II. TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Anderson yang merupakan revisi dari Taksonomi Bloom.

dokumen-dokumen yang mirip
MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN

ISSN : X UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 4 MAKASSAR MELALUI MODEL UNIT LEARNING TIPE INTEGRATED. Samad, A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN. mengemukakan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Awalita Sundari, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan dan. kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP mengacu

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VPADA MATERI GAYA DAN PEMANFATANNYA. Yuyu Hendawati 1, Cici Kurniati 2

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar yang dapat menjadikan siswa aktif belajar. Untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pemahaman Guru Pengertian Pemahaman. Guru harus berusaha mempersiapkan siswa agar berhasil.

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :

Transkripsi:

10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 2.1 Pemahaman Guru Pemahaman merupakan salah satu bagian daripada domain kognitif dari Taksonomi Anderson yang merupakan revisi dari Taksonomi Bloom. Menurut Anderson, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak termasuk dalam ranah kognitif. Kawasan kognitif terdiri atas 6 (enam) tingkatan yang berurut dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, yakni mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan membuat (create). Pemahaman menurut Anderson (2001:70) bahwa, As we indicated, when the primary goal of instruction is to promote retention, the focus is on objectives that emphasize remember. when the goal of instruction is to promote transfer, however, the focus shifts to the other five cognitive processes, understand through create. Menurut pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa, ketika seseorang menyampaikan informasi, pusat yang ditekankan adalah mengingat. Namun, ketika tujuan utama pengajaran adalah untuk meyalurkan informasi maka seseorang dapat memahami apabila di sertai proses

11 menciptakan atau membuat sesuatu dari informasi tersebut. Hal ini berkaitan dengan kinerja otak dalam proses berpikir dan belajar dalam memahami sesuatu. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Menurut Em Zul dkk menyatakan bahwa, Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami. Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami. (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608). Menanggapi hal di atas bahwa, memahami di dapatkan melalui proses perbuatan. Sedangkan menurut Anas Sudijono (2005:50), Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sudut. Seorang guru dapat dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Menanggapi hal di atas bahwa, pemahaman merupakan ukuran kemampuan seseorang untuk dapat mengerti atau memahami sesuatu, apabila seseorang dapat diketahui memahami apabila seseorang dapat memberikan penjelasan dari informasi yang di dapat secara rinci dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Kata kunci dalam pemahaman menurut Anderson (2001:70) bahwa,. Cognitive processes in the category of understand include interpreting, exemplifying, classifying, summarizing, inferring, comparing and explaining.

12 Memperhatikan hal di atas dapat dijelaskan bahwa, proses kognitif dalam kategori memahami adalah menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, meringkas, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tingkatan pemahaman dari yang terendah sampai yang tertinggi merupakan proses perbuatan memahami dengan cara berpikir dan belajar. Apabila pemahaman merupakan ukuran kemampuan seseorang untuk dapat mengerti atau memahami kegiatan yang dilakukannya, maka dalam pembelajaran, guru harus mengerti atau memahami apa yang diajarkannya kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan Daryanto (2008:106) bahwa, Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Guru dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Guru merupakan seorang pendidik yang memiliki tanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang Guru dan Dosen bahwa, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menanggapi hal di atas bahwa, guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama dan peran penting untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Direktorat

13 Tenaga Kependikan Depdiknas (Kunandar, 2007:56), Keprofesionalan guru memuat beberapa kompetensi, Standar kompetensi guru meliputi beberapa komponen, yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan potensi, penguasaan akademik, sikap kepribadian. Secara keseluruhan standar kompetensi terdiri dari tujuh kompetensi, yaitu penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, pengembangan profesi, pemahaman wawasan pendidikan, penguasaan bahan kajian akademik. Memperhatikan hal di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru adalah kemampuan guru dalam menguasai suatu proses pembelajaran dalam hal menguasai langkah-langkah dan interaksi dalam pembelajaran. Mampu mengerti dan memahami materi atau bahan yang diajarkannya dan mampu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi guna meningkatkan kemampuan peserta didik. 2.2 Ukuran Pemahaman Ukuran pemahaman seseorang diketahui apabila dilakukan pengukuran. Menurut Djemari Mardapi (2012:7) bahwa, Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan suatu usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu dinyatakan dengan angka.

