BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X IPA 1 MAN 2 MODEL PEKANBARU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dasar sampai pendidikan menengah,bahkan hingga perguruan tinggi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang dapat bersaing secara nasional dan internasional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving. 1. Pengertian Pembelajaran Creative Problem Solving

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman konsep dalam matematika merupakan kemampuan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran, setiap sekolah harus mengacu pada nilainilai. membimbing siswa baik dalam memahami konsep pelajaran dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Siti Rohmah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian teori dalam penelitian ini adalah tentang pembelajaran model CPS ( Creative Problem Solving ), dan hasil belajar Matematika. 2.1.1 Hasil Belajar Sudjana (2001) menyatakan, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil peristiwa belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian tingkah laku seseorang. Sedangkan Hamalik (2002) menyatakan bahwa, perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Rasyid (2008:9) berpendapat bahwa hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi ke dalam bentuk angka-angka. Simpulan dari pendapat-pendapat diatas adalah, bahwa hasil belajar merupakan keadaan seseorang yang telah mengalami perubahan perilaku, terjadi bukan karena suatu ketidaksengajaan dan perubahan tersebut merupakan sebuah peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya dan bisa juga dinyatakan dalam bentuk angka. 2.1.1.1 Ciri-Ciri Hasil Belajar Sudjana (1990) dalam Harefa (2012) menyebutkan ciri-ciri hasil belajar antara lain, a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motifasi belajar intrinsik pada diri siswa. Artinya siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan 6

7 berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya, dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain, apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreatifitasnya. d. Hasil belajar siswa yang diperoleh siswa yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif) yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, ketrampilan atau perilaku. 2.1.2 Hakikat Matematika Arini (2008) mengatakan bahwa matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Tim Penyusun KBBI (2007:723) mengartikan matematika sebagai: ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia ( Permendiknas, 2008:134) Matematika menurut Jujun (2007) dalam Wahyudi dan Kriswandani (2013:9) matematika merupakan bahasa yang eksak, cermat, dan terbatas dari emosi. Matematika sebagai bahasa merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Subarinah (2006) dalam Wahyudi dan Kriswandani (2013:10) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya adalah sebuah sistem matematika yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Matematika adalah juga suatu permainan; matematika dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan(wahyudin,2008:11).

8 Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu tentang bilangan dengan bahasa eksak cermat dan terbatas dari emosi, bersifat abstrak dengan konsep yang hirarkis, merupakan sebuah ilmu yang dapat memecahkan berbagai macam persoalan dalam kehidupan nyata sehari-hari, bahkan dapat menjadi suatu hal yang menyenangkan. 2.1.3 Tujuan Matematika SD Matematika sekolah di SD yang ditetapkan oleh pemerintah dan dikutip oleh Aisyah (2007:4), yaitu: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengkomunikasikan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjalas keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah. 2.1.4 Pembelajaran Model Creative Problem Solving US Department of Education (2001) dalam Rosalin (2008:26) mendefinisikan CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa. Nurcahyo (2005) dalam Hakiim (2009:57) menyatakan model Creative Problem Solving adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada ketrampilan pemecahan

9 masalah yang diikuti dengan penguatan kreatifitas. Siswa mampu memecahkan permasalahan dengan diberikan rangsangan terlebih dahulu sehingga siswa mampu menentukan pilihan terbaik. Para siswa yang sedang dalam proses problem solving yang kreatif menggunakan metode penemuan. Penemuan barangkali merupakan suatu deskripsi yang baik untuk kreatifitas (Wahyudin:2008:39). Salah satu contoh mata pelajaran yang dapat menggunakan teknik Creative Problem Solving yaitu pelajaran matematika, karena ada banyak kegiatan yang melibatkan kreatifitas dalam memecahkan masalah, seperti riset dokumen, pengamatan terhadap lingkungan sekitar, kegiatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, dan penulisan yang kreatif. Dengan Creative Problem Solving, siswa dapat memilih, bahkan mengembangkan ide dan pemikirannya. Berbeda dengan hafalan yang sedikit menggunakan pemikiran, Creative Problem Solving memperluas proses berpikir siswa sehingga lebih tajam (Rosalin, 2008:58). Creative Problem Solving merupakan representasi dimensi-dimensi proses yang alami, bukan suatu usaha yang dipaksakan. CPS merupakan pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih tersusun dari awal yang harus terus-menerus mendapat rangsangan (Hakiim,2009:57) Simpulan dari pendapat-pendapat diatas adalah bahwa Creative Problem Solving merupakan salah satu model pembelajaran dengan melibatkan kreatifitas dalam memecahkan masalah melalui proses yang alami. Dan proses penemuan dalam model CPS ini dapat memperluas proses berpikir siswa. 2.1.4.1 Langkah-Langkah Creative Problem Solving Nurcahyo (2005) dalam Rosalin (2008:59) menuliskan langkah-langkah Creative Problem Solving yaitu sebagai berikut. a. Klarifikasi masalah Meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian yang diharapkan. b. Pengungkapan gagasan

10 Siswa dibebaskan untuk mengungkapkan gagasan tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. c. Evaluasi dan seleksi Setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah. d. Implementasi Siswa menentukan strategi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya hingga menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. 2.1.4.2 Kelebihan Model CPS dalam Pembelajaran Matematika Dalam http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2112461/kelebihan - dan-kekurangan-metode-problem-solving/#ixzz2dndh1sdo disebutkan beberapa kelebihan model Creative Problem Solving antara lain: 1) Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan sehari-hari. 2) Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. 3) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif. 4) Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya. 2.1.4.3 Implementasi Model CPS dalam Menentukan Nilai Tempat Ratusan, Puluhan dan Satuan Implementasi model CPS dalam pembelajaran Matematika menurut Cahyono(2007) dalam http://pendidikan-keilmuan.blogspot.com/2008/06/pengembangancreative-problem-solving.html menyebutkan beberapa tahap implementasi yaitu: 1) Tahap awal Guru menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, kemudian mengulas kembali materi tentang KD.1.3 menenukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan, yang akan dipelajari siswa dan menjelaskan aturan main dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model creative problem solving. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

