BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan motivasi pemerintah untuk selalu memperbaiki sistem

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun non formal. Belajar adalah key term, istilah kunci yang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia masih belum selesai dengan problematika sarana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi. dalam rangka mencerdaskan kahidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anggis Nusantri, 2014 Kompetensi Guru Seni Budaya Dalam Meingplementasikan Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 1 LANGSA SKRIPSI. Diajukan Oleh : AZHARI

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Imas Kurinarsih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan, Kata Pena, Surabaya, 2014, Hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang memberatkan peserta didik, karena banyak materi pelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tanggung jawab. Dalam menggapai tujuan pendidikan tersebut, tentu. tidak dapat terlepas dari kurikulum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang. prestasi siswa didik sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saja, tetapi terjadi juga di sekolah. berhasil dengan lancar dan baik. Undang Undang Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

1. PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pribadi anak agar. dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Maka sering potensi seseorang diukur dengan pendidikannya, sebagai mana. yang disebutkan dalam surat Al mujaadilah ayat 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

EFEKTIFITAS PERUBAHAN KURIKULUM TERHADAP KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH (STUDI KASUS PADA SDN 03 PAGI CIRACAS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2014),6.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

BAB I PENDAHULUAN. terencana, terarah, dan berkesinambungan. kurikulum yang lebih baik, dalam arti yang seluas-luasnya, bukan

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi salah satu cita-cita dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada perbaikan sistem pendidikan.. Usaha tersebut mesti. dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang

PENGEMBANGAN KURIKULUM DITINJAU DARI TINGKAT KABUPATEN SAMBAS PADA DAERAH TERTINGGAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. (Agustus, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah kurikulum, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang Dasar RI Tahun 1945, sedangkan perbedaannya terletak pada penekanan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. dan tepat tujuan dan sasaran dari pendidikan akan sulit dicapai (Kurinasih, 2014).

Transkripsi:

2013. 1 Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dari sejarahnya mengalami beberapa kali perbaikan kurikulum mulai pada masa zaman penjajahan belanda, zaman Jepang, paska kemerdekaan, Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai 1952, Kurikulum periode 1964, Kurikulum periode 1968, Kurikulum periode 1975, Kurikulum periode 1984, Kurikulum periode 1994, Kurikulum periode 2004 (KBK), Kurikulum KTSP dan yang terbaru sekarang adalah Kurikulum perkembangan yang signifikan. Dengan keadaan yang semakin berkembang, teknologi yang semakin canggih, dan perkembangan sains pada zaman sekarang, maka kurikulum disusun menyesuaikan dengan perkembangan. Dari perkembangan maka kurikulum mengalami perubahan dengan bertahap untuk menyesuaikan dengan keadaan dan perubahan agar menjadi lebih baik. Konsep kurikulum sendiri sudah ada sejak zaman yunani kuno, Adapun pengertian kurikulum versi Indonesia sebagaimana yang dituangkan dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pada bab I pasal 1 ayat 19 yaitu kurikulum adalah seperangkat dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 2 Menurut Muhammad Joko Susilo, kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai oleh siswa untuk memeperoleh pengetahuan. Mata 1 Taqwim Islmay, Sejarah Perkembangan kurikulum di Indonesia dalam http://edukasi.kompas.com/red/2013/07/1809083118/sejarah.perubahan.kurikulum. Diakses 05 Juli 2014 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 1

