebut, Indonesia perlu memperhatikan beberapa hal yang mempu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Salah satu indikator ekonomi makro suatu negara dapat dilihat dari kinerja pasar modalnya. Sesuai dengan pernyataan Sawiji Widioatmojo, bahwa naik turunnya indeks suatu bursa dapat dibaca sebagai cermin dinamika ekonomi negara tersebut. Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan,

2 yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Sedangkan Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi, diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaanperusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat luas. (Mulyati, 2009: 61) Meski iklim investasi di pasar modal Indonesia mengalami kenaikan, namun berdasarkan laporan Bapepam-LK, pertumbuhan pasar modal dinilai masih kurang efektif karena hanya sedikit perusahaan yang mempunyai kinerja bagus yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah salah satu indikator yang seharusnya mengalami peningkatan signifikan agar dapat memulihkan iklim investasi pasar modal di Indonesia. Grafik fluktuasi IHSG dapat dilihat pada Gambar 1.1

3 Sumber: Yahoo Finance. Diakses 07/12/2011, 01:35 Gambar 1.1 Fluktuasi IHSG Periode 2010-2011 Berdasarkan Gambar 1.1, dapat dilihat bahwa dalam jangka waktu satu tahun kebelakang volume transaksi IHSG cukup fluktuatif. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya indeks pasar saham Indonesia pada awal tahun 2011, namun pada pertengahan Februari mengalami kenaikan kembali. Indeks pasar saham Indonesia sempat menempati puncak kejayaannya pada bulan Agustus 2011 meskipun pada bulan September kembali mengalami penurunan. Hingga desember 2011, IHSG terus menunjukkan fluktuasi yang variatif. Fluktuasi IHSG tergantung pada keputusan para investor untuk menginvestasikan uangnya di pasar saham. Seorang investor dapat memutuskan untuk berinvestasi pada perusahaan atau sektor bisnis yang dinilai memiliki fundamental keuangan yang baik dan konsisten serta memiliki prospek yang cerah di kemudian hari. Salah satu indikator yang dapat dijadikan patokan oleh para investor mengenai saham yang akan dipilihnya adalah melalui nilai

4 perusahaannya. Sebagian besar investor beranggapan bahwa perusahaan dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. (Sam, 2011) Setiap perusahaan memiliki tiga tujuan utama yang pasti, yaitu untuk menghasilkan laba (keuntungan) yang sebesar-besarnya, untuk mensejahterakan pemilik modalnya, dan untuk menaikan nilai perusahaannya. Untuk mengukur nilai suatu perusahaan, ada beberapa indikator yang dapat digunakan. Menurut Josua Tarigan (2007:3) beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan adalah: nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsik, nilai buku dan nilai likuidasi. Dalam perusahaan yang menerbitkan saham, umumnya nilai perusahaan diproksi oleh price book value (PBV) atau nilai buku. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar (Kawito, 2010). PBV dapat digunakan untuk menilai suatu perusahaan karena PBV dapat memberikan gambaran seberapa kali investor mengapresiasi sebuah saham berdasarkan nilai buku per lembar sahamnya. Secara sektoral, nilai perusahaan atau PBV perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada Tabel 1.1. TABEL 1.1 PBV SEKTORAL PERUSAHAAN PERIODE 2008-2010 Perubahan No Sektor 2008 2009 2010 2009 2010 1 Agliculture 1,58 2,82 3,39 43,97% 16,81%

