BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN MASJID RAYA BAITURRAHMAN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK PESANTREN AL-MA UNAH CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu ibadah yang dapat mencakup hablu min Allâh dan

BAB IV ANALISIS PENARIKAN TANAH WAKAF UNTUK MEMBAYAR HUTANG AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu ibadah yang dapat mencakup hablu min Allâh

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB V ANALISIS KOMPARATIF PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT PENDAPAT EMPAT MADZHAB DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya

BAB IV PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. di sisi Allah SWT. Perbuatan tersebut berwujud melepaskan hak atas. wakif (pemberi wakaf). Adapaun amal kebajikan itu diharapkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.

BAB IV. mensyaratkan kekekalan di dalamnya dengan membeli sesuatu harta yang lain

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI RUMAH BERSTATUS TANAH WAKAF DI KARANGREJO BURENG KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV ANALISA DATA. A. Praktek Jual Beli Tanah Wakaf Wakaf Pemakaman di Pekon Pajajaran Kecamatan Kotaagung Barat Kabupaten Tanggamus

BAB III ANALISIS HUKUM RUISLAG TANAH WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

SENGKETA TANAH WAKAF MASJID DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA PAKEM KEC. SUKOLILO KAB. PATI) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. zakat, infak dan shadakah. Lembaga wakaf yang dikenal di lingkungan umat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai kepentingannya guna keperluan ibadah atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia disebut sebagai makhluk sosial. Islam mengajarkan kita untuk saling

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA TERHADAP PENDIRIAN BANGUNAN USAHA PEDESAAN DI TANAH ANDIL DI DESA TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV ANALISIS TERHADAP KEWENANGAN NADZIR DAN MANAJEMEN PENDAYAGUNAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL KHOIRIYYAH SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN PA SURABAYA OLEH PTA SURABAYA

BAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR. Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga

BAB II TINJAUAN UMUM WAKAF. waqafa yaqifu waqfan sama dengan h}abasa yah}bisu h}absan. 1

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG WAKAF. sekaligus rawan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu sudah sewajarnya kita

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat hablum minallah wa

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya, namun harta yang diperoleh itu juga mempunyai fungsi sosial 1. Di

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat penciptaan manusia dan jin oleh Allah Swt adalah untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendayagunaan Harta Benda Wakaf Di Wilayah Kantor Urusan. Agama (KUA) Kecamatan Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu lembaga yang dianjurkan oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh

BAB II WAKAF MENURUT ISLAM

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK WAKAF BERSYARAT

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WAKAF. Kata wakaf dalam bahasa Indonesia berasal dari kata

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke Indonesia pada abad ke 13M. Sampai saat ini wakaf dalam

BAB I PENDAHULUAN. SWT yang berkaitan dengan harta benda adalah wakaf. Wakaf telah

BAB II WAKAF MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WAKAF BERSYARAT DI YAYASAN DIAN INSANI KECAMATAN PEDURUNGAN LOR KOTA SEMARANG

BAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA

wakaf.wakaf merupakan pemberian harta atau aset wakaf secara cuma-cuma demi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK WAKAF TUNAI PADA YAYASAN WAKAF BINA AMAL SEMARANG. A. Analisis terhadap Konsep Wakaf Tunai pada Yayasan Wakaf Bina

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pelepasan dan Perubahan Kepemilikan Harta

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

JABATAN PELAJARAN TERENGGANU SUMATIF 2 SIJIL PELAJARAN MALAYSIA 2013 PENDIDIKAN ISLAM

ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. untuk terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WAKAF DAN IS BAT WAKAF

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dipatuhi tetapi juga tauhid, akhlak dan muamalah, misalnya ketika seseorang ingin