2 pelajaran dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis. 3 Pengertian kurikulum pada dasarnya merupakan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di akademi/collage yang harus di tempuh oleh sisiwa untuk mencapai tujuan sesuatu degree (tingkat) atau ijazah. 4 Jadi kurikulum merupakan proses/tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk menyelesaikan semua mata pelajaran dan mencapai tujuan yang ada di dalam sekolah. Setiap teori kurikulum memiliki penekanan yang berbeda-beda, sebagian pendapat menekankan pada isi atau mata pelajaran sebagian menekankan pada proses atau pengalaman sedangkan yang lain menekankan pada pendapat tersebut dalam artian menekankan pada isi atau mata pelajaran, dan juga proses atau pengalaman. Hilda Taba dalam Nasution mengemukakan, bahwa pada hakikatnya setiap kurikulum merupakan cara untuk memepersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Tiap kurikulum bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen-komponen tertentu, yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar mengajar, akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum terletak pada unsure-unsur tertentu. 5 Pada Tahun 2013 perubahan kurikulum kembali terjadi untuk SD, SMP, SMA, dan SMK. Pihak pemerintah menyebutnya sebagai pengembangan kurikulum bukan perubahan kurikulum. Istilah ini bisa jadi untuk menghindari dampak psikologis, dan bukan persoalan substansinya kenapa kurikulum itu terjadi perubahan. 6 Upaya penyempurnaan kurikulum demi mewujudkan sistem pendidikan Nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan bermutu. 3 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012, hlm. 78 4 Ibid.,, hlm. 82 5 S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta, Bumi Aksara 2001, hlm.7 6 Imas Kurinasih & Berlin Sani. Implementasi Kurikulum 2013 (Konsep dan Penerapan). Surabaya, Kata Pena, 2014, hlm. 32

3 Menghasilkan produk pendidikan yang kreatif, mandiri, produktif, dan juga memiliki karakter yang kuat. Pihak kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengakui bahwa penyusunan kurikulum 2013 sudah dimulai sejak tahun 2010. Wakil presiden Budiono [Wakil Presiden RI 2004-2009] menegaskan mengenai ide relevansi dan beban pelajaran di sekolah. Akibatnya terjadi beban berlebihan dari peserta didik, tetapi tidak jelas apakah peserta didik mendapatkan sesuatu yang seharusnya dari pendidikannya. Sudah waktunya tegas Budiono memikirkan apa yang seyogyanya diajarkan agar manusia Indonesia mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa 7. Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum 2013 adalah upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbutan. Sedang tujuan utama dari pendidikan Islam ialah membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun wanita, jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaanya, menghormati hak-hak manusia, tahu membedakan buruk dengan baik memilih suatu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela karena ia tercela, dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan. 8 Untuk itu pengembangan kurikulum PAI dalam Kurikulum 2013 merupakan komponen yang sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada Mata Pelajaran PAI. Para ahli kurikulum memandang bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu siklus dari adanya keterjalinan hubungan antara komponen tujuan, bahan kegiatan dan, evaluasi. 9 7 http://www.kompashariini.blogspot.com/2012/08/kompas-edisi-rabu-29agustu 2012,html?m=1. Akses 15 Mei 2014 8 Mohd. Athiyah, Pendidikan Islam, Jakarta, PT Bulan Bintang, 1993, hlm. 103. 9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Iislam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hlm.3

4 Kurikulum 2013 lebih bersifat tematik integratif yang berarti bahwa ada mata pelajaran yang akan terkait satu sama lain, yakni dengan kata lain mata pelajaran bukan dihilangkan melainkan digabung. Di tingkat SMP/MTs, jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10 dan jumlah jam pelajaran bertambah dari 32 jam menjadi 38 jam per-minggu. Dengan disiapkannya kurikulum 2013 khususnya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ini menjadi tantangan bagi para guru (tenaga pendidik) rumpun Pendidikan Agama Islam untuk dapat menerapkan dan menyesuaikan kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013, guru tidak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus. Silabus dan bahan ajar di buat oleh pemerintah, sedangkan guru hanya menyiapkan RPP dan media pembelajaran. Dengan perubahan yang terjadi guru memaksimalkan dalam penyusunan materi yang berkaitan, penyampaian materi yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik agar dapat membangun karakter dan emosionalnya, serta penilaian yang sesuai. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi seperti sekarang ini juga harus diikuti oleh setiap individu. Begitupun dalam dunia pendidikan, guru harus mampu dan siap menghadapi perubahan yang terjadi dilingkungannya terutama dalam hal pendidikan. Dalam persiapan implementasi kurikulum 2013 masih banyak terjadi kekurangan yang bisa menghambat keberhasilan dari tujuan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 sendiri akan dimulai tahun ini. Karenanya, kepala sekolah dan guru dari sekolah yang ditetapkan untuk mengikuti pendidikan dan latihan. Namun demikian, ada berbagai kesulitan yang dihadapi, mulai dari perubahan pola kegiatan belajar mengajar di kelas dari guru mengajar dan murid belajar. Berbagai masih banyak kekurangan yang ada dalam perencanaan implementasi kurikulum. Kondisi seperti sekarang ini menunjukan bahwa pemerintah terlalu tergesa-gesa dan cenderung memaksakan adanya perubahan kurikulum tahun ini. Sejauh ini masih banyak terjadi pro-kontra di kalangan praktisi pendidikan terkait dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah. Pihak yang