11 2) Tahap inti Siswa membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa yang dibentuk oleh guru secara heterogen. Tiap kelompok mendapat modul, LKS, dan alat peraga yang berupa kartu bilangan untuk dibahas bersama dalam kelompoknya. Secara berkelompok siswa memecahkan permasalahan yang terdapat dalam LKS sesuai dengan petunjuk yang tersedia didalamnya. Siswa mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan masalah. Peranan guru dalam hal ini adalah menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstorming dalam rangka menjawab pertanyaan atas dasar interest siswa. Penekanan dalam pendampingan siswa dalam menyelesaikan permasalahan adalah sebagai berikut: a. Klarifikasi masalah Setelah guru menjelaskan materi pembelajaran tentang menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan, siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan menerima beberapa tugas yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru bersama siswa mengklarifikasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran tersebut sehingga siswa mengetahui solusi yang diharapkan dari pembelajaran tersebut. Dalam tahap ini, masing-masing kelompok mengajukan permasalahannya kepada guru tentang materi pembelajaran dalam menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan. b. Pengungkapan gagasan Siswa menggali dan mengungkapkan pendapat sebanyak-banyaknya berkaitan dengan strategi pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran tersebut. c. Evaluasi dan seleksi Setelah diperoleh daftar gagasan-gagasan, siswa bersama guru dan teman lainnya mengevaluasi dan menyeleksi berbagai gagasan tentang strategi pemecahan masalah, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu strategi yang optimal dan tepat. d. Implementasi

12 Dalam tahap ini, siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas dengan menggunakan media sesuai dengan kreatifitasnya untuk menyampaikan gagasannya dan mendapatkan saran dan kritik dari pihak lain sehingga diperoleh solusi yang optimal berkaitan dengan pemecahan masalah. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran ke arah matematika formal. 3) Tahap penutup Sebagai pemantapan materi, secara individual siswa mengerjakan pop quiz yang ditampilkan dengan media pembelajaran dan guru memberikan penghargaan bagi siswa yang mampu memecahkan permasalahan sebagai upaya memotivasi siswa dalam mengerjakan soal-soal. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan latihan, siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan umumnya telah ada contoh soal. Pada masalah, siswa tidak tahu menyelesaikannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu masalah. 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Adi Nur Cahyono (2007) dengan judul Pengembangan Model Creative Problem Solving Berbasis Teknologi dalam Pembelajaran Matematika di SMA Ibu Kartini Semarang Kelas X Semester Genap Tahun Pelajaran 2006/2007. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan model Creative Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dengan reliabilitas tinggi yaitu sebesar 98,30%. Adanya peningkatan keaktifan siswa yang semula rata-rata yang diperoleh adalah 65,0 menjadi 80,57 pada pertemuan terakhir. Penelitian yang dilakukan oleh Juwita Sari (2011) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Malang Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan model Creative Problem Solving dapat

13 meningkatkan hasil belajar yaitu lebih dari 70% dari jumlah siswa mendapatkan skor 65. Dan dapat dilihat dari persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I yaitu dari 75,60% menjadi 85,36% pada siklus II. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Kustiyani (2013) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievment Division untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas 5 SDN Noborejo Semester II Tahun Akademik 2012/2013. Penggunaan model pembelajaran STAD melalui penelitian tindakan kelas ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya materi geometri di kelas V SDN Noborejo Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Pada kondisi awal rata-rata hasil belajar siswa sebesar 58,76. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 72,80. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi 83 dengan persentase ketuntasan mencapai 94%. Persamaan penelitian terdapat pada instrumen yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan tes dan non-tes. Sedangkan perpedaan terletak pada masalah, tujuan, tindakan, variabel dan subjek penelitian. 2.3 Kerangka Pikir Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang disukai oleh sebagian siswa. Sifat abstrak dari pelajaran Matematika sering menyebabkan siswa sulit memahami materi yang akibatnya membuat kesan bahwa pelajaran matematika tersebut merupakan pelajaran yang menakutkan. Tujuan pembelajaran dapat dicapai maksimal jika guru dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai bagi siswanya. Dan, sebaiknya guru menggunakan pembelajaran yang menyenangkan, agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif selama proses belajar mengajar. Salah satu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah dengan model Creative Problem Solving. Dengan Creative Problem Solving, siswa dilatih untuk mengatasi masalah dan membuat keputusan sesuai dengan langkah-langkah CPS dalam small discussion, presentasi dan pop quiz sebagai tahap akhir. Kerangka pikir tentang penggunaan pembelajaran model Creative problem Solving pada mata pelajaran Matematika dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai berikut:

14 Pembelajaran Matematika Guru Menyampaikan Materi Pembelajaran Konvensional Siswa kurang konsentrasi Guru sebagai fasilitator Model CPS Proses berfikir abstrak ke konkret Diskusi dan presentasi Hasil belajar <KKM Pop quiz Proses berfikir konkret ke abstrak Siswa mengkonstruksi Hasil belajar > KKM Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Pikir 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: Pembelajaran model Creative Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada Kompetensi Dasar (KD) 1.3 menentukan nilai tempat ratusan, puluhan maupun satuan siswa kelas II SDN Purwodadi Margoyoso Pati.