5 Perubahan No Sektor 2008 2009 2010 2009 2010 2 Mining 1,68 2,52 8,91 33,33% 71,72% 3 Basic Industry & chemicals 1,39 1,37 1,6-1,46% 14,38% 4 Miscellenous Industry 1,1 2,1 0,8 47,62% -162,50% 5 Consumer Goods Industry 1,43 3,66 4,12 60,93% 11,17% 6 Property, Real estate and 0,99 1,17 1,42 15,38% 17,61% buliding construction 7 Infrastructure, utilities & 1,21 1,93 2,08 37,31% 7,21% transportation 8 Finance 1,71 2,24 1,73 23,66% -29,48% 9 Trade, sevice & investment 3,42 3,11 1,95-9,97% -59,49% Sumber: IDX Fact Book 2009-2011, diunduh dari www.idx.co.id pada 20/04/2011, 19:12 Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa hampir semua sektor mengalami fluktuasi yang beragam setiap tahunnya. Seperti Sektor Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and chemicals) misalnya, mengalami kenaikan nilai PBV pada tahun 2009, namun mengalami penurunan kembali di tahun 2010. Begitu pula Sektor Industri Lain-lain (Miscelloneus Industry), dan Sektor Keuangan (Finance), yang mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Namun, dapat dilihat bahwa sebagian besar sektor mengalami kenaikan selama tiga periode berturut-turut, misalnya Sektor Pertanian, Pertambangan, Barang Konsumsi, dan lain-lain. Satu-satunya sektor yang terus mengalami penurunan nilai perusahaan adalah Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi (Trade, Service and Investment). Berbeda dengan sektor lainnya yang cenderung fluktuatif atau bahkan terus naik, sektor ini terus mengalami penurunan nilai perusahaan selama tiga periode berturut-turut.

6 Penurunan nilai perusahaan pada Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi ini dapat membuat investor menjadi ragu untuk menginvestasikan dananya pada sektor tersebut. Pada sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi, hanya ada delapan perusahaan yang membagikan dividennya selama lima tahun berturut-turut. Adapun gambaran nilai perusahaan kedelapan perusahaan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2. 6 5 4 3 2 1 0 AKRA ASGR FAST LTLS PJAA TGKA TURI UNTR 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 1.2 Gambaran Nilai Perusahaan pada Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi Berdasarkan Gambar 1.2, perusahaan-perusahaan yang membagikan dividen pada sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi diantaranya adalah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Astra Graphia Tbk (ASGR), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), PT Lautan Luas Tbk (LTLS), PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), PT Tiga Raksa Satria (TGKA), PT Tunas Ridean Tbk (TURI), dan PT United Tractors Tbk (UNTR). Berdasarkan gambar, hampir semua perusahaan mengalami kenaikan nilai perusahaan pada tiga tahun terakhir.

7 Namun secara tren, hanya PT Pembangunan Jaya Ancol (PJAA) yang belum mengalami perbaikan nilai perusahaan secara efektif. PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk merupakan salah satu perusahaan yang berkontribusi pada penurunan PBV sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk tentu memerlukan banyak tambahan modal dari masyarakat untuk melakukan ekspansi usahanya, mengingat bidang pariwisata merupakan salah satu bidang yang akhir-akhir ini banyak diminati. Untuk dapat mendapatkan kepercayaan investor yang hendak menanamkan modalnya pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, perusahaan perlu mempertahankan nilai perusahaan yang baik di mata investor. Gambaran nilai perusahaan pada PT Pembangunan Jaya Ancol dapat dilihat pada gambar 1.3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Price Book Value 2,23 2,26 2,16 1,74 1,29 0,64 0,84 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: Indonesia Capital Market directory Tahun 2004-2010 Gambar 1.3 Fluktuasi Price Book Value PT Pembangunan Jaya Ancol Tahun 2004-2010 Berdasarkan Gambar 1.3, dapat dilihat bahwa nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol mengalami fluktuasi yang cukup beragam. Sejak pertama kali terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004, perusahaan dinilai cukup rendah, yaitu sebesar 1,74 meski sempat mengalami peningkatan

8 pada tahun 2005 dan 2006, namun pada tahun 2007 nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol mengalami penurunan. Penurunan yang cukup drastis terjadi pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 hingga tahun 2010 nilai perusahaan kembali merangkak naik. Namun, nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk masih termasuk perusahaan dengan nilai perusahaan di bawah rata-rata sektoral. Adapun nilai rata-rata Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi adalah sebesar 2,94. Rendahnya nilai perusahaan tersebut tentunya merupakan sebuah masalah. Apabila PT Pembangunan Jaya Ancol terus menghadapi penurunan nilai perusahaan, maka perusahaan akan kehilangan kepercayaan dari investor sehingga perusahaan sulit mendapat modal tambahan untuk melakukan ekspansi usaha. Naik-turunnya nilai sebuah perusahaan dapat disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Weston dan Bringham (1993) dalam David Sukardi (2010), nilai perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang dapat memengaruhi nilai perusahaan adalah keputusan dividen, struktur permodalan, risiko dan pertumbuhan laba. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan membayar dividen kepada para pemegang sahamnya. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka nilai perusahaan perusahaan juga tinggi. Sebaliknya jika dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham dan nilai perusahaan tersebut juga rendah. Kebijakan dividen yang dipilih oleh sebuah perusahaan dapat diartikan sebagai sebuah sinyal bagi para investornya, karena kebijakan dividen mengandung informasi tentang persepsi manajemen mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang (Sartono, 2009:381). Kebijakan dividen