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

PENGERTIAN TENTANG PUASA

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN MASJID RAYA BAITURRAHMAN SEMARANG Dalam bab ini penulis akan mencoba membuat suatu analisa data yang ada atau kenyataan-kenyataan yang telah penulis tulis pada bab sebelumnya. Dalam hal ini yayasan Baiturrahman Semarang terutama untuk dihadapkan atau dicocokkan / perbandingan dengan landasan teori tentang kenyataan-kenyataan itu, apakah sudah sesuai atau belum undang-undang maupun dengan syari at Islam. Penulis memilih beberapa keadaan atau persoalan pengelolaan tanah wakaf yang ada di yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang yaitu : A. Proses Perwakafan Tanah di Yayasan Masjid Raya Baiturrman Semarang. Wakaf adalah menahan harta baik secara abadi maupun sementara, untuk dapat dimanfaatkan langsung atau tidak langsung dan diambil manfaat hasilnya secara berulang-ulang di jalan kebaikan, umum atau khusus. 1 Dari pengertian tentang wakaf baik yang diutarakan dalam kitab-kitab fiqh, maupun dalam pasal 218 Kompilasi Hukum Islam (KHI) jo. Pasal 1 (1) PP No. 28/1977, maka dapat ditarik cakupan wakaf meliputi : 1. Harta bendanya milik seseorang atau sekelompok orang. 2. Harta benda tersebut bersifat kekal dzatnya, tidak habis pakai. 3. Harta tersebut dilepas kepemilikannya oleh pemiliknya. 4. Harta yang dilepas kepemilikannya tersebut tidak dapat diperjual-belikan, dihibahkan atau diwariskan. Manfaat dari harta benda tersebut untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam. 1 Mudzir Qohaf, Manajemen Wakaf Produktif, Khalifah, Jakarta, 2000, hlm.45 50

51 Wakif atau orang yang mewakafkan harta bendanya pada praktek perkwakafan yang terjadi di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang, mereka adalah orang-orang yang telah dewasa dan sehat akalnya serta oleh hukum mereka tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum, atas kehendak sendiri dan tidak ada paksaan dari orang lain. Ketentuan mengenai wakif dalam praktek perwakafan di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang sejalan dengan ketentuan pasal 215 KHI jo. Pasal 1 PP No.28/1977. Maukuf atau benda yang diwakafkan pada praktek perwakafan di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang semuanya berupa benda-benda yang dapat diambil manfaatnya dalam waktu yang lama dan tidak habis sekali pakai. Tercatat dalam Daftar Akta Ikrar Wakaf, bahwa hampir semua benda wakaf yang berada di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang ini berupa tanah pekarangan yang diperuntukkan manfaatnya untuk kepentingan peribadatan (masjid, musholla, panti asuhan) dan kepentingan umum lainnya (madrasah, pondok pesantren, dan lainnya). Dengan demikian maukuf yang ada di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang berupa A yaan (benda-benda) bukan hanya manfaatnya saja tanpa melepaskan unsur kepemilikannya. Ketentuan ini sejalan dengan pasal 217 KHI jo. Pasal 4 PP No. 28/1977. Maukuf Alaih atau tujuan daripada diwakafkannya benda-benda wakaf yang berada di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang adalah sematamata hanya untuk mencari pahala jariyah dan ridlo Allah SWT, dan tidak ada unsur kemaksiatan di dalamnya. Jadi jelaslah maukuf alaih dalam praktek perwakafan di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang sesuai dengan

52 peraturan perundang-undangan tentang perwakafan yang berlaku, secara kenyataan proses wakaf tanah di yayasan ini pada prinsipnya telah baik dan sesuai dengan mestinya, jika ditinjau dari segi rukun wakaf yaitu dengan adanya Wakif, Wakaf, Muakkaf Ilai, dan Sighot Wakaf. Adapun persyaratan bagi wakif yaitu haruslah mempunyai kecakapan melakukan Tabbaru yaitu melepaskan hak milik tanpa adanya imbalan material, keharusan adanya kecakapan ini mengandung suatu konsekuensi bahwa perbuatan wakif ini hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang telah dewasa (Baligh), memiliki akal sehat, serta tidak adanya unsur paksaan dalam berbuat. Kecakapan bertabbaru ini didasarkan oleh pertimbangan akal yang sempurna pada orang yang telah mencapai umur baligh. Syarat-syarat harta wakaf atau maukuf adalah milik penuh si wakif, oleh sebab itu wakif yang mewakafkan benda yang bukan miliknya wakaf itu menjadi batal. Sedang milik dalam pengertian secara istilah dapat diartikan sebagai berikut memberikan bagi yang dibolehkan oleh syara yang membolehkan pemiliknya untuk mentasyarufkan kecuali ada penghalang. Wakaf sebagai perbuatan tabbaru yang tidak mengharap imbalan materi, maka benda wakaf harus milik sah pewakaf sebab bila barang tersebut masih berkaitan dengan sesuatu yang bukan miliknya, maka akan menyebabkan kerugian bagi orang lain. Di yayasan Masjid Raya Baiturrahaman Semarang terdapat tanah wakaf yang telah dijadikan tempat tinggal oleh warga yaitu tanah wakafnya Bapak Hadiyanto. Dengan kenyataan ini maka perlu disesuaikan dengan syarat yang ada dalam Islam dan undang- undang di Indonesia.

