BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanti Agustina, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

M 2015 PENERAPAN TEKNIK BBM (BERPIKIR-BERBICARA-MENULIS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui interaksi kemampuan berbahasa. Hal ini dimaklumi karena berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Stella Talitha, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pola penyajian narasi, deskripsi, dan ekspositoris. Pola penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsep berkomonikasi, berintreraksi serta menerima informasi. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

2015 PENERAPAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Diki Sumarna, 2013

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa menengah

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mariah Ulfah, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Model Kreatif Pemecahan Masalah dalam pembelajaran menulis karangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis di

BAB I PENDAHULUAN. lulus tidaknya seorang siswa. Oleh sebab itu mutu pelajaran Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang mempunyai pengaruh penting terhadap terjadinya proses berkomunikasi secara lisan. Dalam konteks berkomunikasi, pembicara berlaku sebagai pengirim (sender), sedangkan penerima (receiver) adalah penerima warta (message) (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 240). Berdasarkan hal tersebut diartikan bahwa berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide, atau pikiran dari pembicara yang berlaku sebagai pengirim informasi kepada pendengar yang berlaku sebagai penerima melalui komunikasi secara lisan. Informasi, ide, atau pikiran tersebut dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikan isi informasi dengan tepat. Setiap orang mempunyai potensi dalam berbicara. Akan tetapi, tidak semua orang telah mencapai tahap terampil dalam berbicara. Hal tersebut terjadi lantaran tidak semua orang telah mengasah kemampuan berbicaranya secara maksimal. Seseorang memerlukan adanya praktik untuk dapat mencapai tingkat terampil dalam berbicara. Tarigan (2008:1) mengatakan bahwa keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan.

2 Untuk itu, praktik langsung berbicara merupakan cara agar kemampuan berbicara seseorang dapat terlatih dengan mudah. Tarigan (2008: 16) juga menjelaskan bahwa berbicara merupakan suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar. Baik pada saat bercerita, berpidato, berwawancara, berdiskusi, ceramah maupun saat membawakan sebuah acara, keterampilan ini akan sangat dibutuhkan oleh pembicara agar tujuan pembicaraan dapat tersampaikan dengan baik kepada pendengar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keterampilan berbicara menjadi faktor penentu seseorang dalam menyampaikan informasi secara lisan. Bercerita merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengasah kemampuan siswa berbicara. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 244) yang menyebutkan bahwa kegiatan untuk melatih dan melibatkan intelektual-emosional peserta didik dalam pembelajaran berbicara, salah satunya, adalah dengan bercerita baik itu cerita pengalaman diri, pengalaman hidup, maupun pengalaman membaca. Melalui kegiatan bercerita, siswa dapat mengungkapkan pengalaman, perasaan, cerita yang telah dibaca, dilihat dan dirasakan. Untuk itu, kemampuan bercerita siswa perlu diasah agar secara tidak langsung keterampilan berbicaranya pun dapat terlatih. Bercerita sebagai salah satu aspek dalam keterampilan berbicara tanpa kita sadari mempunyai peran penting pada setiap kegiatan komunikasi. Setiap orang

3 yang melakukan diskusi atau berbincang-bincang dengan orang lain tentu tanpa dipungkiri akan memanfaatkan kemampuan berceritanya untuk melengkapi proses komunikasi lisannya tersebut. Pada saat berwawancara misalnya, baik bagi seorang pewawancara maupun narasumber tentu membutuhkan cerita untuk melengkapi proses wawancara agar tercipta suasana yang tidak kaku. Contoh lain misalnya, saat seseorang membawakan sebuah acara tentu akan membutuhkan kemampuan bercerita untuk membuat acara yang dibawakannya tersebut tidak monoton. Seorang penceramah juga membutuhkan sebuah cerita di sela-sela proses penyampaian ceramahnya. Selain itu, pada saat melakukan seminar dan berorasi pun seseorang akan membutuhkan keterampilan bercerita. Berdasarkan hal tersebut, bercerita telah menjadi bagian dari kegiatan komunikasi yang tidak dapat kita hindari. Untuk itu, kemampuan bercerita seseorang perlu dilatih sejak dini agar memiliki kemampuan bercerita yang baik. Guru mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru dituntut untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran semaksimal mungkin. Pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan dengan maksimal hasilnya pun tidak menutup kemungkinan akan maksimal. Selain itu, cara penyampaian guru pada saat pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap siswa. Cara mengajar guru akan sangat berpengaruh terhadap cara belajar siswa. Seperti yang disampaikan oleh Tarigan (1986: 38) yang menjelaskan bahwa cara guru mengajar mempengaruhi cara siswa belajar. Menurut beliau, cara mengajar dengan metode ceramah akan membuat siswa belajar dengan cara menghafal.