9 secara tidak langsung memberikan informasi kepada para investor mengenai kondisi perusahaan. Kebijakan dividen dapat diukur dengan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio/dpr). Adapun gambaran mengenai kebijakan dividen PT Pembangunan Jaya ancol Tbk dapat dilihat pada Tabel 1.2 TABEL 1.2 Perkembangan Rasio Pembayaran Dividen (DPR) PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Periode 2004-2010 DPR 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata % 36.16 78.39 39.93 39.75 45.19 46.58 46.84 47,55 Sumber: Annual Report PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Periode 2004-2011 Berdasarkan Tabel 1.2, dapat dilihat bahwa pada tahun 2005, rasio pembayaran dividen mencapai titik tertinggi, yaitu 78,39%. Namun pada tahun 2006, jumlah dividen yang dibagikan turun drastis hingga hanya 39,93% dari laba bersih. Meski hingga tahun 2010 jumlah dividen yang dibagikan terus mengalami peningkatan sedikit demi sedikit, namun belum kembali pada titik tertinggi pada tahun 2005. Suad Husnan (2005:392) menyebutkan bahwa sebagian investor lebih menyukai dividen daripada capital gain. Hal ini sesuai dengan Bird-in-Hand Theory yang diungkapkan oleh Myron J. Gordon dan John Lintner (1963) bahwa risiko dividen tidak sebesar risiko capital gain sehingga investor merasa lebih yakin terhadap penerimaan dividen dibanding capital gain. Oleh karena itu, nilai suatu perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Dengan demikian, semakin tinggi dividen yang dibagikan akan menyebabkan semakin tinggi pula nilai perusahaan. Teori ini didukung oleh teori modern yang dikenal dengan signalling theory, bahwa pengumuman dividen diyakini

10 mempunyai informasi dan membawa sinyal mengenai laba bersih perusahaan saat ini dan potensi perusahaan di masa mendatang. (Baker & Powel, 2005) Namun, terdapat beberapa pendapat yang berbeda diantara para ahli mengenai hubungan kebijakan dividen dengan nilai perusahaan. Modigliani dan Miller (1961) menyatakan bahwa dividen tdk memengaruhi nilai perusahaan, namun kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang memiliki pengaruh paling besar dalam membentuk nilai perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat diukur dengan profitabilitas. Pernyataan mengenai pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan juga didukung oleh pernyataan Brealy et al. (2008) bahwa tingkat profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Tingkat profitabilitas dapat dinilai dengan berbagai rasio. Salah satu rasio yang cukup sering digunakan adalah rasio Net Profit Margin (NPM). NPM merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar laba perusahaan yang dihasilkan oleh pendapatan usaha. Secara keseluruhan, gambaran NPM PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk dapat dilihat pada Tabel 1.3 TABEL 1.3 Perkembangan Rasio Net Profit Margin (NPM) PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Periode 2004-2010 NPM 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata % 20,38 20,15 18,21 18,46 15,48 15,29 15,38 17,62 Sumber: Annual Report PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Periode 2004-2011 Berdasarkan Gambar 1.4, dapat dilihat bahwa NPM PT Pembangunan Jaya Ancol terus mengalami penurunan. Pada tahun 2004, sebesar 20,38% pendapatan usaha dapat menghasilkan laba bersih, namun persentase tersebut terus turun hingga pada tahun 2006 hingga 18,21%. Pada tahun 2007, NPM mengalami sedikit kenaikan namun sangat tipis, dan pada tahun 2008 kembali