14 Memperhatikan di atas bahwa, pengukuran dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam bidang tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka. Sehingga ukuran pemahaman diketahui melalui pengukuran dengan mengumpulkan data secara pengamatan empiris, yaitu proses pemberian angka dimana seseorang telah mencapai karakteristik tertentu. Sedangkan menurut Benjamin S. Bloom dalam Anas Sudijono (2005:49-50) bahwa, Ukuran pemahaman termasuk dalam ranah proses berpikir (cognitive domain) yang mencakup kegiatan mental (otak) dan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang yang paling tinggi dan pemahaman termasuk dalam jenjang yang kedua. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat dan lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, ukuran pemahaman seseorang dapat dinilai berdasarkan pengumpulan data secara pengamatan empiris yaitu proses pemberian angka dimana seseorang telah mencapai karakteristik tertentu. Dalam hal ini ukuran pemahaman dapat diketahui dengan empat kategori pemahaman guru, yakni, kurang memahami, cukup memahami, memahami dan sangat memahami dengan mengadaptasi standar rata-rata Saifuddin Azwar (2005:108) yaitu. Interval nilai 76 100 sangat memahami, 51 75 memahami, 26 50 cukup memahami dan 0 25 kurang memahami.

15 2.3 Pembelajaran Terpadu pada Kurikulum 2013 2.3.1 Konsep Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu sudah ada sekitar empat puluh tahun lalu, para ahli banyak mengemukakan pendapatnya mengenai pembelajaran terpadu. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar. Menurut Joni T.R dalam (Trianto, 2012:56) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan, Suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuwan secara holistik, bermakna, dan otentik. Menanggapi hal di atas bahwa, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang dapat dilakukan secara individual atau secara kelompok dimana peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan pendapat diatas menurut Hadisubroto dalam (Trianto, 2012: 56), pembelajaran terpadu adalah, Pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dangan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak, pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memerhatikan dan menyesuaikan pemberian konsep materi sesuai

16 dengan tingkat perkembangan anak. Hal ini diperkuat Depdikbud dalam (Trianto, 2012:56) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu adalah, Pendekatan berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Menanggapi hal di atas bahwa, pembelajaran terpadu menolak suatu cara mengajar yang hanya menekankan peserta didik untuk melakukan latihan dalam kegiatan pembelajaran, karena apabila hanya ditekankan pada latihan saja, peserta didik tidak akan memperoleh suatu pembelajaran yang bermakna dan tidak menemukan potensi yang dimilikinya. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik. Menurut Prabowo dalam (Iif Khoiru Ahmadi dkk, 2011:44-45), arti bermakna disini karena, Pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Practical). Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan

17 berakibat buruk terhadap perkembangan anak. hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung. Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu, berpusat pada anak, proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberi hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan, Depdikbud dalam Iif Khoiru Ahmadi dkk, (2012:46) sebagai berikut: 1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya. 2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. 3. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama. 4. Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. 5. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak. 6. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain adalah: kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.

18 Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa pembelajaran terpadu mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membantu peserta didik berkembang sesuai dengan taraf perkembangan intelektualnya. Menurut Iif Khoiru Ahmadi dkk (2012:47-48) bahwa, Pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi bebagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi dimana pembelajarannya diawali dengan pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain yang dilakukan secara spontan atau

19 direncanakan serta pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry yang melibatkan siswa secara aktif mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, berani bekerja secara kelompok, belajar dari hasil pengalamannya langsung dan mengemukakan pendapatnya sendiri yang dalam hal ini akan memberi hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat, kebutuhan dan perkembangan anak. 2.3.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu Prinsip dasar pembelajaran terpadu umumnya memiliki keterkaitan materi atau tema dengan dunia siswa. Menurut Ujang Sukandi, dkk dalam (Trianto, 2012:57), Pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran. Pembelajaran terpadu perlu memilih materi beberapa materi pelajaran yang mungkin dan saling terkait. Dengan demikian, materi yang dipilih dapat megungkapkan tema secara bermakna. Pembelajaran terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal. Menurut Trianto (2012:58-59),

20 secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Prinsip Penggalian Tema Prinsip penggalian tema hendaklah memerhatikan beberapa persyaratan. 1. Tema hendaknya tidak terlalu luas. 2. Tema harus bermakna. 3. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. 4. Tema dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak. 5. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar. 6. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan dari masyarakat. 7. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. (Trianto, 2012:58). Berdasarkan hal di atas bahwa, prinsip penggalian tema dalam pembelajaran terpadu hendaknya diperhatikan, karena hal ini menentukan fokus peserta didik dalam pembelajaran terpadu. Tema yang ditentukan harus mewakili semua yang dibutuhkan peserta didik, yakni memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya. (2) Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Prinsip pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut. 1. Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar. 2. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok. 3. Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan. (Trianto, 2012:58-59).

