I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

JIIA, VOLUME 3 No. 2, APRIL 2015

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

BAB I PENDAHULUAN. makanan organik. Permintaan terhadap produk-produk organik di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian sangat penting, oleh karena itu dalam proses pembangunan harus dikembangkan jalinan dan komunikasi yang akrab antara pemerintah, penyuluh, dan masyarakat dalam kegiatan penelitian, pengujian, bimbingan dalam penerapan teknologi, dan lain-lain. Teknologi pertanian merupakan cara-cara bertani, termasuk bagaimana petani menyebarkan benih, memelihara tanaman, dan lain-lain. Salah satu teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen terhadap mutu dan keamanan pangan adalah pertanian organik. Melihat betapa pentingnya pertanian organik yang ramah lingkungan maka Departemen Pertanian RI juga memiliki program untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (eco agribusiness) yaitu gerakan Go Organic 2010, tujuannya untuk meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan masyarakat dengan visi mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik terbesar di dunia pada tahun 2010.

2 Gerakan pertanian organik mulai berkembang di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian organik dunia. Konsumen di negara maju menjadi pencetus awal dan inspirasi pertanian organik di Indonesia. Pertanian organik di Provinsi Lampung mulai digalakkan pada tahun 2009, bidang hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Lampung mencanangkan program Go Organic dengan memberikan pelatihan pada petani yang disalurkan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, kemudian Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tersebut menindaklanjuti pelatihan sekolah lapang (SL). Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Metro merealisasikan Go Organic dengan program SL pada berbagai jenis tanaman, antara lain yaitu: pare, padi, bayam, kangkung, dan cabai. Wilayah Kota Metro berkembang di atas lahan pertanian, yang sebagian besar berupa sawah irigasi teknis dan produktif. Perkembangan ini makin dipercepat oleh pembangunan prasarana jalan, sehingga lahan permukiman dan persawahan yang dibangun cenderung mengikuti jaringan jalan. Kota Metro terdiri dari lima Kecamatan, sedangkan luas wilayah Kota Metro dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas wilayah Kota Metro menurut Kecamatan dan persentasenya No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase Terhadap Luas Metro 1 Metro Selatan 1.433 20,85% 2 Metro Barat 1.128 16,41% 3 Metro Timur 1.178 17,14% 4 Metro Pusat 1.171 17,04% 5 Metro Utara 1.964 28,57% Jumlah 6.874 100,00% Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Metro, 2012

3 Tabel 1 menunjukkan bahwa Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Metro Utara yaitu sebesar 1.964 Ha, sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Metro Barat. Total luas wilayah Kota Metro sebesar 6.874 Ha. Pertanian merupakan salah satu potensi wilayah yang terdapat di Kota Metro. Pertanian tanaman pangan dan peternakan menjadi penyumbang kegiatan ekonomi pertanian, selain perdagangan besar dan eceran. Kemajuan dan pembangunan dalam berbagai bidang tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Teknologi yang senantiasa berubah merupakan salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian. Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian akan terhenti yang mengakibatkan menurunnya produksi pertanian. Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Meningkatnya penggunaan alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian menyebabkan lahan pertanian di Indonesia semakin sempit. Untuk mencukupi kebutuhan pangan manusia dengan kondisi lahan yang sempit sangat sulit diwujudkan. Selain masalah lahan yang sempit ketersediaan air juga menjadi kendala, air merupakan sumberdaya utama dalam produksi tanaman pertanian. Pola penggunaan lahan di Kota Metro secara garis besar dikelompokkan ke dalam 2 (dua) jenis penggunaan, yaitu lahan terbangun (build up area) dan tidak terbangun. Lahan terbangun terdiri kawasan permukiman, fasilitas