11 mengalami penurunan hingga pada tahun 2010 mencapai angka 15,38%. Penurunan tingkat NPM ini dapat menjadi salah satu penyebab turunnya nilai perusahaan. Teori-teori pengaruh tingkat profitabilitas terhadap nilai perusahaan didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu mengenai tingkat profitabilitas. Santi Dewi (2011) melakukan penelitian dan membuktikan bahwa tingkat profitabilitas berpengaruh pada nilai perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen dan tingkat profitabilitas terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Margi Muliahati (2010) melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara keputusan pendanaan, keputusan investasi, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kanwal Khan (2011) yang meneliti mengenai rasio dividen dan rasio profitabilitas dan dampaknya terhadap nilai perusahaan. Khan menemukan bahwa dividen dan tingkat profitabilitas merupakan faktor yang berhubungan secara positif terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis berusaha membuktikan kembali beberapa teori dan penelitian terdahulu mengenai kebijakan dividen dan tingkat profitabilitas dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menyusun penelitian yang berjudul Pengaruh Kebijakan Dividen dan Tingkat Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (Studi pada Laporan Keuangan Periode 2004-2010) 1.2 Identifikasi Masalah

12 Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa nilai perusahaan adalah hal yang penting bagi perusahaan yang terdaftar di bursa efek. Nilai perusahaan yang mengalami penurunan dapat menyebabkan para investor ragu untuk menginvestasikan uangnya pada perusahaan tersebut. Hal ini terjadi pada Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi yang pada tahun 2010 lalu mengalami penurunan nilai perusahaan yang cukup signifikan. Salah satu perusahaan yang mengalami penurunan nilai perusahaan adalah PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Mengingat PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk merupakan salah satu perusahaan yang termasuk dalam Subsektor Pariwisata, Hotel dan Restoran yang memberikan kontribusi cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka PT Pembangunan Jaya Ancol diambil menjadi objek penelitian dalam penelitian ini. Faktor yang memengaruhi turun naiknya nilai perusahaan diantaranya adalah kebijakan dividen dan tingkat profitabilitas. Dalam penelitian ini, dapat dirumuskan bahwa tema sentralnya adalah sebagai berikut; Nilai perusahaan merupakan hal yang penting bagi PT Pembangunan Jaya ancol Tbk untuk terus dapat memperoleh kepercayaan investor yang hendak menginvestasikan uangnya. Nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol sedang mengalami perbaikan yang ditandai dengan naiknya nilai perusahaan pada tiga tahun terakhir. Namun apabila dibandingkan dengan rata-rata sektor, perbaikan nilai perusahaan tersebut tergolong belum efektif. Oleh karena itu, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk perlu mempertahankan nilai perusahaannya agar tidak mengalami penurunan kembali. Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh kebijakan dividen (dengan DPR sebagai indikatornya) dan tingkat profitabilitas (dengan NPM sebagai indikatornya) 1.3 Rumusan Masalah

13 Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut 1. Bagaimana gambaran kebijakan dividen pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 2. Bagaimana gambaran tingkat profitabilitas pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 3. Bagaimana gambaran nilai perusahaan pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 4. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 5. Bagaimana pengaruh tingkat profitabilitas terhadap nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 6. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen dan tingkat profitabilitas secara simultan terhadap nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya adalah untuk memperoleh hasil temuan mengenai 1. Gambaran umum kebijakan dividen pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 2. Gambaran tingkat profitabilitas pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 3. Gambaran nilai perusahaan pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 4. Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk

14 5. Pengaruh tingkat profitabilitas terhadap nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 6. Pengaruh secara simultan kebijakan dividen dan tingkat profitabilitas secara simultan terhadap nilai perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 1.5 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1. Kegunaan Teoritis Dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu manajemen keuangan, khususnya mengenai pengaruh kebijakan dividen dan tingkat profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Penulis juga berharap penelitian ini dapat memperdalam teori-teori manajemen keuangan pada umumnya dan teori mengenai korelasi kebijakan dividen dan nilai perusahaan pada khususnya. 2. Kegunaan Praktis Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kegunaan praktis bagi perusahaan penerbit saham (emiten). khususnya PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk untuk dapat menaikkan nilai perusahaannya dengan mempertimbangkan kembali kebijakan dividen yang akan digunakan dan tingkat profitabilitas perusahaan.