BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan

dokumen-dokumen yang mirip
ARFAN JUSUF NIM MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual. Oleh karena itu mereka tidak dapat terlepas dari. menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

Didit Yulian Kasdriyanto. Staf Pengajar, Universitas Panca Marga, Probolinggo (diterima: , direvisi

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

K BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Nurgiyantoro (2001: 191) Menulis merupakan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa orang ahli memberikan pengertian tentang belajar sperti yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan. Dalam bukunya, Akhadiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berkomukasi melalui bahasa yang tingkatannya paling tinggi. Kemampuan menulis menulis

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. benar. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika pembacanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Menulis Menulis merupakan suatu ciri dari suatu orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, Morsey (dalam Tarigan, 2008: 4) mengatakan bahwa menulis dipergunakan, melaporkan dan dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur kalimat. Nurgiyantoro (2010: 296) mengemukakan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara tertulis. Tugas menulis yang diberikan, secara umum ada dua macam, yaitu: 1) menulis sebagai hasil tanggapan terhadap teks-teks kesastraan, dan (2) menulis kreatif. Kemampuan menulis didefinisikan sebagai kemampuan mengungkapkan gagasan secara logis dan sistematis dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.3) bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alata atau medianya. Sedangkan menurut Atar (2007: 14) bahwa menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan

datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut Berdasarkan lingkup dan aspeknya, menulis memang dapat ditinjau dari berbagai segi. Ditinjau dari proses kegiatan yang ditempuh, melibatkan sejumlah kegiatan yang beragam, antara lain pengolahan gagasan, penataan kalimat, pengembangan paragraf dan pengembangan karangan dalam jenis-jenis wacana tertentu. Untuk menulis sebuah karangan yang sederhana pun, secara teknis kita dituntut memenuhi persyaratan dasar seperti kalau kita menulis karangan yang rumit. Kita harus memilih topik, membatasinya, mengembangkan gagasan menyajikannya dalam kalimat dan paragraf yang tersusun secara logis, dan sebagainya. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah

berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Selanjutnya, juga dapat diartikan bahwa menulis adalah menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya. Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Hardini dan Puspitasari (2012: 203) menyatakan bahwa menulis merupakan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang tingkatkannya paling tinggi. Lain halnya menurut Mulyati (2007: 5.3) menulis adalah suatu proses berpikir dan menungkan pemikiran itu dalam bentuk wacana karangan. Pada dasarnya menulis merupakan proses dalam mencurahkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis. Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang dalam melahirkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain melalui lambang-lambang grafis yang dimengerti oleh penulis itu sendiri maupun orang lain yang memiliki kesamaan pengertian pula terhadap bahasa yang dipergunakannya. 2.1.2 Tujuan, Manfaat dan Proses Menulis a. Tujuan Menulis Tujuan menulis menurut Atar (2007: 14) yaitu sebagai berikut: 1) untuk menceritakan sesuatu, menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. 2) untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, tujuan menulis

yang kedua ialah memberikan petunjuk atau pengarahan. 4) untuk menjelaskan sesuatu, apabila kita menghadapi atau membaca berbagai buku pelajaran, tentu kita akan merasakan bahwa buku itu berisi berbagai penjelasan. 5) untuk meyakinkan, orang menulis adalah untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. 6) untuk merangkum, biasanya orang menulis untuk merangkum sesuatu. Tujuan menulis adalah respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari pembaca. Menurut Tarigan (2008:23) bahwa tujuan menulis adalah: (1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif, (2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif, (3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literatur dan (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif. Tujuan pembelajaran menulis yang ingin dicapai menurut Solchan (2009:9.6) adalah: (1) Kemampuan anak untuk menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran, garis pembentuk huruf; (2) Kemampuan menjiplak dan menebalkan (gambar, lingkaran, bentuk lurus); (3) Kemampuan menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat atau beberapa kalimat); (4) Kemampuan menulis huruf, kata dan kalimat sederhana dengan huruf lepas; (5) Kemampuan menulis beberapa kalimat sederhata (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung; (6) Kemampuan menulis kalimat yang didiktekan guru