4 umum, fasilitas sosial dan fasilitas perdagangan dan jasa, sedangkan lahan tidak terbangun terdiri dari persawahan, perladangan, dan penggunaan lainlain. Kecamatan Metro Utara merupakan Kecamatan terluas di Kota Metro yang penggunaan lahannya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Luas lahan menurut penggunaan di Kecamatan Metro Utara Kelurahan Pekarangan Tegal/ Kebun Htn Rakyat Rawa rawa (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Irigasi Sawah (Ha) Lain lain Perairan Umum Kolam Jml Tadah Hujan Jml (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Banjarsari 247 7 3 2 238 10 248 1,075 65,925 1 575 Purwosari 111 12 20 1 99 0 99 1,525 11,475 0 256 Purwoasri 136,43 15 30 1 139 6 145 1,325 19,245 14 362 Karangrejo 329 58 20 2 290 14 304 1,395 56,605 0 771 Jumlah 823,43 92 73 6 766 30 796 5,32 153,25 15 1.964 Sumber: Dinas Pertanian Kota Metro, 2012 Tabel 2 menunjukkan bahwa luas lahan Kecamatan Metro Utara adalah 1.964 Ha. Kelurahan Karangrejo mempunyai sawah irigasi yang paling luas yaitu 290 (Ha), dan juga menjadi sentra sayuran di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Disebut sebagai sentra karena jumlah produksi sayuran di Karangrejo merupakan yang paling banyak di Kecamatan tersebut, selain itu juga menjadi pusat studi. Budidaya sayuran organik di Kelurahan Karangrejo, dilakukan secara organik. Sayuran organik sebagai salah satu produk yang dihasilkan dari pertanian bersifat ramah lingkungan dan lebih mendekatkan diri kepada konsep alam (back to nature), sehingga mampu memberikan jaminan kualitas yang relatif lebih baik dibandingkan dengan sayuran biasa. Mengkonsumsi makanan organik juga memiliki dampak yang luar biasa baik bagi kesehatan di masa mendatang. Menurut riset, sebagian besar yang mengkonsumsi

5 makanan non organik adalah dari kalangan generasi muda. Hasil studi terakhir membuktikan bahwa anak-anak terkena empat kali lebih banyak efek pestisida daripada orang dewasa. Pilihan makanan yang non-residu kimia dan pestisida saat ini akan membawa pengaruh penting pada kesehatan generasi muda sehingga akan meningkatkan kualitas Bangsa Indonesia. Tidak hanya sehat bagi konsumen, praktek pertanian organik juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi para petani, karena petani dapat terhindar dari paparan bahan-bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian (Kania. Z, 2011). Saat ini masyarakat mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian, dan semakin bijak dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Perkembangan akhir-akhir ini diketahui bahwa penggunaan bahan kimia pupuk dan pestisida yang berlebihan ternyata dapat menimbulkan banyak masalah. Masalah tersebut yaitu dalam usaha meningkatkan produksi, efisiensi harga produk, dan pendapatan petani serta daya dukung lingkungan yang menurun tajam. Penggunaan pestisida sebagai salah satu cara untuk mengendalikan hama, bisa merugikan panen mereka. Sering kali cara yang dilakukan tersebut justru membahayakan, seperti penggunaan pupuk kimia yang membuat kondisi tanah kurang subur, pestisida mengakibatkan pencemaran lingkungan dan hilangnya predator alami yang justru berperan dalam menciptakan keseimbangan ekosistem. Untuk mengatasi kerusakan tanah yang berkelanjutan perlu adanya sistem yang menjamin terciptanya lingkungan yang sehat dan ramah yang salah satunya melalui sistem organik.