53 Dalam Impres No 1 Tahun1991 Kompilasi Hukum Islam pasal 215 (4) menyebutkan : Benda wakaf adalah segala benda, baik benda bergerak atau tidak bergerak yang tidak hanya sekali pakai yang bernilai menurut ajaran Islam 2 Dalam pasal 217 (3) tentang tanah wakaf milik yang syah yaitu Benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam pasal 215 (4) harus merupakan benda milik yang begas dari segala pembebasan, ikatan, sitaan dari perkara 3. Mengenai syarat maukuf alaih adalah orang yang mampu memenuhi ketentuan dari wakif dengan demikian badan hukum yang tidak mampu memenuhi ketentuan dari wakif, dengan sendirinya menerima wakaf tersebut dianggap batal. Penerima wakaf (yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang) bentuknya adalah badan hukum, namun boleh dikatakan badan hukum ini sudah cukup baik,terbukti di tanah wakaf tersebut sudah terbangun TPQ dan tepat panti asuhan yayasan tersebut telah menggunakan tanah wakaf sesuai dengan nilai-nilai ibadah. Namun di sisi lain juga ternyata tanah wakaf di yayasan ini ada yang belum di melestarikan tanah wakaf secara maksimal untuk memenuhi ketentuan dari wakif. Terbukti dengan adanya tanah yang tidak didayagunakan untuk sebagaimana mestinya baik itu ibadah, pendidikan, ataupun sarana sosial lainnya masih dibiarkan tanpa memberi manfaat. Padahal tanah kebun tersebut bisa dijadikan lahan produktif misalnya untuk kontrakan atau untuk tempat kost 2 Abdhul Ghofur Anshori. Hukum dan Pratek Perwakafan di Indonesia, Pilar Media: Yogyakarta 2005, hlm 129 3 Ibid, hlm 130

54 sehingga tidak dijadikan tempat tinggal warga yang akan menjadikan sengketa ketika akan dibutuhkan dan dikelola oleh yayasan. Adapun pernyataan wakaf atau sighot wakaf pada dasarnya adalah suatu pernyataan yang menunjukkan kepada pelepasan suatu hak dengan tujuan mewakafkan suatu harta benda. Dari kenyataan yang ada, dapatlah penulis menarik suatu kesimpulan bahwa sighot wakaf yang dilaksanakan oleh para wakaf pada waktu mewakafkan tanahnya di yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang pada dasarnya telah sesuai dengan hukum Islam dan perundangundangannya yang berlaku di Indonesia, dalam artian pernyataan menunjukkan kepada pelepasan suatu hak dengan tujuan mewakafkan suatu harta benda.. Tata cara wakaf yang ada di yayasan Masjid Raya Baiturrahman dapat penulis simpulkan sudah sesuai dengan kitab fiqh maupun perundang-undangan di Indonesia, dalam arti bahwa, dikatakan sudah sesuai dengan kitab fiqh karena si wakif yang mewakafkan tanahnya ke yayasan sudah memberikan kata sighot kepada maukuf kelak atau yayasan (sebagai nadzir) dan disertai penyerahan barang yang akan di wakafkan (dalam bentuk blanko surat-surat pernyataan), dan barang tersebut bisa diambil manfaatnya secara terus menerus, dan menetapkan penggunaannya pada jalan yang benar. Dalam hal ini juga dapat dikatakan sudah sesuai dengan perundangundangan di Indonesia karena di yayasan ini, sejak mulai tahun 1992 mengadakan pembenahan-pembenahan/perbaikan-perbaikan untuk menyesuaikan dengan perundang-undangan tersebut