menggunakan huruf sambung dan menuliskannya dengan benar; dan (7) Kemampuan menulis rapi kalimat dengan huruf sambung. Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para pembaca tentang berbagai macam informasi yang terkandung dalam sebuah tulisan yang dibacanya. b. Manfaat Menulis Sedangkan menurut Yunus dan Suparno (2007: 1.4) menyatakan manfaat dari kegiatan menulis yaitu: 1) peningkatan kecerdasan. 2) pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas. 3) penumbuhan keberanian. 4) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Manfaat menulis kata menurut Tarigan (2008: 3) adalah sebagai berikut: 1) Menulis menjernihkan pikiran, 2) Menulis mengatasi trauma, 3) Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi, 4) Menulis membantu memecahkan masalah, 5) Menulis membantu ketika kita harus menulis, 6) Orang yang rajin menulis akan semakin canggih dalam mentransfer gagasan ke dalam bentuk simbol-simbol, 7) Orang yang sudah terbiasa menulis bisa mengontrol distribusi gagasan menurut jumlah kata/kalimat yang digunakan, 8) Dengan menulis kita diajak untuk berpikir lebih runtut dan logis. Orang memang bisa membuat tulisan yang bolak-balik tidak karuan, 9) Orang yang terbiasa menulis akan lebih menyukai cara sederhana, supaya pembacanya mudah memahami, 10) Dengan menulis kita diajak untuk mengamati sesuatu secara lebih luas, 11)

Dengan menulis kita diajak untuk menggali makna dari sebuah peristiwa. Jika sebuah peristiwa buruk terjadi, kita diajak untuk mencari penyebabnya. Manfaat menulis dapat dilihat dari dua segi yaitu segi kegunaan dan perannya dalam mengarang, hal ini sejalan dengan pendapat Rusyana (2005:15) bahwa manfaat menulis dapat ditinjau dari segi kegunaan dan manfaat peranan. a. Segi Kegunaan 1) Dalam tulisan penulis menggambarkan atau mendeskripsikan sesuatu baik menggambarkan wujud benda atau mendeskripsikan keadaan sehingga pembaca dapat membayangkan secara jelas apa yang digambarkan atau dideskripsikan penulisnya. 2) Menulis juga bermanfaat untuk memberikan petujunjuk cara melaksanakan sesuatu. Pembaca dapat mengikuti pentunjuk apabila ingin berhasil seperti apa yang diharapkan penulis. Selain itu menulis juga bermanfaat untuk dapat mengingatkan pada sesuatu catatan peristiwa, keadaan, keterangan dengan tujuan mengingat hal-hal penting yang tidak terlupakan. b. Manfaat Peranan 1) Peranan menulis terdiri dari penataan, pengawetan, penciptaan dan penyampaian. Manfaat menulis dari sisi penataan yakni saat menulis terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, imajinasi dan penataan terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkan tulisan itu. 2) Manfaat pengawetan yakni hal-hal yang ditulis dapat disimpan dan dibaca kembali pada saat yang lain baik oleh penulis sendiri maupun oleh orang

lain, karena diutarakan secara tertulis. Manfaat penciptaan maksudnya adalah melalui kegiatan menulis dapat bermanfaat menciptakan sesuatu yang baru di antara gagasan, pikiran, pendapat atau imajinasi itu mungkin tidak ada sebelumnya atau tidak demikian susunannya. 3) Menulis juga bermanfaat dalam penyampaian gagasan, pikiran, imajinasi yang sudah ditata dan diawetkan dalam wujud tulisan dapat dibaca atau disampaikan kepada yang lain. Dari beberapa manfaat di atas, penulis menyimpulkan bahwa manfaat dari membaca dapat memperoleh informasi tidak hanya dari lisan tetapi juga informasi berupa tulisan, serta menulis mempunyai peranan dalam memperluas pengetahuan seseorang dan sebagai wadah dalam menuangkan segala ide, gagasan, ideologi, dan imajinasi yang dimiliki seseorang. c. Proses Menulis Kita dapat melakukan kegiatan penulisan itu sebagai satu kegiatan tunggal jika yang ditulis ialah sebuah karangan yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah siap di kepala. Akan tetapi, sebenarnya kegiatan menulis itu adalah suatu proses, yaitu proses penulisan. Menurut Suparno (2007: 1.14) seorang penulis dalam melakukan kegiatannya harus melalui beberapa tahap, yaitu tahap pramenulis, penulisan, dan revisi. a. Tahap prapenulisan, ditentukan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu. Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan yaitu