5 mendukung kurikulum baru ini menyatakan, kurikulum 2013 memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa, lebih fokus pada tantangan masa depan bangsa, dan tidak memberatkan guru dalam dalam penyusunan kurikulum pengajaran. Pihak yang kontra menyatakan, kurikulum 2013 kurang fokus karena menggabungkan beberapa mata pelajaran. Ini terlalu ideal karena tidak mempertimbangkan kemampuan dari setiap masing-masing guru. Pendapat senada juga disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistyo. Menurutnya kebijakan pemerintah untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis observatif integratif itu dinilai mengabaikan kesiapan guru. Belum banyak guru yang tahu bagaimana konsep kurikulum 2013. Pemerintah tidak mempertimbangkan kondisi heterogen guru terutama guru di pedalaman, mereka tidak mudah untuk beradaptasi dengan hal-hal yang baru apalagi dalam waktu yang singkat. 10 Norma subyektif terbentuk dari keyakinan normatif yang terdiri dari dua aspek pokok, yaitu: (1) keyakinan akan harapan normatif yang ditunjukkan terhadap kesiapan Guru rumpun rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013, dan (2) motivasi untuk mematuhi setiap harapan normatif yang ditunjukan tersebut. Keyakinan akan harapan normatif tersebut mengacu pada seberapa besar harapan-harapan yang dipersepsi oleh individu yang berkaitan dengan kesiapan Guru rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013, yang berasal dari orang-orang yang dianggap berpengaruh dan mempengaruhi individu (reference significant others) terhadap kesiapan Guru rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013. Kontrol perilaku menurut Ajzen dalam Jogiyanto mengacu pada persepsi-persepsi seseorang akan kemampuanya utuk menampilkan perilaku tertentu. Dengan kata lain. Kontrol perilaku menunjuk kepada sejauhmana seseorang merasa bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu berada di bawah 10 http://www.airlangga-edu.com/?page=artikel_detail&&no-19. Akses 05 Juni 2014