4 Akan tetapi, jika guru mengajar dengan memberikan banyak latihan, siswa pun dapat belajar melalui pengalaman. Oleh karena itu, guru perlu mendayagunakan kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran bercerita yang menekankan pada pembelajaran praktik bukan ceramah. Masalah dalam pembelajaran berbicara berdasarkan rujukan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andiny (2008: 2) adalah ketidakmampuan siswa untuk berbicara di depan umum karena adanya kesulitan dalam menyampaikan pokok pembicaraan dan adanya rasa malu dalam diri siswa. Masalah lain yang timbul dalam pembelajaran berbicara menurut Hidayati (2010: 2) adalah ketidakberanian siswa berbicara di depan kelas serta media yang digunakan guru dalam pembelajaran berbicara merupakan media tradisional sehingga membuat siswa merasa bosan mengikuti pembelajaran. Selain itu, masalah mengenai pembelajaran berbicara menurut Aisyah (2010: 2) yaitu kemampuan berbicara khususnya kemampuan bercerita siswa kelas VII masih kurang baik. Hal ini terlihat dari sedikitnya siswa yang berani untuk berbicara mengemukakan segala gagasan yang mereka miliki. Secara garis besar masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran berbicara khususnya bercerita yaitu banyak diantara siswa yang kurang berminat untuk tamapil di depan kelas untuk berbicara. Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa percaya diri dan rasa takut yang ada di dalam diri siswa dalam berbicara. Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan menerapkan sebuah media pada pembelajaran bercerita. Media tersebut yaitu media kartu. Media kartu ini berisi

5 tentang kata-kata kunci dari sebuah naskah cerita sehingga dinamakan media K3 (Kartu Kata Kunci). Peneliti memilih media K3 karena media ini diharapkan akan dapat menarik perhatian siswa untuk lebih antusias mengikuti pembelajaran bercerita. Media K3 merupakan suatu inovasi media pembelajaran yang akan bermanfaat bagi siswa pada saat bercerita di depan kelas dan juga bermanfaat bagi guru saat melaksanakan pembelajaran bercerita sehingga proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) pun menjadi tidak monoton. Tarigan (1986: 215) menjelaskan bahwa kata-kata kunci dapat dijadikan sebagai jembatan ke arah karangan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kata kunci yang diberikan kepada siswa akan membantu siswa dalam bernarasi. Kata kunci yang dikemas dalam bentuk media ini diharapkan akan mempermudah siswa dalam bercerita. Rasa takut salah yang ada di dalam diri siswa pun diharapkan akan berkurang karena adanya bantuan media K3. Selain itu, kata kunci yang terdapat di dalam kartu tersebut juga akan melatih daya pikir dan daya ingat siswa serta dapat memancing siswa bercerita sesuai dengan naskah cerita yang telah dibacanya. Penelitian mengenai media kartu sebelumnya pernah dilakukan pada pembelajaran diskusi. Namun, jenis kartu yang digunakan yaitu kartu permasalahan (card problem). Kartu tersebut berisi tentang permasalahan yang harus didiskusikan oleh siswa. Penelitian tersebut dilakukan oleh Hidayati (2010) dengan judul Penerapan Media Kartu Kata Permasalahan (Card Problem) dalam Pembelajaran Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Cimahi Tahun Ajaran

6 2009/2010. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai prates dengan nilai pascates setelah dilakukan treatment pada pembelajaran bercerita. Adapun penelitian mengenai kemampuan bercerita pernah dilakukan oleh Habiby (2010) dengan judul Penerapan Model Sugestopedia sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X di SMK Sandhy Putra Tahun Ajaran 2009/2010). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada peningkatan tiap siklusnya dalam pembelajaran bercerita. Selain itu, Aisyah (2010) juga melakukan penelitian mengenai kemampuan bercerita dengan judul Penerapan Teknik Kolase dalam Pembelajaran Bercerita pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Cimahi Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara nilai prates dan pascates siswa dalam bercerita setelah menggunakan teknik kolase. Berdasarkan hal tersebut, penelitian dengan media K3 dalam pembelajaran bercerita belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan sebuah penelitian dengan mengujicobakan media K3 dalam pembelajaran bercerita di SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan efektif atau tidaknya penggunaan media K3 dalam pembelajaran bercerita. 1.2 Identifikasi Masalah

7 Berdasarkan uraian di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. a. Siswa masih merasa takut, kurang percaya diri, dan malu jika diminta bercerita. Oleh karena itu, diperlukan suatu media yang dapat membantu siswa bercerita di depan kelas. b. Guru belum memanfaatkan peran media untuk memudahkan dan memaksimalkan kemampuan siswa dalam bercerita. c. Media K3 (Kartu Kata Kunci) belum digunakan sebagai suatu inovasi media dalam pembelajaran bercerita. 1.3 Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah peneliti akan menerapkan media K3 (Kartu Kata Kunci) dalam pembelajaran bercerita pada siswa kelas VII SMP Negeri 44 Bandung sebagai suatu inovasi media pembelajaran bercerita. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagaimanakah kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 44 Bandung sebelum menerapkan media K3 (Kartu Kata Kunci) pada kelompok eksperimen dan pada kelompok pembanding yang tidak menerapkan media K3?