menentukan topik, membatasi topik, menentukan tujuan, menentukan bahan, dan menyususun kerangka karangan. b. Tahap penulisan, dilakukan apa yang telah ditentukan itu yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draft) yang pertama. c. Tahap revisi, dilakukan kegiatan membaca dan menilai kembali apa yang sudah ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi. Pada tahap ini, biasanya kita meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki, daftar pustaka, dan sebagainya. Menurut Depdiknas (2009:41) menulis memiliki tahapan sebagai berikut: a. Pra-Menulis Keterampilan pra-menulis adalah sebagai berikut : 1) Meraih, meraba, memegang, dan melepaskan benda 2) Mencari perbedaan dan persamaan sebagai benda, bentuk warna, bangun, posisi 3) Menentukan arah kiri, kanan, atas, bawah, depan, dan belakang b. Saat Menulis Keterampilan menulis adalah sebagai berikut : 1) Memegang alat tulis 2) Menggerakan alat tulis ke atas dan ke bawah 3) Menggerakan alat tulis ke kiri dan ke kanan

4) Menggerakan alat tulis melingkar 5) Menyalin huruf 6) Menyalin namanya sendiri dengan huruf tegak bersambung 7) Menulis namanya sendiri dengan huruf tegak bersambung 8) Menyalin huruf tegak bersambung dari jarak jauh Kemampuan menulis sangat ditentukan oleh tingkat penguasaan keterampilan bahasa yang lain, yaitu mendengarkan, berbicara, dan membaca. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus ditingkatkan dengan kedua keterampilan di atas secara hierarkis. Ini berarti bahwa gangguan dalam mendengarkan, berbicara, dan membaca yang dialami oleh anak-anak muncul bahkan besar dalam proses menulis karena untuk dapat menulis dengan baik, seorang anak harus dapat berfikir, membaca, dan memahami bahasa orang lain secara logis dan rasional. c. Merevisi Menurut kamus bahasa Indonesia (2010) bahwa merevisi berasal dari kata revisi yang artinya peninjauan kembali untuk perbaikan atau memperbaiki atau memperbarui. Kegiatan merevisi dilakukan setelah selesai kegiatan penulisan yang dianggap masih kasar. Dalam merevisi sebuah tulisan tidak sama dengan menulis draft yang masih kasar, hal ini dilakukan dengan cara membaca dan mengvaluasi isi tulisan dari sudut pandang pembaca. Melalui kegiatan membaca dan mengevaluasi dapat ditemukan kesalahan-kesalahan penulisan sehingga dapat diwujudkan tulisan yang akurat dan utuh.