55 Dari fenomena di atas dapat penulis simpulkan bahwa proses perwakafan yang ada di yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang sudah sesuai dengan undang-undang perwakafan yaitu telah memenuhi unsur-unsur wakaf yaitu : 4 a. wakif b. nadzir harta c. benda wakaf d. ikrar wakaf e. peruntukan harta wakaf Kelima unsur tersebut nampak kita dapatkan dalam proses perwakafan yang terjadi di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang. Dengan demikian proses perwakafan yang ada di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang telah memenuhi unsur-unsur cakupan wakaf tersebut, walaupun belum tercatat secara tertib hukum maupun tertib adminsitrasinya. Jadi praktek tersebut dapat dikategorikan ke dalam bentuk wakaf. B. Pengelolaan tanah wakaf oleh di yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang. Dalam ilmu fiqh tidak disebutkan secara intrinsik / secara detail tentang pengelolaan tanah wakaf, namun sebagaimana telah dilaksanakan oleh Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang, yaitu mendayagunakan tanah wakaf untuk tempat pendidikan (PTQ) dan panti asuhan. Sehingga didalamnya terdapat pengelolaan yang sudah dilakukan sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab 4 Hadi Setia Tunggal, Undang- Undang Wakaf, Harvarindo, Jakarta,2005, hlm 4

56 terdahulu, dari sinilah penulis akan mengkaji pengelolaan tanah wakaf yang ada di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang. Dalam prakteknya Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang menggunakan sistem pengelolaan, yang diberi tanggung jawab sepenuhnya kepada pengurus harian yang mengelola langsung baik itu TPQ, maupun panti asuhan. Sedang yang dimaksud nadzir atau pengurus, yang mempunyai tanggung jawab hanya menerima laporan keuangan baik itu pemasukan maupun pengeluaran. Dari situlah praktek pengelolaan tanah wakaf yang ada di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang. Berdasarkan telaah diatas, karena makin besarnya harapan umat Islam agar pengelolaan tanah wakaf dapat dilakukan sebaik-baiknya dan dikelola semaksimal mungkin. Hal ini agar tanah wakaf yang sudah terkumpul dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagaimana keinginan pewakif, dan ini adalah tanggung jawab yang mengelola baik itu perorangan maupun berbadan hukum biasa di Indonesia dikenal dengan sebutan nadzir. Setiap tanah wakaf hendaklah diusahakan hasil dan pemanfaatannya secara maksimal sehingga disini diperlukan adanya pengawasan, pemeliharaan, penjagaan, serta pengelolaan tanah wakaf yang baik. 5 Untuk mengurangi rasa lillahita alanya nadzir (tanpa mengharap imbalan suatu apapun yang berbentuk materi, kecuali ridho Allah), maka menurut hemat penulis juga ada imbalan (bisyaroh) sepantasnya kepada nadzir. Akan tetapi yang perlu diluruskan adalah upaya pengawasan atas benda-benda wakaf tersebut. hlm. 5 Dirjer Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag., Ilmu Fiqh Jilid 3, Jakarta, 1986,

57 Karena selama ini ada kesan apabila proses verbalnya selesai dalam artian sudah mendapatkan Akta Ikrar Wakaf (AIW) ataupun sertifikat wakaf, maka tugas Kepala KUA selesai, tanpa adanya monitoring secara periodik atas benda-benda wakaf yang ada, termasuk juga terhadap para nadzirnya. Dalam hal pengurusan dan tanggung jawab atas tanah wakaf dan hasilnya dapat dilaksanakan dengan baik serta tulus ikhlas oleh para nadzir di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang. Dalam hal membuat laporan secara periodik sampai saat ini (bulan Desember 2005) belum sampai semua terlaksana, adapun hak-hak nadzir telah diatur dengan jelas di dalam Pasal 221 KHI jo. Pasal 3 PP 28/1977, yaitu ia berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang sejenis dan jumlahnya ditentukan berdasarkan kelayakan, atas saran majelis ulama dan kantor urusan agama setempat. Selama ini yang berlaku di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang nadzir memperoleh ijaroh atau fasilitas tidak dari prinsip tersebut, hanya inisitif nadzir. Sehingga Menurut hemat penulis hal ini perlu diluruskan mengingat begitu besar kewajiban nadzir sehingga pantaslah apabila ia mendapatkan fasilitas dan kesejahteraan yang dimaksud dalam pasal tersebut. Hal ini sebagaimana dalam hadits : عن ابن عمر قال:... فتص د ق ب ه اع م ر : ان ه لاي ب اع اص له ا, و لا ي و ر ث, و لا ي و ه ب, ف تص د ق ب ه اف ى ا ل ف قر اء, و ف ى ال قر ب ى, و ف ى الر قاب, و ف ى س ب ي ل االله, و اب ن الس ب ي ل, و الض ي ف. لاج ناح