21 Berdasarkan hal di atas, guru hendaknya sebagai mediator dan fasilitator dalam pengelolaan pembelajaran. Suasana dalam pembelajaran yang dikelolanya harus mengaktifkan dan melibatkan peserta didik dalam pengelolaan pembelajaran dan tujuan dalam pembelajaran hendaknya jelas dan terarah. Sehingga pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses pembelajaran. (3) Prinsip Evaluasi Prinsip evaluasi dalam pembelajaran terpadu, diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain: 1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation/self assessment) di sampimg bentuk avaluasi lainnya. 2. Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai. (Trianto, 2012:59) Berdasarkan hal di atas bahwa, evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila dilakukan evaluasi. Evaluasi tidak dilakukan oleh guru secara individual saja, tetapi guru dapat melibatkan peserta didik untuk melakukan evaluasi dalam pembelajaran. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melakukan penilaian diri. Hal ini akan membuat peserta didik mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan dalam pembelajaran dan dapat melakukan perbaikan positif dalam pembelajaran selanjutnya.

22 (4) Prinsip Reaksi Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran terpadu memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring. (Trianto, 2012:59). Berdasarkan hal di atas dapat dijelaskan bahwa, selain guru dituntut untuk mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Guru harus melibatkan peserta didik dalam pembelajaran guna mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu, guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang tidak mengarahkan ke aspek yang sempit, namun ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna bagi peserta didik. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu terdiri atas prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi. 2.3.3 Pentingnya Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disampaikan dengan pendapat Trianto (2012:59-61). Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain sebagai berikut.

23 Dunia anak adalah dunia nyata, proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa objek lebih terorganisir, pembelajaran akan lebih bermakna, memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, memperkuat kemampuan yang diperoleh dan efisiensi waktu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alasan yang mendasari pentingnya pembelajaran terpadu dalam kegiatan pembelajaran adalah dunia anak adalah dunia nyata, proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa objek lebih terorganisir, pembelajaran akan lebih bermakna, memberi peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan diri, memperkuat kemampuan yang diperoleh dan efisiensi waktu. 2.3.4 Karakteristik Pembelajaran Terpadu Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2012:61-63), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif. 1. Holistik Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang terkotakkotak. 2. Bermakna Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

24 3. Otentik Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. 4. Aktif Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri. Holistik. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu peristiwa dari segala sisi, yang pada nantinya hal ini akan membuat siswa menjadi tahu dan bijaksana dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka. Bermakna. Setiap peristiwa yang dipelajari oleh peserta didik terbentuk dari suatu jalinan konsep-konsep yang berhubungan. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang berfungsi, dimana siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan suatu masalah yang muncul dalam kehidupannya.

25 Otentik. Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan pembelajaran secara langsung. Dikatakan otentik, sebab peserta didik dapat memahami dari hasil belajar sendiri, dari hasil interaksinya dengan fakta dan peristiwa bukan hasil pemberitahuan guru, informasi dan pengetahuan yang di peroleh sifatnya lebih otentik atau dapat dipercaya, guru hanya sebagai fasilitator dan peserta didik sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuannya. Aktif. Pembelajaran terpadu dikembangkan berdasar kepada pendekatan inquiri, dimana siswa terlibat aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan proses evaluasinya. Oleh sebab itu, pembelajaran terpadu menekankan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa. 2.3.5 Langkah-langkah (Sintaks) Pembelajaran Terpadu Langkah-langkah dalam pembelajaran terpadu meliputi tiga tahap yakni, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Hal ini dapat di kemukakan menurut pendapat Prabowo dalam Trianto bahwa,