8 b. Bagaimanakah kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 44 Bandung setelah menerapkan media K3 (Kartu Kata Kunci) pada kelompok eksperimen dan pada kelompok pembanding yang tidak menerapkan media K3? c. Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam bercerita sebelum dan setelah menerapkan media K3 (Kartu Kata Kunci) pada kelompok eksperimen dengan kelompok pembanding yang tidak menerapkan media K3? 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis a. kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 44 Bandung sebelum menerapkan media K3 (Kartu Kata Kunci) pada kelompok eksperimen dan pada kelompok pembanding yang tidak menerapkan media K3; b. kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 44 Bandung setelah menerapkan media K3 (Kartu Kata Kunci) pada kelompok eksperimen dan pada kelompok pembanding yang tidak menerapkan media K3; c. tingkat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang menerapkan media K3 (Kartu Kata Kunci) dengan kelompok pembanding yang tidak menerapkan media K3. 1.6 Manfaat Penelitian berikut. Manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai

9 1.6.1 Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini akan memperkaya wawasan guru mengenai media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara khususnya pembelajaran bercerita sehingga proses pembelajarannya pun dapat lebih variatif, inovatif, tidak monoton, dan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. 1.6.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. a. Guru dapat memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam bercerita. b. Siswa mendapatkan kemudahan pada saat bercerita di depan kelas dengan adanya media K3 (Kartu Kata Kunci). c. Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran bercerita. 1.7 Anggapan Dasar Pemaparan mengenai anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan produktif yang mempunyai peran penting dalam proses komunikasi manusia. b. Terampil berbicara akan mempermudah sesorang dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain dengan bahasa yang tepat, efektif, dan lancar.

10 c. Keterampilan berbicara siswa harus dilatih sejak dini agar siswa mempunyai keberanian dan semangat pada saat berbicara di muka umum. d. Media merupakan salah satu komponen pembelajaran yang berfungsi untuk mempermudah proses kegiatan belajar mengajar. e. Salah satu aspek dalam pembelajaran berbicara yaitu pembelajaran bercerita. Oleh karena itu, pembelajaran bercerita dengan memanfaatkan media K3 (Kartu Kata Kunci) dapat memotivasi dan memudahkan siswa untuk bercerita di depan kelas. 1.8 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menentukan signifikan perbedaan dua variabel dengan kriteria jika t hitung < t tabel maka Hi ditolak atau Ho diterima dan begitu pula sebaliknya apabila t hitung > t tabel maka Hi diterima atau Ho ditolak. Adapun penjelasan mengenai Hi dan Ho adalah sebagai berikut. Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil bercerita siswa SMP Negeri 44 Bandung pada kelompok eksperimen yang menerapkan media K3 (Kartu Kata Kunci) dengan kelompok pembanding yang tidak menggunakan media K3 (Kartu Kata Kunci). Ha = terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil bercerita siswa SMP Negeri 44 Bandung pada kelompok eksperimen yang menerapkan media K3 (Kartu Kata Kunci) dengan kelompok pembanding yang tidak menggunakan media K3 (Kartu Kata Kunci).

11 1.9 Definisi Operasional Peneliti akan mendefinisikan variabel-variabel yang berhubungan dengan segala sesuatu yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut antara lain sebagai berikut. a. Media K3 (Kartu Kata Kunci) Media K3 (Kartu Kata Kunci) merupakan suatu media pembelajaran yang berisi kata-kata kunci dari sebuah teks cerita. Media K3 (Kartu Kata Kunci) menekankan pada kemampuan siswa untuk mengingat cerita yang telah dibaca berdasarkan kata kunci yang terdapat di dalam kartu tersebut. b. Pembelajaran Bercerita Bercerita merupakan salah satu materi pelajaran pada aspek keterampilan berbicara yang bertujuan agar siswa mampu bercerita dengan bahasa yang baik. Melalui kegiatan bercerita, siswa dapat menyampaikan berbagai macam cerita baik fiktif maupun nonfiktif, berbagai pengalaman yang pernah diperoleh, dan berbagai macam perasaan yang pernah dialami, dibaca, dilihat, serta didengar.