58 ع لى م ن و ل ي ه ا ان ي ا كل م نه ا ب ا لم ع ر و م تم و ل م ا لا. متفق عليه. ف, و ي طع م ص د ي قا غي ر Artinya: Umar berkata:..maka bersedekah umat kepada orang-orang fakir, karib kerabat, memerdekakan budak sabilillah, ibnu sabil, dan para tamu dan tidak ada halangan bagi orang yang mengurusinya untuk memakan sebagian darinya dengan cara yang makruf atau memberi makan teman-temannya tanpa bermaksud memperkaya diri. 6 Disitu makna wakaf yang harus dikelola oleh nadzir untuk membantu orang baik itu seorang kerabat wakif atau bukan dan untuk membantu kepentingan umum fisabilillah. Dan disitu mengandung suatu pengertian dasar pengelolaan tanah wakaf baik itu yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Setelah kita melihat dari kaca mata prinsip hukum Islam maka kita dapat melihat juga pada Undang-undang perwakafan yang sudah berlaku di Indonesia yaitu UU No. 41 Tahun 2004 Pasal 1 yang berbunyi (no 4) yang berbunyi:: Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. 7 Pasal 42 yang berbunyi: Nadzir wajib mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya. Melihat Undang-undang dan prinsip hukum Islam ternyata fungsi nadzir sangat diperlukan baik itu perorangan maupun yang berbadan hukum. 8 hlm. 181 6 KH. Adib Bisri Mustofa, Terjemah Shahih Muslim, Jilid 3, Asy-Syifa, Semarang, 1993, 7 Hadi Setia Tunggal, Undang- Undang Wakaf, Harvarindo, Jakarta,2005, hlm 2 8 Ibid, hlm 16

59 Melihat fenomena diatas dan sistem yang digunakan di Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang sebagaimana telah penulis laporkan disub bab awal ternyata pendayagunaannya untuk sarana ibadah baik yang berbentuk tempat pendidikan TPQ serta tempat penampungan anak yatim piatu itu sudah baik dan sesuai dengan kemestian dalam artian telah sesuai dengan prinsip hukum Islam serta Undang-undang yang ada di Indonesia. Namun pada kenyataannya masih adanya kekurangan dalam pengelolaan baik itu oleh nadzir yang berbadan hukum yang disini adalah Yayasan Masjid Raya Baiturrahman Semarang. Yang diserahi tanggung jawab untuk pemeliharaan dan pengawasan benda wakaf agar manfaatnya dapat kekal dinikmati oleh masyarakat ini masih belum keseluruhan terlaksana, karena masih adanya sebagian tanah yang masih dibiarkan kosong tanpa memberi manfaat bagi umat. Jadi hemat penulis, perlu adanya sosialisasi peraturan perundangan tentang perwakafan dan peraturan teknis yang berada di bawahnya secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong. Agar tujuan diundangkannya peraturan tersebut dapat tercapai secara optimal. Pada dasarnya pemeliharaan dan pengurusan tanah wakaf adalah hak wakif akan tetapi wakif dapat menyerahkan kepercayaan pemeliharaan dan pengurusan tanah wakaf itu pada orang lain, baik berseorangan maupun merupakan suatu badan hukum yang biasa disebut dengan nadzir, karena tanah wakaf wakaf memerlukan pengawasan, pemeliharaan, pengurusan, khususnya dalam hal pengelolaan agar hasil dari tanah wakaf tersebut dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Daud Ali yang memberikan pengertian nadzir atau mutawalli wakaf adalah orang ataupun badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-baiknya sesuai dengan hukum Islam.