6 kontrol individu yang bersangkutan. 11 Kontrol perilaku ditentukan oleh sejumlah keyakinan tentang hadirnya faktor-faktor yang dapat memudahkan atau mempersulit terlaksananya perilaku yang ditampilkan. Kurangnya pemahaman dari guru dalam menerapkan kurikulum 2013 akan bisa menimbulkan kesalahan yang dilakukan oleh guru sendiri. Masih banyak guru yang beranggapan dalam kurikulum 2013 ini guru tidak lagi perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap dijelaskan oleh guru. Banyak juga guru-guru yang belum siap secara mental dengan implementasi kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, dan pada kenyataan sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru. Selain itu guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama. 12 Belajar dari pengalaman perubahan-perubahan kurikulum yang rutin dilakukan oleh pemerintah harusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan, jangan hanya sekedar mengkaji isi substansi dari sebuah kurikulum. Namun juga harus mengkaji dan mempertimbangkan operasional penerapan kurikulum baru di sekolah-sekolah juga harus diperhatikan. Ada beberapa hal yang seharusnya diperhatikan pemerintah dalam menerapkan kebijakan implementasi kurikulum 2013 ini. Pertama, kesiapan guru sebagai elemen terpenting dalam mewujudkan tujuan kurikulum. Kedua, kesiapan sekolah mulai dari kondisi sekolah dan infrastruktur yang ada di setiap sekolah. Ketiga, kesiapan dokumen seperti buku pelajaran, buku panduan untuk guru, dan dokumen lain sebagai pendukung. Seharusnya pemerintah mempertimbangkan serta mengkaji kembali tentang kesiapan dari guru, sekolah, dan dokumen yang mendukung proses penerapan kurikulum 2013, karena belajar dari perubahan-perubahan kurikulum yang terdahulu masih benyak kekurangan dan perubahan 11 Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan,: Andi Offset, Yogyakarta, 2007, hlm.65 12 Hasil observasi dan wawancara dengan Kepala MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Kudus, pada tanggal 3 Desember 2015.

7 kurikulum 2013 ini bukan hanya sekedar menjadi agenda tahunan yang justru merugikan. 13 Berdasar latar belakang permasalahan di atas, menarik inisiatif dari peneliti untuk melakukan penelitian tentang bagaimana sikap guru rumpun Pendidikan Agama Islam MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Kudus dalam memahami dan menyiapkan diri menyongsong perubahan kurikulum baru tahun 2013. Oleh karena itu peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian terkait judul Pengaruh Norma Subyektif dan Perceived Behavioral Control Terhadap Kesiapan Guru Rumpun PAI Atas Penerapan Kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Kudus. Dan sebagai pembelajaran ketika terjadi perubahan kurikulum kita seyogyanya menempatkan guru sebagai pembelajaran dan perubahan kurikulum itu sebagai kegiatan pembelajaran. Penelitian ini untuk mengetahui dan membuktikan bahwa norma subyektif dan perceived behavioral control guru rumpun PAI terhadap kesiapan Guru rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013 mempunyai posisi penting dan pengaruh yang besar. Maka dari itu perlu diadakan penelitian lapangan agar kebenaran dari teori-teori yang ada dalam buku-buku dapat diverifikasi dengan kenyataan di lapangan. Urgensi penelitian ini adalah untuk memperkuat teori dan memberi informasi kepada kalangan akademis bahwa norma subyektif dan perceived behavioral control guru PAI terhadap kesiapan Guru rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013 mempunyai pengaruh yang signifikan dan membantu tercapainya implementasi kurikulum terbaru yang dicanangkan oleh pemerintah. 13 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm.12

8 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah norma subyektif dan perceived behavioral control guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimanakah kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Adakah pengaruh norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Bertolak dari latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai peneliti adalah: 1. Untuk mengetahui norma subyektif dan perceived behavioral control guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016 3. Untuk mengetahui pengaruh norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016.

9 D. Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Menambah verifikasi tentang norma subyektif dan perceived behavioral control. Dalam implementasi kurikulum, guru diharapkan memiliki norma subyektif dan perceived behavioral control terkait dengan sikap dan norma subyektif yang ideal dan sesuai, karena keberhasilan perubahan kurikulum bergantung pada kesesuaian nilai dan sikap guru serta partisipasi guru dalam perubahan kurikulum. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Madrasah Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi lembaga pendidikan di mana tempat penelitan ini berlangsung, mengenai norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di madrasah. b. Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman guru dalam rangka meningkatkan norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di madrasah. c. Bagi Peneliti Memberikan informasi dan pengetahuan tentang kesiapan dan guru terhadap tuntutan penerapan Kurikulum 2013. Sehingga dapat menjadi bahan acuan atau dasar penelitian lanjutan mengenai norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru atas penerapan kurikulum 2013.