d. Mengedit Mengedit merupakan bagian dari proses menulis. Kegiatan mengedit berkaitan dengan istilah-istilah yang perlu dijelaskan bagi pembaca, periksa katakata yang abstrak dan konkret sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Periksa gaya tulisan saat anda telah sampai pada tahap ini, pasti gaya tulisan telah jauh lebih baik, namun masih banyak yang dapat dilakukan. Periksa keringkasan tulisan, bisakah menghapus kata-kata atau frase-frase yang tak berguna. Hal seperti itu selalu mungkin untuk dilakukan, dan hal itu akan sangat bermanfaat bagi tulisan. Buang kata-kata klise dan bahasa basi yang lain. Apakah kalimatkalimat yang digunakan adalah kalimat aktif? Khususnya dalam tulisan teknis, ada godaan besar untuk menggunakan kalimat pasif saat kalimat aktif dirasa terlalu kuat (dan juga lebih ringkas). Periksa juga struktur pararelnya. Periksa susunan kalimat dan cari cara untuk mendapatkan variasi kalimat yang lebih menarik. Periksa juga apakah ada kejanggalan dan pemelencengan nada tulisan. Kejanggalan dan pemelencengan nada sulit ditemukan karena keduanya adalah akibat dari banyak hal, sebagian besar adalah akibat dari apa yang telah Anda lakukan dalam merevisi. Namun, cobalah untuk membaca tulisan anda dengan keras. Akhirnya, periksa perlahan dan saksama mengenai masalah tata bahasa, tanda baca, dan hal-hal mekanis (ejaan, singkatan, huruf besar, dan lain-lain). e. Mempublikasikan Setelah melakukan proses pengeditan, langkah terakhir dalam proses menulis adalah mempublikasikan. Kegiatan mempublikasikan adalah suatu usaha

untuk mengumumkan hasil tulisan seperti diseminarkan dan diterbitkan agar dapat digunakan oleh para pembaca. Dari pendapat di atas dapat diambil simpulan bahwa tahap-tahap menulis mencakup tiga tahap, yaitu tahap pramenulis yang merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, tahap penulisan yang membahas topik yang telah disusun, dan tahap revisi untuk menilai kembali apa yang sudah ditulis. 2.1.3 Teknik Penilaian dalam Menulis Dalam pelaksanaan pengukuran, guru akan membaca dan mengamati hasil tulisan atau karangan siswa, kemudian kemudian memberi skor akan tulisan tersebut. Alat ukur yang digunakan adalah pedoman pengamatan atau pedoman observasi. Agar pemberian skor dapat terarah, dalam pedoman pengamatan tersebut disertakan skala pengukuran yang didalamnya mencakup aspek-aspek yang akan dinilai. Aspek-aspek yang akan dinilai dikembangkan dari pokok bahasan menulis misalnya, pengembangan ide, keruntutan berpikir, ketajaman pemikiran, ketepatan argumen, pengembangan ilmu, pengembangan paragraf, pengembangan wacana, ketepatan ragam bahasa, serta kebenaran ejaan dan tata tulis. Di bawah ini ada model penilaian menurut Hartfield (dalam Nurgiyantoro, 2010: 307-308) yang lebih rinci dan teliti dalam memberi skor, yaitu: a. Dari segi isi: padat informasi, substansif dan relevan dengan permasalahan, b. Dari segi organisasi: ekspresi lancar, gagasan yang diungkapkan dengan jelas, tertata dengan baik, urutan logis dan dan kohesif,

c. Dari segi kosakata: pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata tepat dan menguasai pembentukan kata, d. dari segi penguasaan bahasa: konstruksi kompleks tetapi efektif, penggunaan bentuk kebahasaan, dan e. Dari segi mekanik; menguasai ejaan dan aturan penulisan. Menulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menulis dalam bentuk deskripsi. Sebelum melakukan kegiatan menulis, siswa harus mengetahui tujuan, manfaat serta tahapan dan penilaian dalam menulis sehingga akan mendapatkan hasil tulisan yang maksimal. 2.1.4 Pengertian Karangan Menurut Dhiwie (2010: 1) karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Adapun manfaat dalam menulis karangan yaitu 1. Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis ikarangan harus mengikuti tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan teknik, aturan / kaidah standar, disajikan teratur, runtun dan tertib. 2. Memberikan gambaran tentang ide dan gagasan yang terdapat dalam karangan. 3. Dapat memahami isi dari karangan. Menurut Suparno dan Yunus (2007: 3.1) bahwa mengarang pada hakekatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan dengan bahasa