26 Pada dasarnya langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. (Prabowo dalam Trianto, 2012:63). Menurut Trianto (2012:63), berkaitan dengan hal di atas maka sintaks model pembelajaran terpadu dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti, Model pembelajaran langsung (direct instructions), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), maupun model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instructions). Dengan demikian, sintaks pembelajaran terpadu dapat bersifat luwes dan fleksibel. Artinya, bahwa sintaks dalam pembelajaran terpadu dapat diakomodasi dari berbagai model pembelajaran yang dikenal dengan istilah setting atau merekontruksi. Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Terpadu Tahap Fase Perencanaan Fase-1 Pendahuluan Tingkah Laku Guru Tahap Perencanaan 1. Menentukan jenis materi dan jenis keterampilan yang dipadukan 2. Memilih kajian materi, kompetensi inti dan indikator 3. Menentukan sub keterampilan yang dipadukan 4. Merumuskan indikator hasil belajar 5. Menentukan langkah-langkah pembelajaran Tahap Pelaksanaan 1. Mengaitkan materi sekarang dengan materi sebelumnya 2. Memotivasi siswa 3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep

27 Tahap Fase-2 Presensi Materi Tingkah Laku Guru prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran 1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demontrasi dan bahan bacaan 2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan 3. Presensi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui charta/bagan 4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta/bagan Fase-3 Membimbing pelatihan Fase-4 Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik Fase-5 Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan 1. Menempatkan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar 2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok 3. Membagi buku siswa dan LKS 4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan 5. Memberikan bimbingan seperlunya 6. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang telah ditentukan 1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas 2. Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan 3. Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi 4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi Tahap Evaluasi 1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan 2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang baru saja dipelajari 3. Memberikan tugas rumah

28 Tahap Tingkah Laku Guru Fase-6 Menganalisis dan Mengevaluasi Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka Sumber: Buku Model Pembelajaran Terpadu (Trianto, 2012:68) Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah (sintaks) pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Sintaks pembelajaran terpadu bersifat luwes dan fleksibel dan sintaks model pembelajaran terpadu dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, maupun model pembelajaran berdasarkan masalah. B. Kerangka Pikir Penerapan Kurikulum 2013 oleh pemerintah menimbulkan masalah baru bagi guru. Permasalahannya antara lain, guru belum memahami tentang pembelajaran terpadu, khususnya guru kelas tinggi. Hal ini dikarenakan guru kelas tinggi sebagai guru kelas yang sebelumnya mengajar berdasarkan bidang studi mengalami kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran terpadu.

29 Kesulitan guru antara lain dalam pembuatan rancangan pembelajaran (RPP) tematik terpadu, karena guru belum paham untuk mengembangkan materi pembelajaran pada bahan ajar yang sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan oleh pemerintah walaupun pada kurikulum baru ini, guru tidak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus pembelajaran. Kesulitan dalam melakukan penilaian kepada siswa. Hal ini diketahui melalui wawancara, bahwa guru masih menggunakan metode konvensional di dalam kelas, guru masih memisahkan antar bidang studi dalam pengajarannya. Pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan yang melibatkan peserta didik secara aktif mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, berani bekerja secara kelompok, belajar dari hasil pengalamannya langsung dan mengemukakan pendapatnya sendiri yang dalam hal ini akan memberi hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat, kebutuhan dan perkembangan anak. Maka, dalam kurikulum 2013 guru sebagai pelaksana kurikulum harus memahami tentang pembelajaran tematik terpadu dalam hal konsep pembelajaran terpadu baik dari definisi, karakteristik dan manfaat pembelajaran terpadu dan guru memahami pembelajaran terpadu dalam hal prosedur pembelajarannya, baik dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Apabila guru memahami tentang konsep pembelajaran terpadu. Maka, guru pasti akan memahami prosedur pembelajaran terpadu yang meliputi penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berdasarkan permasalahan dan kajian teoritis yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka pikir sebagai berikut.

30 1. Memahami aspek konsep pembelajaran terpadu Pemahaman Guru Tentang Pembelajaran Terpadu 2. Memahami aspek prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu 3. Memahami aspek prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu 4. Memahami aspek prosedur evaluasi pembelajaran terpadu Gambar 1. Kerangka Berpikir