6 Sayuran organik merupakan komoditas hortikultura yang banyak diminati untuk dikembangkan pada pertanian organik saat ini. Keistimewaan dari sayuran organik adalah mengandung antioksidan 10-50 persen di atas sayuran non organik. Sayuran organik sebagai salah satu produk yang dihasilkan dari pertanian bersifat ramah lingkungan dan lebih mendekatkan diri kepada konsep alam, sehingga mampu memberikan jaminan kualitas yang relatif lebih baik dibandingkan dengan sayuran biasa. Hal tersebut mendorong petani sebagai produsen untuk melakukan budidaya sayuran organik. Budidaya sayuran organik pada lahan sawah di Kelurahan Karangrejo bertujuan untuk mendekatkan konsumsi sayuran organik serta budidaya yang ramah lingkungan. Selain itu dari segi ekonomis, sayuran organik harga jualnya lebih tinggi. Semakin banyaknya minat untuk mengkonsumsi sayuran yang sehat, maka berbagai teknologi budidaya sayuran dikembangkan untuk mencapai produktivitas yang diinginkan yaitu melalui pertanian organik. Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Masyarakat sebagai konsumen mulai memperhatikan kesehatan, salah satu caranya yaitu dengan mengkonsumsi sayuran organik. Prospek ekonomis dari pertanian ini cukup baik seiring dengan berubahnya pola konsumsi manusia, karena manusia lebih memilih makanan yang sehat meskipun dengan harga yang lebih mahal. Oleh karena itu, pertanian organik memberikan dampak yang baik bagi

7 kesejahteraan petani, karena harga dan kualitasnya yang bermutu tinggi. Selain itu bertanam secara organik juga dipilih untuk menjaga kesuburan tanah, akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam budidaya sayuran organik. Kelebihannya yaitu melindungi generasi mendatang dari kerusakan lingkungan dan residu pestisida, jaminan kesehatan dari sayuran yang dikonsumsi. Kelemahannya yaitu biaya yang diperlukan dalam budidaya sayuran organik mahal, jika perlakuannya kurang tepat dapat menurunkan produksi. Kelurahan Karangrejo dipilih sebagai lokasi untuk penelitian ini dikarenakan daerah tersebut merupakan sentra produksi sayuran organik yang ada di Kota Metro. Namun stoknya masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat setempat, karena terbatasnya jumlah lahan maka hasil panen yang didapat juga kurang maksimal. Jumlah produksi sayur-sayuran di Kecamatan Metro Utara dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas panen dan produksi sayuran di Kota Metro Kecamatan Luas Tanam (Ha) Luas Panen Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton) Metro Utara 2145,0 2145,0 752,5 2604,5 Metro Selatan 20,0 20,0 298,5 74,7 Metro Pusat 5,5 5,5 44,0 74,0 Metro Barat 3,7 3,7 188,0 8,8 Metro Timur 2,0 2,0 50,0 5,0 Sumber: Dinas Pertanian Kota Metro, 2012

8 Tabel 3 menunjukkan jenis sayuran yang diproduksi di Kota Metro. Sebagai sentra sayuran di Kota Metro, Kecamatan Metro Utara memiliki produksi sayuran yang paling banyak, yaitu 2604,50 ton. Abu Bakar, M (29 Mei 2013) menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan SDM Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) memberikan pelatihan bulanan rutin setiap 2 minggu sekali mengenai program penanaman sayuran organik, hal ini dikarenakan sekitar 85% penduduk Metro Utara berprofesi sebagai petani (Radar Metro, 2013). Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunaan pupuk kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering, karena terjadinya interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia secara terpadu. Penggunaan pupuk kimia secara bijaksana diharapkan memberikan dampak yang lebih baik di masa depan. Tidak hanya pada kondisi lahan dan hasil panen yang lebih baik, tetapi juga pada kelestarian lingkungan (Musnamar, 2005). Meningkatnya produksi pertanian merupakan akibat dari pemakaian teknik atau metode baru di dalam berusahatani. Teknologi yang digunakan dalam suatu usahatani, mampu menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Memperbaiki satu atau beberapa bagian teknologi sapta usahatani dapat meningkatkan produksi. Apabila tingkat penerapan budidaya sayuran organik bagus, maka hasil produksi akan maksimal dan akan meningkatkan pendapatan.

9 Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat penerapan teknologi budidaya sayuran organik di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro. 2. Bagaimana tingkat pendapatan petani sayuran organik di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui tingkat penerapan teknologi budidaya sayuran organik di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro. 2. Mengetahui tingkat pendapatan petani sayuran organik di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kota Metro. C. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Informasi bagi petani dalam penerapan dan penggunaan pupuk organik 2. Bahan masukan bagi penyuluh pertanian dalam melaksanakan penyuluhan kepada petani mengenai pertanian organik. 3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.