tulis. Dilihat dari keluasan dan keterinciannya, gagsan dalam karangan memiliki jenjang (hierarki) dan secara berjenjang pula gagasan itu dapat diungkapkan dalam dan dengan berbagai unsure bahasa. Berhasil tidaknya sebuah pembelajaran menulis karangan deskripsi, dapat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Beberapa faktor tersebut di antaranya yaitu guru, siswa, metode mengajar, teknik pembelajaran, dan kurikulum yang baik. Kenyataan yang dihadapi, ketika siswa mendapat tugas untuk membuat karangan, mereka mengalami kendala dalam menuangkan ide mereka. Pengajaran mengarang belum terlaksana dengan baik di sekolah. Kelemahannya terletak pada cara guru mengajar, yang pada umumnya kurang bervariasi, tidak merangsang, kurang frekuensi serta pembahasan karangan siswa yang kurang dilaksanakan oleh guru 2.1.5 Ciri-Ciri Karangan Menurut Atar (2007: 66) mengemukakan terdapat lima ciri-ciri dari karangan yaitu: a. Karangan memperlihatkan detil atau rincian tentang objek. b. Karangan lebih bersifat mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca. c. Karangan umumnya menyangkut objek yang dapat di indera oleh panca indera sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia. d. Penyampaian karangan deskripsi dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah, da organisasi penyajian lebih umum menggunakan susunan ruang.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri karangan adalah dapat memperlihatkan rincian objek, bersifat mempengaruhi emosi, menyangkut objek panca indera, dan memikat. 2.1.6 Karangan Deskripsi Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca (Gie, 2002: 3). Unsur-unsur karangan menurut Gie (2002: 4) ada empat, yaitu gagasan yang berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang, tuturan yang berbentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca, tatanan yaitu tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas dan aturan serta teknik sampai merencanakan rangka dan langkah, serta wahana yang berfungsi sebagai sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata dan gramatika serta retorika. Kata deskripsi berasal dari kata bahasa latin Describere yang berarti menggambarkan atau memeriksa suatu hal. Dari segi istilah deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya (Suparno dan Yunus, 2007: 4.6). Karangan deskripsi bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya, atau sesuatu yang lain kepada pembaca.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sumarlam (2003: 210) wacana deskripsi pada dasarnya berupa rangkaian tuturan yang memaparkan atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainya pengalaman yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pembaca atau pendengar merasa seolah-olah ia mengalami atau mengetahuinya secara langsung. Menulis efektif deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar. Bagaimana mereka ikut melihat atau mendengar merasakan atau mengalami sendiri secara langsung objek tersebut. Interpretasi penulis dalam wacana deskripsi sangat kuat pengaruhnya. Kemunculan wacana deskripsi hampir selalu menjadi bagian dari wacana yang lain. Objek yang dipaparkan dalam wacana deskripsi misalnya tetang sketsa pemandangan, perwatakan, suasana ruang dan lain-lain. Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, merasakan, dan mencium) apa yang dilukiskan sesuai dengan citra penulisnya. Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan suatu objek dengan katakata, dan bertujuan untuk menghadirkan sesuatu kehadapan pembaca, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasakan obyek yang dihadirkan oleh penulis itu. Berdasarkan pengertian karangan deskripsi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa karangan deskripsi adalah karangan atau tulisan yang

melukiskan suatu obyek dengan kata-kata, dimana objek tersebut dapat berupa orang, benda, tempat peristiwa, dan segala sesuatu yang sesuai dengan kenyataan sebenarnya, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasakan obyek yang dilukiskan oleh penulis. Karangan ini merupakan paparan tentang persepsi yang ditangkap oleh panca indera. Segala sesuatu yang didengar, dicium, dilihat, dan dirasa melalui alat-alat sensori, yang selanjutnya dengan media kata-kata, hal tersebut dilukiskan agar dapat dihayati oleh orang lain. Karangan ini pada dasarnya berupa rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. 2.1.7 Ciri-Ciri Karangan Deskripsi Beberapa ciri karangan deskripsi yaitu: a. Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek. b. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas. c. Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata (diksi) yang menggugah. d. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya benda, alam, warna, dan manusia, dan e. Organisasi penyampaian lebih banyak menggunakan susunan paparan terhadap suatu detail. Menurut Atar (2007: 66) mengemukakan terdapat lima ciri-ciri dari menulis karangan deskripsi yaitu:

e. Karangan deskripsi memperlihatkan detil atau rincian tentang objek. f. Karangan deskripsi lebih bersifat mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca. g. Karangan deskripsi umumnya menyangkut objek yang dapat di indera oleh pancaindera sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia. h. Penyampaian karangan deskripsi dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah, da organisasi penyajian lebih umum menggunakan susunan ruang. 2.1.8 Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi di Sekolah Untuk mempermudah menulis karangan deskripsi, Suparno dan Yunus (2007: 4.22-4.23) menyajikan rambu-rambu yang dapat diikuti yaitu: 1. Menentukan apa yang akan dideskripsikan: apakah akan mendeskripsikan orang atau tempat. 2. Merumuskan tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi. 3. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau yang dideskripsikan orang, apakah yang dideskripsikan itu cirri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau benda-benda disekitar tokoh? Kalau yang dideskripsikan tempat, apakah apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bgian-bagian tertentu yang menarik. 4. Memerinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan: hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk

membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskripsikan? Pendekatan apa yang akan digunakan penulis?. Sedangkan aspek-aspek karangan deskripsi yang harus dinilai menurut Safari (1997: 115) sebagai berikut. a) Isi karangan. Meliputi hala-hal yang dikarang atau gagasan yang dikemukakan b) Bentuk karangan. Susunan atau cara menyajikan isi karangan c) Tata bahasa. Tata bahasa merupakan aturan-aturan bahasa yang berlaku. Tata bahasa meliputi aturan-aturan atau tatacara penulisan, menggabungkan kata, dan penyusunan kalimat. d) Gaya pilihan struktur dan kosakata. Gaya meliputi pilihan struktur kata dan kosakata yang digunakan oleh penulis dalam menulis sebuah karangan. Gaya perlu diperhatikan agar karangan yang dihasilkan dapat dipahami oleh pembaca dengan baik. e) Ejaan dan tanda baca. Penggunaan ejaan dan tata tulis dalam sebuah karangan harus disesuaikan dengan penggunaan ejaan yang berlaku, agar pembaca dapat memahami apa yang disampaikan oleh penulis. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pengajaran menulis karangan deskripsi pada hakekatnya adalah membantu para siswa agar dapat mengembangkan gagasan secara bertahap yaitu menyusun kalimat, menyusun paragraf, dan akhirnya menyusun wacana atau karangan deskripsi. 2.1.9 Pengertian Metode Untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Muda (2006:372) bahwa metode

merupakan cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan, prinsip dan praktek-praktek pengajaran. Sedangkan Djamarah dan Zain (2010:76) mengartikan metode sebagai suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menajdi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan Hardini dan Puspitasari (2012:13) berpendapat bahwa metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan siatuasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Sebagai seorang guru, tentunya mengetahui metode pembelajaran disekolah sangatlah penting. Tanpa mengetahui metode pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan terlaksana dengan sebaik-baiknya. Beradasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. 2.1.10 Metode Karyawisata Metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam proses belajar mengajar, tentunya terdapat metode pembelajaran. Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 13) metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan siatuasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung

bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran didefinisikan sebagai suatu cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Menurut Sabri (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012: 39) bahwa metode karyawisata berarti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Karyawisata merupakan suatu cara penyaijan bahan pelajaran dengan membawa siswa mengunjungi objek yang akan dipelajari. Selanjutnya Djamarah dan Zain (2010: 93-94) mengatakan bahwa metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan, museum dan sebaginya. Menurut Saiful (dalam Budi, 2007: 28) metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak kesuatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya. Sementara menurut Wijaya dan Rusyan (dalam Budi, 2008) merupakan persiar atau ekskursi oleh para siswa untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Ibrahim dan Syaodih (2010: 107) menyebutkan

bahwa metode karyawisata adalah mengajak siswa mengunjungi tempat-tempat tertentu di luar sekolah. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode karyawisata merupakan kegiatan mengajar yang dilakukan diluar kelas dengan mengunjungi objek-objek wisata sebagai sumber belajar. 2.1.11 Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawista Metode karyawisata menurut Djamarah dan Zain (2010: 94) mempunyai bebrapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: 1. Kelebihan metode karyawisata 1) Karyawisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran. 2) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat. 3) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa. 4) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual. 2. Kekurangan metode karyawisata 1) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah. 2) Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang. 3) Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi tumpang tinfih waktu dan kegiatan selama karyawisata. 4) Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsur studinya menjadi terabaikan.

5) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan. 2.1.12 Keterampilan Siswa Menulis Karangan Deskripsi Melalui Metode Karyawisata Menurut Burhan Nurgiyantoro (2012: 422) Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi berbahasa palig akhir dikuasi pembelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan membaca. Di banding tiga kompetensi berbahasa yang lain, kompetensi menulis secara umum bleh dikatakan lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kompetensi menulis menghendaki penguasaan berbagai unsure kebahasaan dan unsure diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsure isi pesan harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut, padu, dan berisi. Jika dalam kegiatan berbicara orang harus menguasai lambing-lambang bunyi, kegiatan menulis menghendaki orang untuk menguasai lambing atau symbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut masalah ejaan. Unsur situasi dan paralinguistic yang sangat efektif membantu komunikasi dalam berbicara, tidak dapat dimanfaatkan dalam menulis. Kelancaran komunikasi dalam suatu karangan sama sekali tergantung pada bahasa yang dilambangvisualkan. Karangan adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambing visual. Agar komunikasi lewat lambing tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis haruslah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur,

dan lengkap. Dalam hubungan ini, sering kita dengar adanya kat-kata, bahasa yang teratur merupakan manifestasi pikiran yang teratur pula. Adapun kegiatan menulis karangan deskripsi melalui metode karyawisata dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyampaikan tujuan dilakukannya metode karyawisata. 2. Mengajak siswa keluar kelas untuk mengunjungi tempat menjadi objek dalam menulis karangan deskripsi. 3. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang menulis karangan deskripsi melalui metode karyawisata. 4. Guru memberikan tugas menulis karangan deskripsi melalui objek yang terdapat dalam wisata. 5. Siswa mempersentasekan hasil karangan deskripsinya. 6. Kesimpulan. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian di bawah ini berisi tentang teknik pembelajaran menulis yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan menulis skripsi ini. Ringkasan penelitian ini antara lain dilakukan oleh : 1. Tuminah (2000) skripsinya yang berjudul Penggunaan Metode Karyawisata untuk peningkatan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas VIIA SLTP Taman Siswa Boja Tahun Ajaran 2000-2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pelaksanaan tindakan kelas siklus I siswa yang mendapatkan nilai tuntas berjumlah 13 orang (67.95%), sedangkan yang mendapatkan nilai belum tuntas masih berjumlah 8 orang (32.05%). Setelah dilaksanakan

tindakan kelas siklus II jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas berjumlah 18 orang (77.90%) sedangkan yang belum tuntas berjumlah 3 orang (22.1%). 2. Fatoni (2005) peneliti berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan metode Karyawisata pada Kelas II MA Nahdlatus-Syuhban Sayung Kabupaten Demak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka diperoleh hasil bahwa pada siklus I kemampuan siswa menulis puisi meningkat menjadi 11 orang (68.75%) yang tidak mampu sejumlah 5 orang (31.25%) Selajutnya pada tindakan siklus II kemampuan siswa menulis puisi lebih meningkat menjadi 15 orang (93.75%) dan tidak mampu tinggal sejumlah 1 orang (6.25%). 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu: Jika guru menggunakan metode karyawisata maka kemampuan siswa menulis karangan deskripsi di kelas IV SDN 2 Kecamatan Titidu Kabupaten Gorontalo Utara akan meningkat 2.4 Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa kelas IV SDN 2 Kecamatan Titidu Kabupaten Gorontalo Utara memperoleh nilai 70 ke atas dengan capaian persentase mencapai 80% dari seluruh jumlah subyek yang di kenai tindakan.